Mohon tunggu...
Silvia Komalasari
Silvia Komalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Life is a journey

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pinjol: Bukan Solusi, tapi Awal dari Mimpi Buruk

10 Oktober 2025   02:15 Diperbarui: 10 Oktober 2025   02:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah keadaan ekonomi saat ini, pinjaman online (pinjol) hadir seperti penyelamat. Banyak orang yang terpaksa mengambil pinjaman cepat karena kebutuhan yang mendesak. Tetapi tidak sedikit juga yang nekat menggunakan pinjol hanya untuk memenuhi keinginan atau gengsi semata. Aplikasi pinjol memang menyediakan banyak kemudahan. Prosesnya yang cepat, mudah, dan tanpa jaminan. Siapapun bisa mengakses platform pinjaman digital ini. Hanya butuh KTP dan smartphone dana bisa cair dalam hitungan jam. Terdengar menggiurkan bukan? Tunggu dulu. Di balik kemudahan itu, tersembunyi jebakan yang bisa mengubah hidup Anda menjadi mimpi buruk. Apa saja 'jebakan' tersebut? Mari kita bahas di bawah ini.

1. Bunga yang Mencekik

Berdasarkan aturan OJK, Pinjol legal saja bisa mengenakan bunga hingga 0,8% per hari atau sekitar 292% per tahun. Bayangkan meminjam Rp 1 juta, dalam waktu singkat utang Anda bisa membengkak menjadi Rp 3-4 juta. Belum lagi denda keterlambatan yang terus bertambah setiap hari. Yang Anda pikir solusi cepat, justru menjadi lubang menganga yang semakin dalam.


2. Teror dan Intimidasi

Ketika gagal bayar, inilah mimpi buruk sesungguhnya dimulai. Debt collector pinjol ilegal tidak segan-segan menghubungi seluruh kontak di ponsel Anda, menyebarkan data pribadi dan mengirim ancaman kepada keluarga atau teman. 

Privasi dan martabat Anda diinjak-injak. Tentunya semua itu  akan membuat kesehatan mental hancur.

3. Jeratan yang Tak Berujung

Banyak korban pinjol terjebak dalam siklus:

  • Pinjam di satu pinjol untuk bayar pinjol lain
  • Utang semakin banyak dan membengkak
  • Stres, depresi, hingga ada yang nekat bunuh diri

Data OJK menunjukkan ribuan pengaduan terkait pinjol setiap bulan. Kenyataan ini menimpa jutaan orang Indonesia.


Kisah nyata Korban Pinjol

Puspa (nama samaran) seorang IRT muda yang mengaku memiliki total utang pinjol sebanyak Rp 120 juta. Ia merupakan seorang ibu 1 anak yang kesehariannya hanya di rumah dan mengurus anak. Merasa bosan, Puspa mencoba ide bisnis kecil-kecilan. Penghasilan suaminya hanya cukup untuk keperluan sehari – hari. Ia pun mencoba mengajukan pinjaman di salah satu aplikasi pinjol untuk mendapatkan modal awal sebesar Rp 1 juta. Ia berharap dapat menambah penghasilan dan segera melunasi pinjamannya tersebut.

Singkat cerita, bisnisnya pun berjalan dengan lancar. Namun, keuntungan yang didapat, tidak digunakan dengan semestinya (bayar pinjol). Pinjaman yang seharusnya dibayar sudah lewat jatuh tempo dan dikenakan denda.

Terror spam pesan dan telepon dari operator pinjol pun menghantui Puspa setiap hari hingga ke keluarganya. Karena merasa tertekan akhirnya ia terpaksa mengajukan pinjaman ke aplikasi pinjol lain untuk membayar utang awalnya tersebut alias “Gali lubang tutup lubang”. Ia melakukan cara itu berulang kali hingga mencapai total utang sebanyak Rp 120 juta. Nominal yang cukup besar bukan? 

Merasa stress, putus asa dan tidak sanggup lagi, Puspa akhirnya cerita ke suami dan adiknya. Ia hanya berharap kedua orang terdekatnya itu bisa membantunya.

Mendengar pengakuan Puspa tersebut, sang suami dan adik sangat terkejut dan masih mencerna apa yang mereka dengar. “Tidak buat beli apa-apa, cuma buat bayar utang yang lain, tiba-tiba makin besar” Ujar Puspa saat ditanya untuk keperluan apa uang sebanyak itu. “Tidak apa-apa banyak yang galbay kok” sambungnya.

Suami Puspa masih marah, kesal, dan bingung. Bagaimana cara ia menghadapi masalah sebesar ini. Ia sempat meminta cerai Puspa karena tidak sanggup untuk membayar utang yang bahkan tidak pernah terbayang jumlahnya. Tetapi bagaimanapun Puspa adalah istrinya dan tanggung jawabnya. Akhirnya sang suami mengambil pinjaman ke Bank. Tentunya tidak cukup satu Bank saja. Ia harus membayar cicilan ke 3 Bank setiap bulannya. Setelah kejadian itu Puspa dan keluarganya harus hidup dengan tekanan ekonomi yang cukup tinggi. Benar - benar mimpi buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun