Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Sebuah Impian Warga Jakarta (4)

15 Oktober 2017   21:08 Diperbarui: 16 Oktober 2017   15:04 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
impianku masih jauh

Hari Sabtu ini  tidak lemburan, lumayanlah bisa kumpul keluarga lebih cepat. Biasanya aku bawa anak-anak dan istriku jalan - jalan ke Monas. Sejak Pak Jokowi yang dilanjutkan Pak Ahok jadi Gubernur, Monas jadi tujuan rekreasi murah meriah.

Di depan balaikota Pemda DKI Jakarta tiap malam minggu ramai dengan kerumunan warga Jakarta dan sekitarnya. Aku pun termasuk yang ikut menikmatinya, sudah bukan rahasia bila gaji setingkat UMR seperti aku hanya bisa menikmati fasilitas liburan gratis.

Mau nonton film tiap minggu juga mikir, kalau tiap minggu keluarkan dana 300 ribu untuk hiburan, di akhir bulan pasti "tekor". Aku tidak menyesali hidupku , tiap orang punya jalan hidup masing - masing karena rejeki, jodoh dan kematian adalah rahasia Illahi.

Apalagi kalau melihat berita - berita korupsi di televisi, hati suka miris. Timbul pertanyaan dari dalam hati " apa yang mereka cari dalam hidup ini?". Secara materi aku lihat tersangka dan terpidana korupsi bukan seperti aku, pasti mereka tidak berpikir soal perut dan kebutuhan dasar hidup.

Dalam keterbatasan otakku yang hanya lulusaan STM (Sekolah Tehnik Menengah) kalau sekarang SMK. Aku tidak mampu mendapatkan alasan mereka korupsi. Ada yang mengatakan kalau orang tidak pernah puas dengan materi, meski sudah kaya. Mungkin aku juga akan begitu bila ada kesempatan? Semoga tidak.

Hari ini aku dapat kabar dari teman ada acara di Lapangan Banteng. " Ada konser musik gratis, mau datang ?", tanya Rudi.

Kupikir - pikir tak ada salahnya, toh lokasinya tak jauh dari kantor dan rumah. Aku tinggal di belakang Pasar Rumput, Manggarai, sebuah kawasan pemukiman  padat penduduk  yang dihuni berbagai kalangan. Kebanyakan warga pendatang yang bekerja di sektor informal, tak sedikit juga yang sepertiku bekerja di perusahaan kecil sebagai kurir, operator, office boy.

Maka tak heran warga disini sangat mendambakan punya rumah sendiri, lebih baik masih di Jakarta dan tidak jauh dari lokasi kerja. Termasuk aku yang sudah lebih 5 tahun kontrak rumah petak sederhana disini.

Aku dan Rudi di lapangan Banteng, sebuah lokasi bersejarah dahulu bernama Waterlooplein (bahasa Belanda: plein = lapangan) yaitu suatu lapangan yang terletak di Weltevreden, Batavia; tidak jauh dari Gereja Katedral Jakarta. Pada masa itu, Lapangan Banteng dikenal dengan sebutan Lapangan Singa.

Setelah Kemerdekaan berganti nama Lapangan Banteng, anehnya di lokasi ini sekarang menjadi tempat pameran Flora - Fauna selain lapangan sepak bola. Konon menurut sejarah di tempat ini dulu dihuni banyak satwa dan tumbuhan.

Setelah mendapatkan parkir aku melihat deretan karangan bunga mengelilingi pagar besi lapangan, aku tidak perhatikan siapa pengirimnya. Hanya kulihat kata - kata ucapan terima kasih kepada Bapak Jokowi, Ahok dan Djarot selama 5 tahun memimpin Jakarta. Harus aku akui kepemimpinan beliau - beliau sudah membawa perubahan besar kota Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun