Mohon tunggu...
silvester alvin basundara
silvester alvin basundara Mohon Tunggu... Lainnya - Komunikasi UAJY

UAJY 2018

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tantangan Media Mainstream di Tengah Pesatnya Perkembangan New Media

26 Oktober 2020   04:59 Diperbarui: 26 Oktober 2020   05:52 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: airmatapenaku.blogspot.com

Jika media cetak memerlukan waktu satu hari untuk menerbitkan berita yang terjadi pada hari ini, televisi beserta radio perlu memperhatikan aspek mobilisasi untuk dapat menyiarkan berita atau informasi yang sedang terjadi, jaringan internet pada new media tak membutuhkan waktu berjam - jam untuk dapat mendistribusikan berita atau informasi yang sedang terjadi, bahkan hanya dalam hitungan menit selang terjadinya suatu kejadian atau peristiwa, berita atau informasi tersebut dapat langsung tayang hanya dalam hitungan menit saja.

Konsep konvergensi media sebagai upaya mempertahankan diri oleh media mainstream diwujudkan dalam transformasi ke bentuk atau dalam bentuk jaringan. Misalnya media cetak yang merambah ke bentuk portal berita online, televisi dengan sistem siaran streaming di web, serta radio yang terkoneksi pada sebuah aplikasi merupakan cara ampuh korporasi media tetap menjaga eksistensinya.

sumber: https://www.komunikasipraktis.com
sumber: https://www.komunikasipraktis.com

Contoh di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perkembangan teknologi komunikasi (hadirnya internet), dipandang oleh korporasi media massa (media mainstream) bukan sebagai bentuk persaingan, melainkan cara media mainstream memperluas jaringannya ke berbagai aspek dengan tujuan utamanya adalah menarik pemirsa atau khalayak luas.

Tantangan Media Mainstream

Hadirnya media mainstream yang merambah ke jejaring sosial sebagai upaya transformasi sekaligus bentuk adaptasi media mainstream atas perkembangan teknologi jejaring sosial internet seperti halnya new media, juga dapat menimbulkan dan berimbas pada media mainstream itu sendiri.

Tak menjadi masalah ketika new media menyajikan dan mempublikasikan berita atau informasi yang ringan menjadi sebuah konten, karena pada dasarnya audiens dari new media itu sendiri adalah dari kalangan Gen-Z, yang memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai sebatas sarana bertukar pesan, hal ini sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Putranto dalam remotivi.or.id bahwa jika diibaratkan pola konsumsi Gen-Z di Jakarta dianggap sebagai representasi pola konsumsi pembaca berita daring di Indonesia atas riset konsumsi media terhadap 300 mahasiswa Gen-Z di 30 kampus se-Jakarta dengan hasil pola konsumsi berita didominasi melalui penggunaan aplikasi tukar pesan seperti WhatsApp dan Line, maupun news feed yang disediakan Facebook dan Line Today, maka konten publikasi yang cocok diterapkan adalah berita ringan, cenderung remeh, dan sensasional.

Penerapan konten ataupun topik berita media mainstream yang hanya berdasarkan topik di media sosial yang sedang ramai menjadi bahan perbincangan khalayak umum, khususnya di dunia maya, atau sering kita sebut sebagai netizen.

Menjadi sebuah problem, karena hal tersebut membenamkan fungsi jurnalisme yang menyuguhkan topik pembicaraan publik yang bermutu, apalagi jika sampai penulisan topik berita oleh media mainstream yang mentah-mentah berasal dari media sosial tanpa melalui proses verifikasi terlebih dahulu.

Konten yang monoton serta seragam juga menjadi kendala media mainstream ketika melakukan konvergensi media dalam bentuk transformasi ke jaringan internet. Misalnya konten rumah tangga artis Raffi Ahmad yang terdapat di berbagai media, baik televisi, sosial media serta  Youtube, hal tersebut dirasa sebagai keseragaman konten yang ada di berbagai media, sehingga setiap kali seseorang mengakses berbagai media, selalu muncul konten yang Raffi Ahmad.

Entah hanya sekedar asumsi serta keresahan pribadi, fenomena seperti di atas tersebut terasa menjengkelkan, ketika berbagai media dipenuhi konten yang seragam serta monoton.

Memang benar ketika muncul anggapan atau sanggahan terhadap asumsi serta keresahan di atas, jika media sosial menyuguhkan berbagai macam pilihan konten yang diinginkan, namun fenomena seperti Raffi Ahmad di atas tersebut terjadi di semua kalangan artis ataupun konten kreator yang sedang naik daun, sehingga fokus berita serta informasi di lini masa hanya terpusat pada topik yang sedang hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun