Mohon tunggu...
Sifa Fauziah
Sifa Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenakalan Remaja Kaum Santri di Pesantren

13 Juni 2023   21:06 Diperbarui: 13 Juni 2023   21:08 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Apakah benar pesantren itu tempatnya anak-anak nakal?" itu adalah sebuah pertanyaan yang sering kali dipertanyakan oleh orang awam tentang pesantren.  "Di mana anak-anak yang berperilaku menyimpang mencari perawatan?" "Dimana tempat anak-anak yang bermasalah mencari ketenangan?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup beralasan karena banyak orang yang percaya bahwa jika anak mereka nakal kemudian dibawa ke pesantren, kyai akan membantu mereka dalam merehabilitasi jiwa, perangai, dan perilaku mereka dengan harapan mereka akan berperilaku baik ke rumah dan memenuhi harapan orang tua mereka. Dalam situasi seperti ini, masuk akal bagi orang awam untuk mempertanyakan kebenarannya tentang pesantren yang dekat dengan anak-anak nakal yang mencari kesembuhan.

Pada sisi lain juga  muncul beberapa  pertanyaan  yang  berbanding  terbalik  yang menyatakan  bahwa  "pesantren  itu  adalah  wadahnya atau tempatnya  para orang-orang  yang ingin menggali ilmu agama Allah, kemudian tempatnya orang-orang yang ingin mendekat diri kepada  Allah  swt,  serta tempatnya  orang-orang   yang mengkaji  Ilmu Agama  Islam  secara  mendalam. Namun, seperti apa keadaan sebenarnya?Apakah memang ada anak-anak yang menyimpang dari kebiasaan mereka?  Apakah ada anak-anak dari "kaum santri" yang tidak mau diatur? Apakah ada murid-murid yang bertindak sesuka hati mereka? Atau setiap santri tidak mengalami kenakalan selama menjadi siswa di pesantren? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara ilmiah, harus ada data ilmiah. Ini akan menunjukkan bahwa, meskipun anak-anak belajar agama di pesantren, kaum santri tetap melakukan tindakan yang melanggar aturan, melanggar kesusilaan, dan tidak bermoral. Hal ini mengingat bahwa mereka adalah anak-anak yang sangat muda dan mudah terpengaruh, serta situasi mereka yang sedang mencari jati diri mereka sendiri.

Kenakalan remaja, juga dikenal sebagai juvenile delinquency, berasal dari kata "juvenile", yang berarti "remaja", dan "delinquency", yang berarti "kejahatan" dalam cyberspace. Dalam arti sempit, juvenile delinquency diartikan sebagai kejahatan yang dilakukan oleh remaja atau remaja yang jahat.Penulis mengartikan pelanggaran remaja sebagai dall, atau kesesatan remaja, ketika mengacu pada Al-Qur'an.  Dalam bahasa Arab, "dall" berarti hilang, mati, tersembunyi, sia-sia, binasa, lupa, sesat, dan bingung.

Menurut Azam Syukur dalam jurnal berjudul "Kenakalan Remaja dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam", kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang bertentangan dengan aturan agama, hukum positif, dan adat yang kemudian berkembang menjadi penyakit sosial atau penyakit masyarakat yang merugikan tidak hanya masyarakat itu sendiri, tetapi juga diri mereka sendiri dan keluarga mereka. "Tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh kaum remaja yang nyantri di pesantren namun berpaling dari jalan lurus dan jalan yang benar" adalah definisi kenakalan remaja santri yang mengarah pada aspek religius-illahiyah.

Terlepas dari itu, beberapa hanya bersifat sementara karena mereka salah dan kemudian benar. Namun, ada beberapa orang yang bersifat baku, yang berarti mereka tidak dapat diperbaiki lagi selama tinggal di pesantren. Selain itu, keyakinan pesantren berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis melanggar keyakinan tersebut.Menurut definisi di atas, ada beberapa elemen atau atribut yang membentuk kenakalan remaja santri. Pertama, kenakalan tersebut dilakukan oleh seorang santri sendiri, yang merupakan istilah untuk seseorang yang belajar dan mondok (tinggal) di pesantren. Kedua, dia menyimpang dari jalan yang benar dan lurus. Ketiga, kenakalannya ada yang sementara dan kekal. Keempat, melanggar aturan kepesantrenan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Hadis. "Tindakan atau perbuatan yang sifatnya tidak menyenangkan dan merugikan orang lain dan dirinya sendiri yang dilakukan oleh remaja yang sedang belajar di pesantren" adalah definisi umum dari kenakalan remaja santri.

Ada beberapa faktor yang berkontribusi atau penyebab terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kaum santri selama mendaftar di pesantren, di antaranya adalah: 

1. Dari perspektif santri sendiri, masuk ke pesantren merupakan paksaan dan keterpaksaan, dan tidak ada upaya untuk "menyadarkan" dan "mencerahkan" diri sendiri bahwa mendaftar di pesantren adalah pilihan terbaik dan bukan kesalahan. Akibatnya, anak-anak seperti itu membuat ulah dan melakukan perilaku negatif selama tinggal di pesantren. Mereka menganggap ini sebagai cara untuk menunjukkan ketidakterimaan mereka terhadap penempatan mereka di pesantren oleh orang tua mereka.  Harapan mereka adalah bahwa karena pelanggaran mereka, mereka akan dikeluarkan dari pesantren dan disekolahkan di sekolah yang lebih mereka inginkan.

2. Dilihat dari Lingkungan Pesantren yaitu adanya aturan yang ketat pada lingkungan pesantren membuat santri nakal semakin berkembang karena mereka merasa terpenjara oleh aturan tersebut dan kemudian menggugatnya dan ingin bebas dari aturan tersebut. Serta jika ada aturan yang terlalu bebas juga dapat membiarkan anak-anak berbuat apa saja yang mereka suka karena mereka merasa tidak ada yang membatasi atau melarang mereka. Akibatnya, santri dapat dengan bebas mengungkapkan perilaku negatif mereka.

3. Berdasarkan Hubungan Antar Santri. Lingkungan santri di mana terjadi percampuran putra dan putri (baik di kelas maupun asrama putra dan putri yang dekat) juga dapat menyebabkan tindakan menyimpang yang tidak seharusnya terjadi di lingkungan pesantren. seperti pacaran antara siswa putra dan putri, bahkan sampai tahap yang berlebihan.

Banyak masyarakat yang percaya bahwa dipesantren tidak ada kenakalan.  Semua murid tunduk dan patuh pada aturan, dan di  pesantren berbagai pelanggaran perilaku tidak terjadi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan masyarakat sendiri bahwa pesantren adalah tempat religius yang dapat memotivasi para santri untuk berperilaku positif. Namun, harapan masyarakat tidak sepenuhnya tepat, karena masih ada pelanggaran dan penyimpangan perilaku di pesatren. Sebenarnya, kenakalan tersebut terbagi menjadi kategori ringan, sedang, dan berat, dan setiap kategori ini dapat ditemukan dan dapat ditemukan juga di pesantren mana pun. Untuk mengatasi kenakalan remaja santri di pesantren, beberapa pendekatan digunakan, seperti melakukan pendekatan dari hati ke hati (touching heart), pendekatan spiritual-religius, dan pendekatan berbasis kedisiplinan yang tegas sesuai aturan. Karena, hal  tersebut bertujuan untuk  untuk menegakkan  kehormatan  pesantren.Dengan  demikian pula, harapan bagi dunia pendidikan Islam ini akan menjadi sebuah penerang sekaligus juga pencarian solusi agar tidak terjadi kenakalan-kenakalan di ranah pesantren, yang memang idealnya "tidak seharusnya terjadi", karena kuatnya iklim spiritual dan akhlakul karimah  di pesantren.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun