Mohon tunggu...
Eka AnisahYusryana
Eka AnisahYusryana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya Mahasiswa Universitas Airlangga Prodi Teknik Industri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kehadiran Presiden Rusia dan Ukraina pada G20 di Indonesia, Awal Perdamaian atau Malah Memicu Perang?

5 Juni 2022   10:47 Diperbarui: 5 Juni 2022   17:34 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan infrasturktur akibat invasi Rusia-Ukraina./Reuters 

Tindakan Putin sudah melanggar banyak perjanjian global. Saat ini Rusia telah mengantongi lebih dari 3.600 sanksi internasional. Tentu saja, tidak luput dari sanksi ekonomi yang akan dibahas pada G20 nantinya. Tidak bisa dipungkiri jika nanti banyak negara barat yang akan menyudutkan Rusia seperti Amerika Serikat dan Inggris. 

Bisa saja, pihak barat akan menyinggung hal diluar konteks seperti masalah militer dan kekuasaan adidaya. Bukan rahasia lagi bahwa Amerika dan Inggris mengirimkan tentara bayaran pada Ukraina untuk melawan Rusia. Bahkan banyak pasokan senjata Ukraina berasal dari Negara Barat. 

 Hal ini akan membuat Rusia yang dipandang kekuatan militer terbesar kedua merasa diremehkan. Terlebih, saat ini Rusia sudah tidak mempercayai PBB karena menganggap keputusan PBB berada pada pengaruh Amerika Serikat dan aliansinya. 

Bisa saja Putin menganggap ini adalah awal peperangan yang sesungguhnya, mengingat banyaknya spesikulasi bahwa Perang Dunia ke -3 akan segera dimulai. Rusia pun sempat mengeluarkan ancaman bagi negara yang ikut campur dalam konflik di Ukraina akan mendapatkan penangan serangan balik dalam waktu dekat. 

Dengan situasi yang kian memanas akibat perang Rusia-Ukraina, perlu dilakukan berbagai pertimbangan bagi Indonesia dalam keberlangsunggan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2022 nanti. Jangan sampai, konferensi yang bertujuan menyelesaikan permasalahan perekonomian dunia justru menjadi ajang munculnya permasalahan baru. 

Pemerintahan juga perlu menyusun strategi antisipasi untuk kemungkinan ancaman yang akan terjadi seperti membuat perjanjian tertulis bagi peserta G20 untuk tidak menimbulkan tindakan sensitif yang membahayakan khusunya bagi keamanan global. 


Terlebih lagi, dunia juga berharap G20 yang menangani isu ekonomi juga sekaligus menjadi wadah perdamaian hubungan Rusia dan Ukraina.

Pemerintah Indonesia harus menemukan cara agar konferensi G20 berjalan dengan semestinya dan mampu mengarahkan pada pemulihan ekonomi dunia. Apa lagi, saat ini dunia belum sepenuhnya keluar dari krisis pandemi khususnya bagi negara berkembang yang masih belum berhasil mencapai kestabilan ekonomi sesuai yang diharapkan G20.  

Tujuan utama dari G20 tidak boleh dihilangkan mengingat G20 adalah forum untuk membahas masalah ekonomi dan kerja sama perdagangan demi meningkatkan kesejahteraan bukan membahas masalah politik maupun perang.

Pemerintahan Indonesia juga diharapkan terus berkonsultasi kepada pihak -- pihak terkait untuk mengahadapi tantangan keberlangsungan G20 ditengah perang Rusia-Ukraina. 

Apakah nantinya konflik ini akan disentuh dengan mendetail pada forum itu tergantung situasi dan kondisi. Jangan sampai terjadi tindakan yang dapat merusak perdamaian dan stabilitas dunia atau merusak tujuan utama G20. Semua elemen yang terlibat pun juga perlu memastikan keberhasilan G20.

-Artikel ini ditulis oleh: Eka Anisah Yusryana (Mahasiswa Universitas Airlangga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun