Anak adalah bagian terkecil dari sebuah keluarga. Karakter seorang anak merupakan hasil bentukan  adaptasi dalam sebuah keluarga. Watak baik atau buruk tidak hanya terbentuk dari aspek genetika, lingkungan maupun pendidikan, melainkan  akan terbentuk pula dari adaptasi dirinya terhadap dan di dalam keluarganya sendiri.
Dari beberapa teori tentang komunikasi keluarga, Virginia Satir, seorang terapis keluarga, mengelompokkan keluarga dalam beberapa  tipe, sebagai berikut :
Natural family, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung,
Blended family, yaitu keluarga yang  terdiri dari gabungan orang dewasa yang terikat dalam pernikahan setelah masing-masing dari mereka sebelumnya telah memiliki hubungan dengan pihak lain dan memiliki anak,
Single parents, yaitu keluarga yang terdiri dari seorang dewasa tunggal (ayah atau ibu) beserta anaknya disebabkan oleh salah satu orangtua telah meninggal dunia, perpisahan atau perceraian, serta ketidaktanggungjawaban pihak lain atau pergaulan bebas
Extended family, yaitu keluarga terdiri yang dari ayah, ibu serta anak, Â beserta keluarga dekat seperti orangtua, tante, om, paman atau bibi.
Berdasarkan beberapa tipe keluarga tersebut diatas  maka akan  terjadi perbedaan cara adaptasi pada setiap anak. Akan ada perbedaan  karakter yang terbentuk  antara anak yang berada  pada tipe keluarga natural dengan anak yang berada pada  tipe extended family. Begitu juga dengan karakter yang terbentuk pada anak-anak yang berada dalam tipe keluarga lainnya.
Seiring dengan perjalanan usia dan pertumbuhan fisik, Â setiap anak akan tumbuh menjadi remaja. Pada masa ini seorang anak menghadapi lingkungan yang lebih luas dari lingkungan kelurganya dan lebih beragam baik situasi mapun kondisinya. Â
Secara alami akan muncul banyak pertentangan emosi pada diri seorang anak yang beranjak remaja dalam  menghadapi lingkungan yang "baru atau asing" baginya.  Mengapa masa remaja menjadi masa yang sangat mencemaskan bagi setiap orangtua? Karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi manusia dewasa, dimana banyak terjadi perubahan baik secara biologis, fisik dan psikologisnya.Â
Perubahan-perubahan ini mempengaruhi kemampuan remaja dalam memberikan respon pada kondisi lingkungan yang lebih beragam, yang tentu saja akan melibatkan emosi. Â Emosi sendiri merupakan dorongan perasaan alamiah yang diberikan Tuhan sebagai upaya melindungi diri.
Secara biologis, pada usia remaja seorang anak akan mengalami perubahan hormonal. Perubahan hormonal yang terjadi bagi setiap anak akan berbeda, sehingga tentu saja emosi atau reaksi hormonal seseorang akan berbeda pula. Reaksi emosi anak yang muncul terkadang bisa berbahaya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.Â