Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Silaturahmi Jangan yang Jauh-jauh Dulu Kalau ke Tetangga Dekat Saja Enggan

16 Februari 2020   12:39 Diperbarui: 16 Februari 2020   23:53 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rumah tetangga. (sumber: shutterstock)

Jangan Jauh-jauh Silaturhami Dulu, Kalau ke Tetangga Terdekat Saja Enggan Silaturahmi.

Dalam kehidupan ini, kita tentunya pernah atau sering berkunjung untuk silaturahmi ke tempat saudara, kerabat, ataupun teman.

Bahkan jauhnya jarak yang ditempuh sekalipun terkadang tak mengurungkan niat kita untuk tetap dapat berjumpa bersilaturahmi dalam rangka mempererat tali persaudaraan.

Tapi sebentar dulu, sebelum jauh-jauh silaturahmi, perlu juga kita mengingat, sudahkah kita silaturahmi ke tetangga terdekat atau tetangga sekitar kita?

Berapa kalikah kita pernah silaturahmi ke tetangga sebelah, depan maupun belakang rumah, seberapa kalikah kita pernah bertegur sapa, seberapa dekatkah hubungan sosial kita pada tetangga sekitar kita itu?

Ya, tidak dipungkiri, dengan kian majunya peradaban zaman yang semakin kekinian atau moderen, dan didukung juga dengan semakin mewabahnya perilaku pragmatisme di dalam masyarakat.

Nampaknya kini kita seringkali sedikit terlupa, secara sadar maupun tidak sadar, kita justru lalai, malah mengabaikan lingkungan sosial sekitar kita, termasuk juga untuk hanya sekedar bertegur sapa kepada tetangga sekitar kita dan sedikit enggan menjalin silaturahmi kepada tetangga terdekat kita.

Padahal, meskipun secara langsung kita tidak memiliki hubungan pertalian sanak famili sekalipun kepada tetangga, tapi justru tetangga terdekat kita inilah kerabat terdekat kita yang sebenarnya.

Kenapa?

Ya, karena faktanya, tetangga terdekat kita lah yang paling bisa kita mintai tolong bila sekiranya pada saat-saat tertentu kita sedang membutuhkan pertolongan, tetangga terdekat kita lah sebenarnya yang paling bisa mengerti diajak untuk saling pengertian dan kompromis.

Tetangga terdekatlah yang bisa kita titipi rumah ketika kita sekeluarga bepergian jauh, tetangga terdekatlah yang paling bisa kita mintai tolong bila kita ada hajatan, dan banyak lagi hal-hal lain yang tentunya saling terkait dengan tetangga terdekat kita.

Meskipun terkadang hubungan sosial kepada tetangga terdekat kita itu tak selalu mulus, kadang memang ada kalanya juga kita harus terlibat konflik dan diuji untuk menahan diri.

Tapi di situlah sebenarnya, bagaimana kita bisa memaklumi, sabar dan tetap membina kerukunan bertetangga itu dengan tetap kokoh untuk merajut tali silaturahmi?

Disinilah letaknya sebenarnya perwujudan silaturahmi yang paling sederhana itu, bagaimana kita dapat mengendalikan ego masing-masing, apakah bertahan dengan ego tapi hubungan dengan tetangga jadi retak, ataukah mengalah tapi hubungan bertetangga tetap terjalin erat.

Membina tali silaturahmi untuk tetap dapat menjalin keharmonisan dan mempererat kedekatan hubungan kekerabatan diantara tetangga kita ini tetap amatlah penting.

Akan sangat percuma sama sekali, bila pada yang jauh saja, kita bisa berkorban waktu untuk bersilaturahmi, tapi pada tetangga yang terdekat kita,  ternyata hubungan silaturahmi tidak terjalin dengan baik, karena kita enggan atau tidak ada luang waktu sebentar untuk sekedar bertegur sapa dan berkunjung.

Bisa kita bayangkan, bila kita suatu saat membutuhkan pertolongan yang begitu darurat, tapi karena hubungan tali silaturahmi kita dengan tetangga terdekat kita kurang terjalin dengan baik, beranikah kita minta tolong pada mereka, beranikah kita hanya untuk sekedar mengetuk pintu rumah tetangga terdekat kita itu.

Atau kira-kira, adakah tetangga terdekat yang mau datang menolong, sementara mereka merasa antipati kepada kita, karena kita kurang dekat kepada mereka, hubungan mereka terhadap kita buruk. Yah bisa ditebak sendiri kan jawabannya.

Mungkin kita bisa minta tolong pada saudara, kerabat atau teman, tapi bila dalam keadaan yang sangar darurat, apakah secepat itu pertolongan bisa langsung segera datang.

Sehingga hal ini boleh cocok bila di peribahasakan, Gajah di pelupuk mata tak tampak, tapi semut diseberang lautan tampak.

Ya, karena memang hanya tetangga terdekat kita lah ternyata yang bisa segera datang menolong dan yang paling bisa kita mintai tolong bila kita sedang membutuhkan pertolongan yang sangat darurat itu.

Hal inilah yang perlu jadi renungan bersama, bagaimana begitu amat pentingnya menjalin tali silaturahmi yang harmonis kepada tetangga terdekat kita itu.

Jadi, janganlah dulu pergi jauh-jauh silaturahmi hingga ke ujung dunia tapi pergi silaturahmi kepada tetangga terdekat kita saja kita enggan dan jarang, atau bahkan tidak pernah sama sekali.

Oleh karenanya, janganlah pernah kita sampai terlupa pada tetangga terdekat kita, untuk tetap selalu menjalin tali silaturahmi yang erat kepada tetangga terdekat kita, karena mereka inilah sejatinya kerabat dan teman terdekat kita.

Bukan bermaksud lancang mengajari, tapi semoga sedikit artikel ini dapat menjadi manfaat bersama.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun