Sugar coating tidak berarti Anda bohong. Anda tetap menyampaikan fakta yang sebenarnya, tetapi dengan cara yang lebih halus, bijak, dan enak didengar. Sebab, kebenaran yang diucapkan tanpa empati sering kali terasa seperti menghina atau menyerang pribadi seseorang.
Contoh Gampangnya:
Daripada Anda bilang, "Laporanmu kacau, isinya berantakan," yang membuat rekan kerja langsung defensif.
Anda bisa memilih kalimat yang sama jujurnya: "Ide ini bagus, mungkin bagian ini kita rapikan sedikit lagi supaya pembaca tidak bingung dan lebih mudah memahami maksud utamanya."
Pesannya sampai, tapi suasananya terjaga. Itu adalah seni berkomunikasi---membuat kebenaran bisa diterima tanpa merusak hubungan kerja.
Di Kantor, Kinerja dan Cara Bicara Sama Pentingnya
Kita harus akui: orang yang cepat naik jabatan bukan hanya yang paling rajin, tapi yang paling pintar bicara. Mereka tahu betul kapan harus mengkritik, bagaimana menyampaikan ide, dan bagaimana membuat orang merasa dihargai, meskipun sedang dikoreksi.
Sugar coating di sini berfungsi sebagai strategi menjaga hubungan (diplomasi). Dia meredam ego yang mudah tersinggung, dan memastikan pesan penting tim tetap jalan tanpa menyebabkan keributan.
Bayangkan Anda punya atasan yang gampang marah. Apakah bijak jika Anda langsung bilang, "Pak, ide Bapak salah besar dan tidak masuk akal"? Jelas tidak.
Anda bisa bilang, "Saya mengerti sekali arah yang Bapak tuju. Mungkin kita bisa coba tambahkan satu cara lain supaya hasilnya nanti bisa lebih maksimal."
Sama-sama jujur. Tapi cara kedua menghormati atasan dan membuka pintu untuk kerja sama. Ini adalah kemampuan bertahan (survival skill) yang tidak diajarkan di sekolah.