Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sebuah Impian Warga Jakarta (5)

16 Oktober 2017   12:06 Diperbarui: 16 Oktober 2017   12:51 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kereta Api di Batu Tulis dimana kami turun kereta sebelum naik omprengan

"Maksudnya?",tanyaku balik.

"Dia sekarang tinggal di Arab Saudi", katanya.

"Ohhh...",aku tidak meneruskan pembicaraan itu karena tiba - tiba mesin cetak berhenti. Setelah aku cek mesin, ternyata ada kertas yang kusut sehingga rol - rol penggerak berhenti, aku mencabutnya dan kembali menjalan mesin. Syukurlah mesin berjalan kembali dengan lancar, perusahaanku membeli mesin cetak offset ini dari Jerman, bermerek  Heidelbergterbaru. Hasil cetak sangat bagus dan sudah menggunakan tehnologi komputer. Awalnya aku belajar mengoperasikan mesin cetak merek Hamada buatan Jepang, tehnologi lebih sederhana dan mudah pengoperasianya. Di Indonesia yang aku tahu saat ini mesin percetakan terbaik nomer satu dari Jerman, kedua Amerika, ketiga adalah Jepang, belakangan Cina juga memasarkan mesin - mesin cetak offset mereka disini. 

Menurut teman - teman yang mengoperasikan mesin - mesin cetak offset produksi Cina kualitas mesin ini masih jauh dibawah merek dari Jepang, apalagi dari Jerman. Sering hasil cetak kurang memuaskan dari segi warna dan presisi gambar, selain mesin gampang mengalami gangguan. Entahlah, aku sendiri belum pernah menggunakan mesin - mesin cetak offset asal Cina yang saat ini banyak di sentra - sentra cetak printing di Jakarta. 

Sesampainya di rumah menjelang tidur aku teringat informasi Rudi soal keberadaan Habieb Rizieq di Arab Saudi hingga belum kembali, padahal setahuku ibadah ada batas waktunya. "Masa bodoh... buat apa aku pikirin, dia mau dimana saja tidak soal bagiku yang penting buatku bisa menghidupi anak dan istriku dengan rejeki halal",pikirku.

 Tidur ahh... siapa tahu mimpi bisa beli rumah.

Cerita Sebelumnya "Balada Sebuah Impian Warga Jakarta" :

- Balada 1

- Balada 2

- Balada 3

- Balada 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun