Dari dahulu hingga sekarang konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah sepertinya memang tidak akan pernah ada habisnya.
Negara-negara kawasan Timur Tengah selalu dirundung gejolak, konflik yang tak pernah padam, dan kerusuhan tiada akhir.
Kawasan Timur Tengah layaknya ladang kurusetra yang abadi, tempat perang Barata Yuda antara Pandawa dan Kurawa dalam kisah cerita Mahabrata di dunia pewayangan.
Kawasan Timur Tengah tak ubahnya hanya merupakan kawasan yang sangat Distopia, yaitu kawasan yang sangat menakutkan, tempat yang selalu menimbulkan rasa trauma, penuh konflk, karena negara negara yang terlibat didalamnya tak pernah akur dan damai.
Konflik di Timur Tengah seperti efek domino, selalu ada saja masalah-masalah yang timbul dan berpotensi menjadi Trigger konflik di kawasan Timur Tengah.
Bahkan jutaan rakyat yang mendiami kawasan Timur Tengah menjadi menderita, korban jiwa selalu saja berjatuhan dan tak bisa terhindarkan ketika konflik akhirnya pecah.
Timur Tengah selalu berada dalam ritme perang saudara yang berkepanjangan, meskipun ketenangan dan stabilitas  terkadang tercipta, tapi hanya sementara, sehingga tak ubahnya hanya seperti perang dingin saja.
Keberadaan Organisasi Kerja-sama Islam (OKI), yang digadang-gadang dapat berperan mendamaikan kawasan Timur Tengah, ternyata tidak seperti yang diharapkan dan menjadi sangat ironis, padahal mayoritas negara-negara Timur Tengah yang berkonflik tersebut beragama Islam.
Lalu mengapa Timur Tengah rawan konflik? Mengapa Timur Tengah tak pernah damai? Mengapa Timur Tengah selalu perang? Mengapa itu semua terjadi?
Melihat fakta sejarah di masa lalu maupun sekarang, beberapa latar belakang alasan sering menjadi trigger atau pemicu adanya konflik yang tidak ada habisnya.
Bila dirunut kebelakang maka, sejarah panjang konflik antara kelompok kaum Sunni versus Syiah, menjadi biang keladi utama kenapa Timur Tengah tak pernah damai.