Ada juga yang mengalami gangguan tidur, mimpi buruk, atau kehilangan semangat untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan, bagi sebagian korban, makan dan tidur bisa menjadi tantangan berat karena mereka terus-menerus dihantui perasaan tidak aman.
Sebagian korban juga mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kepercayaan yang dulu mereka miliki hancur, membuat mereka sulit membuka diri atau merasa nyaman berada di sekitar orang lain, terutama lawan jenis.
Ada yang mengalami kecemasan luar biasa saat berada di keramaian, merasa diawasi, atau bahkan mengalami serangan panik saat seseorang mendekat terlalu cepat atau berbicara dengan nada tertentu.
Namun, yang lebih menyakitkan dari pelecehan seksual bukan hanya trauma yang ditinggalkannya, tetapi juga sikap masyarakat yang sering kali tidak berpihak pada korban. Kita hidup dalam dunia yang cenderung lebih mudah menghakimi korban daripada menuntut pertanggungjawaban pelaku.
Banyak korban yang tidak berani melaporkan kejadian yang mereka alami karena takut disalahkan, dianggap berlebihan, atau bahkan kehilangan dukungan dari orang-orang terdekat.
Mengapa Pelecehan Seksual Sering Dianggap Sepele?
Di tengah maraknya kasus pelecehan seksual yang terus terjadi, masih ada banyak orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak serius. Seolah-olah pelecehan adalah bagian dari interaksi sosial yang 'normal' atau bahkan 'tidak berbahaya.'
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab budaya yang kita bangun selama ini sering kali secara tidak sadar membiarkan pelecehan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Literasi gender dan seksualitas yang masih minim juga menjadi salah satu faktor utama. Dalam banyak kasus, korban pelecehan seksual tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang hak mereka atas tubuh dan ruang pribadi mereka sendiri. Sementara itu, pelaku merasa tidak bersalah karena mereka tidak pernah diajarkan untuk memahami dampak dari tindakan mereka.
Selain itu, stigma terhadap korban juga membuat banyak orang enggan untuk membahas pelecehan secara terbuka. Korban sering kali dianggap 'bermasalah' atau bahkan disalahkan atas kejadian yang menimpa mereka.
Narasi seperti "kenapa baru ngomong sekarang?" atau "kalau benar dilecehkan, kenapa tidak melawan?" adalah bentuk ketidakpedulian yang memperburuk keadaan.