Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yakin Tapi Salah? Waspada! Ini 7 Jebakan Pikiran yang Bikin Kamu Merasa Paling Benar Sendiri

10 Juli 2025   19:05 Diperbarui: 10 Juli 2025   19:05 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shocked Woman Poinitng a Finger on her Acquaintance (sumber: Pexels.com /SHVETS Production)

Contoh Gampang: Kamu yakin kalau jalan pintas lewat gang sempit itu paling cepat buat sampai kantormu. Temanmu sudah bolak-balik bilang ada jalan lain yang beneran lebih cepat, lebih lebar, dan nggak macet. Tapi kamu tetep ngotot, "Nggak ah, lewat sini aja pasti lebih cepet." Walaupun ujung-ujungnya telat juga karena kejebak motor keluar gang.

Mengakui kesalahan dan mau belajar dari orang lain itu justru tanda kecerdasan dan kebijaksanaan lho, bukan kelemahan atau kekalahan. Justru orang yang bijak itu mau belajar dari semua hal, termasuk dari kesalahan sendiri (dan orang lain).

6. Cuma Mau Bergaul dengan Orang yang Sepemikiran (Terjebak di "Ruang Gema")

Pernah dengar istilah "ruang gema" alias echo chamber? Ini kondisi di mana kita cuma berinteraksi dengan orang-orang atau informasi yang punya pandangan dan keyakinan sama persis dengan kita. Akibatnya? Keyakinan kita makin kuat dan mengakar, tak peduli apakah itu benar atau salah, karena tidak ada yang membantah.

Contoh Gampang: Kamu cuma follow akun media sosial yang isinya sejalan dengan opini kamu. Kalau ada akun yang beda dikit, langsung di-blokir atau di-unfollow tanpa pikir panjang. Atau, kamu cuma nongkrong dengan circle yang setuju terus sama kamu, dan yang punya pandangan beda langsung 'diasingkan'.

Padahal, untuk berkembang, kita butuh "gesekan" ide dan pandangan yang berbeda. Itu yang akan mengasah pikiran kita. Kalau tidak, keyakinan kita bisa jadi cuma kayak gelembung sabun yang sangat rapuh, siap pecah kapan saja saat bersentuhan dengan realita yang berbeda.

Shocked Woman Poinitng a Finger on her Acquaintance (sumber: Pexels.com /SHVETS Production)
Shocked Woman Poinitng a Finger on her Acquaintance (sumber: Pexels.com /SHVETS Production)

7. Gampang Cemas atau Frustrasi Kalau Dunia Nggak Sesuai Harapan (Si Anti-Fleksibel)

Keyakinan yang terlalu kaku atau salah bisa bikin kita stres saat kenyataan nggak sesuai ekspektasi. Kita jadi sulit menerima perubahan, cenderung menyalahkan segala sesuatu di luar diri sendiri, dan akhirnya, cuma bisa mengeluh.

Contoh Gampang: Kamu sudah menyusun rencana liburan super detail, jadwal ketat, dan yakin 100% bakal mulus seperti di film. Eh, tiba-tiba tiket kereta habis, atau destinasi tujuan mendadak ditutup karena renovasi. Langsung deh kamu panik, marah-marah, dan merasa dunia nggak adil. Padahal, rencana cadangan tidak pernah ada di kamusmu.

Keyakinan yang sehat itu fleksibel. Dia bisa menyesuaikan diri dengan "alur" dunia yang dinamis, bukan malah memaksakan dunia ikut "alur"nya. Hidup jadi jauh lebih santai dan menyenangkan kalau kita nggak terlalu kaku sama keyakinan kita sendiri, dan justru belajar beradaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun