Mohon tunggu...
Kapitha Indonesia
Kapitha Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Baik

Orang Baik dan suka menulis, mudah bergaul dengan siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Pancasila, Bukan Belajar dari Negara-negara Timur Tengah yang Gagal

11 Januari 2018   06:39 Diperbarui: 11 Januari 2018   08:33 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : NU Online

Oleh : Sidra Sofyan

Sudah puluhan tahun kita berpancasila, dan hanya Pancasila yang bisa menyatukan kita dalam keberagaman (kebinekaan). Pancasila itu sudah final sebagai konsensus dasar bernegara kita yang dicetuskan oleh para pendiri bangsa, pada tanggal 1 Juni 1945.  

Kenapa akhir-akhir ini, ada sekelompok atau orang-orang tertentu yang ingin menggantikan dasar negara dengan ideologi lain, sebut saja Khilafa (Negara Islam) padahal itu bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Negara ini tidak perlu menjadi negara agama atau negara islam, cukup saja umatnya beragama sperti itu yang dikatakan ketua Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj "Sekali lagi, bukan negara agama, tetapi negara yang rakyatnya beragama," (nu online)

Pancasila tidak hanya sebagai  ideologi atau dasar negara, tetapi Pancasila  merupakan benteng pertahanan terakhir NKRI, yang apabila  tergantikan maka hancur pula bangsa Indonesia. Bayangkan saja, kalau bangsa ini tidak punya dasar negara seperti Pancasila yang bisa menyatukan semua gologan tanpa terkeculai, kita mugkin seperti bangsa-bangsa di Timur Tengah yang gagal dan sudah lama hancur karna konflik berkepanjangan.

Kita seharusnya belajar dari negara-negara yang mayoritasnya islam di Timur Tengah, negara yang punya peradaban tetapi gagal oleh karena disusupi ideologi barat dengan menamakan dirinya ISIS.

Mereka yang anti terhadap ideologi negara (Pancasila) adalah sebuah ancaman serius terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.  Anti Pancasila sama bahayannya dengan Islamic State of Irak and Syam(ISIS), karena dalilnya ISIS adalah negara khilafah, sekalipun itu berakhir dengan konflik ekonomi politik yang dilakukan negara-negara "barat"

Tidak hanya media cetak dan online memberitakan siapa otak dibalik manusia berjubah Hitam itu ?. Kalau kita baca buku Perang Asimetris  karya Arif Pranoto dan Hendrajit akan sangat jelas bahwa, ISIS hanya dijadikan alat atau pintu masuk ke negara target.  Target siapa ? target dari koalisi militer pimpinan Amerika Serikat (AS). Selanjutnya bahwa ISIS hanyalah false flag operation,sebagaimana dulu paman Sam membidani sertra memelihara al Qaedah dan Taliban.

Dihalaman yang lain dari buku perang asimetris misalnya, Arab Spring di Timur Tengah, gerakan yang mereka lakukan adalah dari  "gerakan masa" sampai pada pembrontakan bersenjata, yang kemudian berakhir pada jatuhnya sebuah sebuah pemerintahan seperti jatuhnya rezim Ben Ali di Tunisia, Ali Abdullah Salah di Yaman, dan Hosni Mubarak di Mesir.

Dibagian akhir dari tulisan ini yang perlu kita waspada adalah "gerakan masa". Gerakan masa kalau dilihat dari kacamata perang Asimetris adalah salasatu senjata masa kini yang sangat mematikan. 

Senjata seperti ini sudah berhasil diuji coba dibeberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Coba perhatikan Indonesia, jatuhnya pemerintahan Suharto (Orde Baru) yang bukan dengan kekuatan militer tetapi berakhir dengan gerakan masa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun