Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Setelah Panen Padi, Kini Panen Singkong

25 Februari 2021   00:01 Diperbarui: 25 Februari 2021   00:33 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singkong yang baru dicabut dengan buah yang besar. Foto: Dokpri

Keluarga saya sendiri juga sudah pernah melakukannya. Biasanya singkong akan direbus biasa. Lalu sebagai lauknya akan ditaburi serbuk kelapa dan gula pasir di dalamnya. Rasanya pun tak kalah dengan hidangan nasi dengan ayam opor atau sejenisnya. Akan tetapi, harus diakui bila komoditas ini seringkali dianggap rendah dengan yang lain. Padahal banyak produk di supermarket dan toko retail modern adalah terbuat dari singkong.

Tak heran bila enam tahun lalu, bagaimana pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengeluarkan surat edaran yang bernada seruan bagi seluruh instansi pemerintahan untuk menyediakan makanan lokal seperti singkong. Itu dilakukann untuk menghargai petani dan merangsang bercocok tanam. Anjuran itu pula diharapkan dapat mengubah paradigma makan singkong, akan bernilai dan lebih bermartabat di mata orang.

Hari ini eras olahan dari padi, menjadi salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Istilah bahwa seseorang itu belum dapat dikatakan sudah makan kalau belum mengkonsumsi nasi pun seringkali muncul. Padahal nasi lebih cepat diserap tubuh menjadi gula. Berbeda dengan singkong yang sedikit lebih lambat.

Sebab singkong merupakan karbohidrat yang kadar gulanya rendah. Mengkonsumsi singkong dapat memberi rasa kenyang lebih lama dibanding sumber karbohidrat lainnya. Maka tak bisa dipungkiri bila komoditas yang berasal dari Amerika Selatan ini menjadi substitusi paling baik daripada nasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun