Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Benarkah Edhy Prabowo Terlena di Dalam Gurihnya Bisnis Benur (Lobster)?

30 November 2020   20:22 Diperbarui: 30 November 2020   20:35 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak lama, para guru dan orang tua kita yang mencoba menarasikan bahwa kandungan kekayaan alam di Indonesia itu bukan terletak di daratannya saja, tetapi juga terletak di lautan. Sayangnya, tidak banyak pejabat kita yang peduli meski menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau (LIPI), taksiran nilai kasar kekayaan laut indonesia saja jika ditotal lebih dari 1.700 triliun rupiah. Menakjubkan memang dan nilai itu baru taksiran terendahnya saja dalam artian, nilai sebenarnya diprediksi bisa jauh lebih besar lagi dan dari angka 1.700 triliun rupiah tersebut salah satu potensi terbesarnya terdapat di sektor perikanan. 

Salah satu kekayaan laut di sektor perikanan kita yang nilainya sangat besar adalah Lobster, Indonesia bisa dikatakan sebagai penghasil Lobster terbesar di dunia. Potensinya bisa mencapai 2-3 miliar ekor benih lobster per tahunnya. Bahkan, di daerah Lombok Tengah saja, potensinya Lobsternya mencapai 300 juta ekor per tahun, benih lobster di negara kita memang sangat melimpah. Para nelayan saja bisa memanen sampai 10 kali dalam setahun, itulah mengapa bisnis benih lobster begitu gurihnya di negara kita. Yang menjadi pertanyaan kita semua adalah apakah nelayan kita bisa menjadi kaya karena hasil budidaya benih lobster yang melimpah? 

Jawabannya tentu tidak, nelayan kita tetap saja miskin, paling dikatakan kaya kalau sudah punya mobil satu saja, inilah kenyataan di lapangan yang mengherankan kita semua. Pertanyaan selanjutnya, berapasih harga benih Lobster per ekornya? Di dalam sebuah artikel yang saya baca, saya menemukan harga benih Lobster mencapai 50 ribu rupiah per ekornya, jika di budidayakan sampai mencapai berat 500 gram, harganya bisa mencapai 500 ribu rupiah per ekor. Faktanya, di lapangan benih Lobster dari nelayan ini hanya dihargai 15 ribu rupiah saja per ekornya dan jika di ekspor harganya mencapai 70 ribu sampai 150 ribu per ekornya. 

Inilah yang mendorong Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan pada waktu itu melarang ekspor benih Lobster, benih Lobster seharusnya di budidayakan disini dulu baru bisa di jual ke pasaran dalam bentuk yang sudah besar. Entah mengapa, aturan yang baik ini sontak mendapat tentangan keras dari para nelayan yang sejak lama sudah merasakan gurihnya dari ekspor benih Lobster ini, dampaknya jumlah penyelundupan pun benih Lobster pun menggila, bahkan setiap bulannya ada saja penyelundup yang tertangkap tangan. Kuatnya desakan dari para nelayan ini, membuat Jokowi mengambil keputusan dengan mengganti Susi Pudjiastuti. 

Pengganti Susi Pudjiastuti adalah Edhy Prabowo yang berasal dari Gerindra, Edhy membuat kebijakan yang berlawanan dari Susi, yaitu dengan di bukanya kembali ekspor benih lobster. Apa yang menjadi alasan dibukanya ekspor benih Lobster ini? Alasannya adalah ada sebuah penelitian yang mengatakan kalau benih Lobster itu tidak bisa bertahan lama di habitatnya, dari 10 ribu benih lobster yang hidup, hanya 1 saja benih yang mampu bertahan di dalam air. Mayoritas benih yang mati itu dimakan oleh predator air seperti ikan kakap, kerapu, dan ikan karang. Daripada benih itu dimakan ikan, mending di ekspor saja sekalian. Maka Edhy Prabowo bergegas menunjuk beberapa pengusaha untuk menjadi eksportir benih Lobster di Indonesia. 

Salah satu eksportir yang ditunjuk oleh Edhy adalah Hashim Djojohadikusumo, adik dari Menhan Prabowo Subianto yang merupakan pendiri Gerindra, partai tempat Edhy Prabowo berasal. Apakah dengan di bukanya ekspor benih Lobster, angka penyelundupan benih Lobster bisa hilang? Tidak juga ternyata, para nelayan yang menyelundupkan benih Lobster itu tetap massif kegiatannya, karena mereka menganggap ekspor legal justru membuat harga benih lobster menjadi tinggi. Menurut ketua asosiasi budidaya ikan laut Indonesia, Wajan Sudja, mahalnya harga ekspor legal benih lobster ini disebabkan karena adanya penunjukkan tunggal, maksudnya hanya satu perusahaan yang mempunyai izin mengangkut benih lobster dari nelayan untuk di ekspor keluar negeri. 

Jelas sekali, ini berarti ada permainan monopoli usaha dan melanggar Undang-Undang. Dengan adanya monopoli usaha inilah, biaya pengiriman yang biasanya dihitung per kilogram jadi dihitung per ekor. Belum lagi biaya pajak, lalu resiko kematian Lobster di perjalanan, ada lagi resiko tidak dibayar karena barang tidak sesuai yang dipesan penerima, macam-macamlah pokoknya. 

Inilah yang memberatkan para nelayan dan pengusaha mengikuti ekspor benih lobster legal yang dibuat Edhy Prabowo, akhirnya banyak yang memilih menjadi penyelundup dengan resiko tinggi karena untung yang didapat juga jauh lebih tinggi. Pusing, kan kalau berbicara mengenai fakta dan kebijakan yang tidak sejalan di lapangan, wajarlah kalau Edhy Prabowo di hadiahkan rompi orange oleh KPK.

Ini baru masalah benih lobster yang keuntungannya begitu gurih bagi para pengusaha, belum lagi kekayaan alam lainnya seperti terumbu karang dan lain-lainnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun