Mohon tunggu...
Sigit Priyadi
Sigit Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Padang rumput hijau, sepi, bersih, sapi merumput, segar, windmill, tubuh basah oleh keringat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemilihan RW Berbiaya 30 Ribu

29 Januari 2016   05:39 Diperbarui: 28 Desember 2016   14:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tentu sependapat tentang kesulitan mendapatkan sosok pemimpin dalam lingkungan tempat tinggal kita. Semua warga pasti menolak bila hendak dicalonkan untuk jadi pemimpin (Ketua RT dan Ketua RW), di lingkungannya. Namun ternyata pada beberapa kawasan permukiman, warga masyarakat menyatakan bersedia maju dalam gelanggang pemilihan Kepala Lingkungan.

Berhubung pindah tugas kerja ke pulau seberang, Ketua RW di tempat saya minta diri untuk mundur. Padahal masa tugasnya masih dua tahun lagi. Sementara itu untuk mencari sosok yang mau menjadi pengganti bukan perkara mudah. Warga di tempat tinggal saya tergolong paling malas bila diminta maju sebagai Ketua Lingkungan. Kemungkinan besar karena alasan honornya kecil namun tanggung jawabnya sangat besar.

Saya selaku bendahara RW (pembantu Ketua RW yang mengundurkan diri) juga merasa enggan bila dicalonkan sebagai pengganti. Alasannya karena saya telah puluhan tahun bekerja melayani warga sebagai Ketua RT dan pengurus RW. Namun saya masih mau bila diberi tugas untuk mengurus proses pemilihan Ketua RW baru secara demokratis. Hitung-hitung saya ingin memberikan pelajaran berdemokrasi secara tertib, pada akhir tugas sebagai pelayan masyarakat. Saya, selaku ketua, dibantu oleh 3 orang wakil dari 3 wilayah RT. Saya juga melaksanakan tugas tersebut untuk wilayah saya.

Sistem pencoblosan dilakukan di rumah masing-masing warga masyarakat. Surat suara dikirim ke setiap rumah, selanjutnya diminta kembali keesokan harinya. Tiga orang wakil saya berhasil melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.

Jadual pemilihan dimulai dengan pencarian ‘bakal calon’ Ketua RW, dari tiap-tiap RT. Selama 2 minggu (25 Desember 2015 – 10 Januari 2016), saya hanya menerima data dan foto dua orang calon dari dua RT. Sedangakan dua Ketua RT lainnya tidak bisa mengirimkan kandidat calon .Keduanya menyerah dan gagal membujuk warganya yang potensial untuk mau maju ikut dalam kompetisi. Calon pertama seorang anggota polisi, sedangkan calon kedua seorang pensiunan PNS Mabes TNI.

Empat hari selanjutnya (11 – 14 Januari 2016), saya pergunakan untuk menyosialisasikan para calon dengan cara menempelkan foto kedua calon di beberapa tembok rumah. Saya juga memfotokopi lembar foto kedua calon sebanyak 300 lembar untuk dipergunakan sebagai kertas suara. Untuk pengadaan kertas HVS, saya mendapat sumbangan 1 rim kertas. Sedangkan foto kopi kertas suara dilakukan di tempat kerja seorang tetangga yang bersimpati. Semua biaya mencakup: belanja empat kardus bekas mie instan (untuk kotak suara), lakban, lem kertas. dan cetak foto foto kopi ukuran A3 (20 lembar) untuk foto sosialisasi calon dan jadual pemilihan, berasal dari kantong pribadi saya. Pada saat saya ditunjuk memang (sengaja) tidak dirembug tentang anggaran biaya hajat pemilihan. Mungkin oleh peserta forum menganggap ini hal yang tidak perlu. Setelah saya total, biaya yang saya keluarkan kira-kira ‘hanya’ sebesar 30 ribuan.

Alhamdulillah, pada waktu hari penghitungan suara (15 Januari 2016) acara bisa berlangsung dengan lancer. Para hadirin undangan yang saya undang pada acara 'Penghitungan Suara' memberikan apresiasi positif atas kerja saya dan rekan-rekan panitia. Sayapun merasa sangat berhutang jasa pada rekan-rekan panitia, karena kepatuhan terhadap tugas yang saya berikan.

Kini sebagian warga perumahan bisa memahami peran Panitia Pemilihan Ketua RW yang bekerja secara netral, bertanggung jawab, tepat waktu, dan efisien. Sewaktu saya bekerja menempel foto, memanggil nama saya dengan sebutan: ‘Bapak KPU (Komisi Pemilihan Umum)’.

27 Januari 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun