Mohon tunggu...
Siauw Joen Kiong
Siauw Joen Kiong Mohon Tunggu... Pandita Buddha

Saya seorang pemuka agama, suka mengisi kelas Dhamma dan ceramah di beberapa vihara, saat ini juga sedang membina warga binaan di lapas cipinang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pelajaran dari Sebait Puisi

20 Agustus 2025   10:03 Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:03 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angin Kecil yang Menggoyahkan Gunung

Sang guru, tetap tenang, membacakan ulang puisi yang telah dieditnya itu. Kemudian ia menatap tajam muridnya sambil berkata:

“Kau bilang kau sudah tak tergoyahkan bagai Mahameru menantang badai. Tapi hanya dengan ‘angin’ kata kentut saja, kau sudah tertiup jauh sampai ke sini.”

Kerapuhan di Balik Keyakinan Diri

Cerita Zen ini mengandung sindiran halus namun tajam. Kita sering merasa sudah matang, sudah kuat, atau bahkan sudah “tidak tergoyahkan.” Namun, ujian sebenarnya justru datang dari hal-hal kecil yang tampak sepele.

Kita mungkin bisa tabah menghadapi masalah besar, tetapi satu komentar pedas, satu ejekan remeh, atau satu kata yang menyakitkan hati bisa membuat kita jatuh dalam amarah. Seperti kata pepatah, “Kekuatan sejati bukan terletak pada mengalahkan orang lain, melainkan mampu menaklukkan diri sendiri.”

Mengenali Angin Duniawi

Dalam ajaran kebijaksanaan kuno, kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai empat angin duniawi—pujian dan celaan, keberhasilan dan kegagalan, kebahagiaan dan penderitaan, kehormatan dan penghinaan.

Kutipan yang relevan menyatakan:

> “Seperti batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai, demikianlah orang bijak tak terguncang oleh pujian maupun celaan.”


Sang yogi dalam cerita tadi sebenarnya sedang diuji. Bukan oleh badai besar, tetapi oleh “angin kecil”—sebuah kata yang tampaknya sepele. Namun justru dari situ ia melihat betapa rapuh fondasi batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun