[Cerpen] Tertinggal

“Exactly, Miss Parker. What are you talking about? Don’t get me confused,” ujarku dengan nada memohon.

“Ups, okay. Damn all, lad. You have to talk to her. Kamu harruz ngomong sama dia,” ujarnya sambil menimang amplop itu.

“Hey, hey. Ada yang kurang, Jessica. I’m missing something from you, huh?” kunaikkan kedua alisku dan kulebarkan senyumku padanya.

Jessica mengerti maksudku, “Hohoho..., Okay, young boy. Congratulations! Selamat yah!” ujarnya disusul tawa, lalu mengembalikan amplop.

“Nah! Begitu dong! Thanks, Jessy. Well, I have something for you. Here it is,”kukeluarkan sebungkus kue keranjang dan kutaruh di mejanya.

“Wow, brilliant!Thanks.”

Aku meninggalkan buku Study in Britain di meja bule British yang sinting tapi cerdas itu dengan janji dalam hati aku akan mengunjunginya kala ia pulang kampung nantinya.

***

Hujan masih tak juga mau berhenti. Aku berdiri mematung menatap tetes-tetes air yang berjatuhan dari langit itu dari dalam gedung Faculty of Letters and Arts.

“Ardi!” sebuah suara menyentak lamunanku. Aku menoleh.

Senyum itu terkembang indah setelah sekian lama tak terlihat olehku. Pesona yang tak berkesudahan itu menusuk hatiku. Tapi yang kurasakan, aku tak ingin berhenti menatapnya meskipun dadaku sesak. Senyum itu menyusut. Suasana hening.