Mohon tunggu...
Sigit R
Sigit R Mohon Tunggu... Freelancer - masjid lurus, belok kiri gang kedua

Pedagang tanaman hias, menulis di waktu senggang, prefer dari teh daripada kopi, tinggal di Batam

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pasar Jodoh yang Tak Kunjung Berjodoh

22 November 2019   11:22 Diperbarui: 22 November 2019   11:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik penggusuran pedagang di Pasar Induk Jodoh, Batam, Kepulauam Riau masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal usai. Terkini, ratusan pedagang kembali menggelar unjuk rasa di kantor Pemerintah Kota Batam, Kamis (21/11).

Para pedagang itu adalah mereka yang masih bertahan menggantungkan hidup pada pasar yang pamornya meredup beberapa tahun belakangan. Pasar induk berarsitektur Eropa abad pertengahan itu dibangun oleh Otorita Batam/Badan Pengusahaan Batam (OB/BP) tahun 2000 silam.

Seiring berjalannya waktu, bangunan itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah Kota Batam untuk dikelola. Gebyar pasar Jodoh mulai meredup saat bangunan kian tidak terawat dan terkesan kumuh, disusul dengan pembangunan pasar tradisional lain di lokasi yang berjarak kurang dari 1 kilometer.

Pedagang kemudian sebagian beralih ke pasar Tos 3000 atau yang juga dijuluki sebagai Pasar Samarinda. Lambat laun, lapak yang ada semakin sepi, tersisa hanya sekitar 80an pedagang saja.

Pertanagahan tahun 2019 ini, pemerintah kota berencana melakukan revitalisasi untuk terhadap pasar induk. Masalah timbul saat anggaran revitalisasi sebesar Rp200 miliar dari Kementerian Perdagangan ditahan pencairannya jika masih ada polemik dengan pedagang. Salah satu indikatornya adalah adanya pedagang yang membuka lapak liar di tepian jalan.

Akibatnya, pemerintah membentuk tim gabungan bersama TNI dan Polri untuk menertibkan pedagang yang masih tersisa. Para pedagang melawan. Mereka berdalih tidak diajak diskusi dan tidak mendapatkan lapak pengganti untuk mereka berjualan.

Para pedagang kemudian mendatangi Pemko Batam untuk memprotes penggusuran. Selain itu, mereka juga mendatangi DPRD Batam untuk mengadukan nasib.

Dikutip dari laman www.owntalk.co.id, Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad mengaku masi belum dapat memberikan solusi kepada para pedagang yang tergusur.

"Saya masih blank, belum ada yang bisa saya putuskan," kata Amsakar.

Wawako mengaku belum mendapatkan masukan data tentang jumlah pedagang yang akan mendapatkan lapak baru. Dia justru meminta kepada koordinator pedagang untuk menyetorkan nama pedagang yang akan memperoleh lapak pengganti.

Dia juga mengatakan akan menggunakan jalur RDP di DPRD untuk menuntaskan persoalan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun