Masyarakat semakin kehilangan kepercayaan terhadap aparat penegak hukum, terutama jika kasus-kasus seperti ini terus muncul tanpa adanya tindakan tegas dan transparan.
Sayangnya, normalisasi pelecehan seksual semakin diperparah dengan budaya victim blaming, di mana korban justru dipersalahkan atas apa yang mereka alami.
Dalam banyak kasus, mereka yang berani bersuara malah dikucilkan, diragukan, atau dipaksa untuk berdamai dengan pelaku demi 'menjaga nama baik keluarga' atau 'menghindari masalah lebih besar.' Banyak korban akhirnya memilih untuk diam, menelan trauma sendirian, dan membiarkan pelaku bebas melanjutkan aksinya.
Pelecehan Seksual Bukan Hanya Meninggalkan Luka Fisik, Tetapi Juga Luka Psikologis yang Dalam
Pelecehan seksual sering kali dianggap sebagai kejahatan yang hanya berdampak pada fisik korban. Masyarakat cenderung mengukur dampaknya dari bekas luka, lebam, atau bukti fisik yang terlihat secara kasat mata. Namun, kenyataannya, dampak pelecehan seksual jauh lebih dalam dan kompleks.
Luka fisik mungkin bisa sembuh dalam hitungan hari atau minggu, tetapi luka psikologis akibat pelecehan seksual bisa bertahan seumur hidup jika tidak ditangani dengan baik.
Banyak korban yang tetap hidup dalam bayang-bayang kejadian itu selama bertahun-tahun. Setiap sentuhan, suara, bahkan tempat tertentu bisa menjadi pemicu kenangan buruk yang mengembalikan mereka ke momen traumatis tersebut.
Bagi mereka, dunia tidak lagi terasa sama. Hal-hal yang dulu menyenangkan bisa berubah menjadi sumber ketakutan, dan kepercayaan terhadap orang lain bisa hancur seketika.
Bahkan dalam interaksi sehari-hari, korban sering merasa cemas tanpa alasan yang jelas, merasa tidak aman meskipun berada di lingkungan yang seharusnya nyaman, atau merasa bahwa dirinya tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.
Sifat pelecehan yang merusak bukan hanya soal tindakan itu sendiri, tetapi bagaimana dunia di sekitar korban meresponsnya. Ada korban yang, setelah mengalami pelecehan, tiba-tiba menjadi lebih tertutup dan menarik diri dari kehidupan sosial.Â