Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Efek Jera, Koruptor di "Dor" Salah Satu Kakinya

9 Juli 2016   17:23 Diperbarui: 9 Juli 2016   17:37 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana kalau koruptor yang sudah terbukti salah di tingkat MA di "Dor "salah satu kakinya, seperti maling kecil yang sering di "Dor" baru mengaku. Mereka sudah menjalani hukuman fisik sebelum di BAP, pengadilan jalanan yang mereka terima sebelum tahap BAP. Tulisan ini terinspirasi tulisan Mas Thamrin Sonata yang berjudul "Koruptor itu Kereeeen! Di Hari Lebaran, Merengek-rengek: Apa Salah? Selengkapnya

Bila di Cina hukuman paling tinggi bagi koruptor adalah hukuman mati, untuk Indonesia agak sulit, karena institusi nya tak lepas dari oknum yang bermain perkara. Kalau cara di Cina diadopsi, bisa tinggal segilintir pejabat di negeri ini.

Kabar terakhir, para pemerkosa yang terbukti bersalah akan dikenai hukuman badani, yaitu dikebiri organ vitalnya. Meski sampai sekarang belum final mekanisme nya, karena Ikatan Dokter Indonesia tidak bersedia membantu eksekusinya.

Padahal kalau dicermati, akibat perbuatan korupsi lebih besar dibandingkan kasus - kasus seksual, kenapa tidak dilakukan hal yang sama dengan hukuman badani? Hukuman badani paling ringan ya seperti maling ayam atau motor, yaitu di "Dor" salah satu kakinya. Hukuman ini pasti akan menimbulkan efek jera yang amat sangat, toh mereka masih boleh hidup di negeri ini.

Seperti di tulisan Mas Thamrin, terdakwa atau yang sudah divonis bersalah masih menikmati hidupnya, masih bisa beli daging meski 1 Kg sdh Rp. 120.000,-. Masih bisa pakai handphone keluaran terbaru, masih bisa berdandan meski di balik jeruji, masih turun naik mobil - mobil mewah.

Tapi semua tulisan ini hanya khayalan saya sendiri, yang terkadang merasa kasihan kepada yang berjuang untuk hidup mengorbankan tenaga, tapi hasilnya hanya cukup untuk makan saja. Masih banyak saudara - saudara kita seperti itu dimanapun di Indonesia, sementara para pejabat asyik berpesta dan hidup yang jauh dari angan - angan saudara - saudara kita yang kekurangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun