Mohon tunggu...
Akhmad Ginulur
Akhmad Ginulur Mohon Tunggu... -

Professional Brainwaster

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghadapi Psikopat dalam Organisasi

25 Agustus 2016   15:40 Diperbarui: 25 Agustus 2016   15:56 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyikapinya fenomena kisruh tuduhan psikopat oleh Haji Lulung kepada Petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama, saya jadi tertarik untuk membahas mengenai keberadaan entitas pengidap gangguan psikotik tersebut dalam masyarakat pada umumnya, dan dalam organisasi pada khususnya, termasuk didalamnya institusi politik.

Sebelumnya, mari kita ajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, apakah anda pernah mengenal atau sedang berinteraksi dengan pribadi yang memiliki ciri-ciri seperti ini? 1. Sering menampilkan sikap yang menarik ke orang yang baru dikenal / bos/ atasan, cenderung dibuat-buat, memesona, dan menebarkan sikap hangat; 2. Beranggapan dirinya yang paling penting dan harus diistimewakan; 3. Sering memperlihatkan perlakuan yang impulsif (meledak-ledak), sulit menunda dan mengendalikan emosi; 4. Hubungan pertemanan atau hubungan sosial yang singkat;5. Sering berbohong, menipu, dan mengkhianati; 6. Kurang tanggung jawab atas perbuatannya, berani mengambil keputusan berisiko dan tidak dapat belajar dari pengalaman; 7. Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, tidak peduli orang lain menderita; 8.Cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang telah dilakukannya. Jika ya, selamat anda bisa jadi pernah atau sedang berinteraksi dengan seorang psikopat! Namun perlu diingat, kriteria di atas bukan merupakan harga mati, tapi bisa menjadi indikasi, karena untuk memvonis seseorang mengidap psikopat atau tidak merupakan wewenang psikiater.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dl pergaulan. Psikopat merupakan gangguan jiwa, namun bukan termasuk kegilaan (schizo), karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya, oleh karena itu psikopat memiliki kategori sendiri, yaitu psikotik.


Sifat dasar seorang psikopat adalah tidak mampu berempati kepada orang lain secara emosional, namun dia dapat mempelajarinya secara intelektual. Digabungkan dengan sifat impulsif untuk mencapai / memiliki sesuatu, dan memiliki kecerdasan untuk mengobservasi dan memanipulasi targetnya, seorang psikopat dapat mengurangi kualitas hidup targetnya secara signifikan dengan mengurangi kepercayaan diri targetnya, memicu konflik secara persisten dan menyerap sumber daya (dan esens kehidupan) targetnya. Hal ini dilakukan oleh psikopat untuk mencapai hal yang diinginkannya tersebut. Para psikopat bersembunyi melalui berbohong, mencurangi, mencuri, memanipulasi, mengorbankan, dan menghancurkan targetnya.


Satu persen dari populasi dunia adalah pengidap psikopat dan publik saat ini masih mempercayai bahwa psikopat adalah pembunuh yang hanya ada di organisasi kriminal, penjara atau kisah thriller, padahal ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.


Seorang psikolog kriminal dari University of Sidney, Australia, Dr John Clark berpendapat bahwa kebanyakan psikopat justru berada di ruang rapat, kursi parlemen bahkan ruangan seorang CEO. Penelitian Dr. Paul Babiak dan Prof. Bob Hare dari University of British Columbia bahkan menyatakan bahwa dari 1 dari 25 pemimpin bisnis bisa jadi adalah psikopat.


Mereka yang disebut psikopat organisasi kini disinyalir berkembang pesat di dunia bisnis, karena kezaliman dan nafsu mereka sering kali disalahartikan oleh pimpinan puncak sebagai ambisi dan keterampilan memimpin. Psikopat organisasi akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan, status, dan upah yang mereka inginkan. Perbedaan psikopat kriminal dengan psikopat organisasi adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis


Gangguan ini tidak terlihat, sebab psikopat organisasi mampu melakukan penyamaran karena memiliki daya tarik tinggi, status tinggi dan melakukan manipulasi perilaku di tempat kerja. Hasil penelitian Babiak & Hare menunjukan bahwa psikopat sebenarnya punya kinerja manajerial yang buruk tetapi mereka mampu menaikkan karirnya hingga di puncak pimpinan karena mampu menutupi kelemahannya dari atasan maupun bawahan secara baik dan menawan.


Kondisi ini kata Dr Babiak, membuat orang sulit membedakan mana pemimpin yang benar-benar berbakat dan mana yang psikopat. "Semakin tinggi jabatan seorang psikopat maka semakin tampak baik mereka terlihat dengan kharisma dan gaya bicaranya yang baik," timpal Prof Hare. Tapi jika melihat hasil kinerja mereka yang sesungguhnya dengan tingkat produktivitas yang dihasilkan menurut Prof Hare itu sangat menyedihkan. Psikopat ini terlihat berprestasi karena mampu menggunakan pesonanya, melakukan manipulasi, intimidasi atau apa pun yang diperlukannya.


Masalahnya adalah, hal yang sangat kita cari dalam diri para pemimpin dimiliki oleh para psikopat, yaitu kemampuan meyakinkan orang lain. Oleh karena itu tidak heran jika beberapa profesi yang memerlukan keahlian tersebut seperti politik maupun bisnis menjadi magnet bagi orang-orang yang memiliki gangguan psikopati Pengidap psikopat secara alami mereka dapat menarik Anda dengan pesonanya dan menempatkannya dalam bahasa yang tepat dan terdengar seperti pemimpin yang karismatik.


Siapa yang biasanya menjadi korban? Tentunya orang-orang yang dapat mereka manipulasi, secara spesifik biasanya anak buahnya atau orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan dibawahnya dalam organisasi. Psikopat akan membuat mereka terlihat buruk di depan atasannya, menyebarkan gosip yang membuat mereka dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan bahkan secara frontal melakukan intimidasi.


Psikopat sangat sulit, atau bahkan mustahil untuk disembuhkan. Di beberapa negara maju undang-undang antipsikopat telah dicanangkan untuk melindungi korban psikopat. Di Belanda, Undang-Undang Antipsikopat diluncurkan dua kali pada abad ke-20 dan di tahun 2002. Demikian pula di Amerika Serikat, hukum antipsikopat dimulai tahun 1930-an.


Namun sayangnya namun di Indonesia, perlindungan hukum semacam ini belum tersedia yang mengakibatkan perilaku psikopat dapat menjamur asalkan tidak menimbulkan tindak kriminal. Walaupun pengidap psikopat sulit diubah perilakunya, namun menurut Dr. Hare terdapat beberapa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi psikopat, antara lain:


1    Apa pun alasan yang membuat Anda sampai terlibat dengan psikopat, jangan menyalahkan diri sendiri karena sikap dan perilakunya. Psikopat biasanya mampu memesona orang lain sehingga bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia cenderung menjerat siapa saja agar memikirkan dan memenuhi keinginannya, bukan hanya Anda. Sadarilah bahwa Anda belum mengetahui hal ini. Jika bukan Anda, akan ada orang lain yang mengalaminya. Semua ini terjadi karena ia sendiri dan perilakunya yang mengerikan, bukan karena Anda.


2     Biasakan memastikan lagi apa yang ia ceritakan. Sebisa mungkin, pastikan kebenaran informasi yang ia berikan dengan bertanya kepada teman, rekan kerja, atau melalui internet. Sekalipun ia memberikan informasi yang layak dipercaya, seseorang dengan kecenderungan psikopat sudah sepantasnya diragukan. Pikirkan lagi lebih lanjut: apakah hal ini terjadi secara tidak sengaja? Apakah ia berbohong dengan niat tertentu? Apakah ucapannya tidak sepenuhnya benar? Berusahalah mencari sumber lain untuk memastikan apakah informasi yang Anda peroleh memang benar.


3    Bersikaplah skeptis terhadap ucapan dan tindakannya. Psikopat suka berbohong, memanipulasi, tidak mampu berempati, dan memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan keinginannya. Jangan pernah memercayai begitu saja ucapan dan tindakan seorang psikopat. Anda bisa menjaga skeptisisme dengan tidak memercayai apa pun yang Anda dengar, baca, atau bahkan lihat sendiri sebab ia mungkin melakukan hal tersebut demi kepentingan pribadi. Gunakan cara pandang ini ketika menghadapi orang yang Anda curigai sedang mengalami gangguan psikopat.


4  Jangan bertengkar dengannya. Psikopat selalu berusaha mengendalikan orang lain secara psikologis dan fisik. Ia ingin menjadi penentu dengan berusaha merayu, mengintimidasi, memanipulasi, dan menggunakan kekerasan agar bisa berkuasa. Dalam pertengkaran, psikopat harus selalu menang dengan cara apa pun. Oleh sebab itu, Anda akan kesulitan membela diri dan bisa mengalami trauma emosi dan fisik yang serius. Jika hal ini terjadi, jangan ditanggapi. Gunakan cara lain agar ia tahu bahwa Anda tidak mau terlibat dalam urusan seperti ini.


5      Jangan meminjamkan apa pun kepadanya. Jika ia meminta sesuatu kepada Anda, berikan alasan yang masuk akal untuk menolaknya agar ia tidak marah. Jika tidak, ia akan mencari kesempatan untuk menyakiti Anda (bukan hanya secara fisik) karena menolak permintaannya. Berusahalah membuatnya yakin bahwa Anda tidak bisa memenuhi keinginannya.


6      Bersikaplah sangat toleran dan sabar. Jika Anda harus menjalani hidup dengan seorang psikopat untuk selamanya, Anda harus memiliki toleransi dan kesabaran yang sangat besar untuk memproteksi diri. Anda harus bisa berkompromi setiap kali menghadapi masalah dengannya. Tidak ada gunanya mempertahankan pendirian dan menentang pendapat orang seperti ini. Berusahalah menjauhi orang ini sebisa mungkin. Jika tidak bisa, jangan memedulikan ucapannya.


7   Jangan perlihatkan kelemahan Anda. Menutupi kelemahan dari seorang psikopat adalah cara melindungi aspek emosional Anda yang bisa ia serang. Ada sisi tertentu dari kehidupan Anda yang tidak perlu Anda tunjukkan kepadanya agar tidak dimanipulasi. Seorang psikopat akan memanfaatkan kelemahan ini dan tidak pernah mau melepaskan Anda lagi. Ia tahu bahwa setiap orang memiliki kelemahan sehingga ia mengandalkan hal ini untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Jangan biarkan ia memanfaatkan Anda dengan selalu menyadari dan menguatkan diri sendiri.

Kesadaran organisasi / institusi dalam menghadapi psikopat organisasi juga perlu ditingkatkan, antara lain dengan melakukan asesmen psikologi secara berkala terhadap jajaran pegawai dan manajemennya. Melalui mekanisme ini, organisasi mampu merekrut orang-orang terbaik yang memiliki keahlian memimpin yang mumpuni, bukan sekadar manajemen psikopat yang mampu menimbulkan kesan baik tanpa memberikan kontribusi produktivitas yang signifikan dan bahkan menurunkan tingkat produktivitas dari lingkungan kerjanya.

Di akhir kata, semoga kita menjadi orang orang yang beruntung yang tidak perlu membuang waktu, energi dan pikiran kita, dan diberikan kesabaran lebih untuk menghadapi segala tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun