Perilaku Do Sexting saat ini semakin mengkhawatirkan saja. Bahkan telah banyak remaja kita yang terjerumus dalam perilaku tersebut.
Perilaku pamer aurat khususnya remaja wanita di depan kamera gawai, saat sedang mandi, ganti baju bahkan sampai tanpa sehelai benangpun merebak saat ini dan yang lebih parah dan memprihatinkan lagi semakin banyaknya video porno yang pelakunya adalah remaja banyak viral di internet.
Seperti yang dikutip dari Kompas.com pada akhir 2018 lalu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) memaparkan ada 525 kasus pornografi dan kejahatan siber yang melibatkan anak-anak per September 2018.
"Memang kalau melihat tren kasus-kasus terkini, anak korban pornografi dan siber itu semakin hari makin naik," kata Ketua KPAI Susanto di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Jakarta, Jumat (9/11/2018) | Kompas.com.
Menurut Susanto, jumlah tersebut menjadi representasi dari semakin tingginya anak-anak terlibat dalam masalah pornografi dan kejahatan siber.
"Ini menunjukkan bahwa pengaduan publik terkait kasus siber hari-hari ini memang meningkat. Dampak dunia digital memang tinggi saat ini, apalagi Indonesia salah satu negara terbesar pengguna media sosial," ujarnya.
Ia berharap, kasus ini menjadi perhatian bagi lembaga pendidikan, orang tua dan masyarakat. Hal itu bertujuan agar anak-anak tidak terpapar masalah pornografi dan kejahatan siber.
"Apapun kejahatan yang ada, prinsipnya jangan sampai gawai itu menjadi otoritas anaknya sendiri, tapi orang tua juga harus mengawasi dari segala potensi kejahatan," tegasnya.
Terakhir, seperti diungkapkan Susanto, tentunya lembaga pendidikan tidak hanya fokus dalam meningkatkan kemampuan siswa di bidang teknologi informasi, tetapi juga melatih tingkat literasinya.
Menyikapi perkembangan yang semakin mengkhawatirkan ini, sudah di nilai sangat perlu dan urgen sekali untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa ini agar tidak semakin terjerumus dan rusak.
Menyoal hal ini, ada beberapa faktor yang dinilai sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja, diantaranya adalah;