Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mewaspadai Hubungan Ibu dan Anak yang Tidak Sehat

8 Juni 2022   12:44 Diperbarui: 10 Juni 2022   20:44 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan ibu dan anak | Sumber: Pixabay

Keluarga itu penting, setidaknya kita semua sepakat mengenai hal tersebut. Di dalam satu keluarga, menjadi orangtua, selain seorang ayah, peran ibu pun tentu memiliki tantangan tersendiri. 

Seorang ibu bisa dikatakan hebat jikalau sosoknya di dalam keluarga memiliki hubungan yang harmonis dan sehat terhadap anak-anaknya, selain terhadap suaminya, tentu saja.

Sayangnya, tidak semua keluarga memiliki hubungan ibu dan anak yang demikian. Hubungan ibu dan anak yang tidak sehat harus diwaspadai---harap dicatat bahwa ini mengacu kepada anak sebelum dewasa. Selanjutnya, tulisan ini menyajikan beberapa hubungan ibu dan anak yang ditenggarai kurang baik. Jika terjadi seperti itu, bagaimanakah dampaknya?

Egaliter

Seorang ibu ingin menjadi sahabat bagi anaknya, maka hubungan yang terjalin akan tampak setara di permukaan. Hubungan semacam ini disebut egaliter, yang berarti tidak ada pihak yang memiliki otoritas atas yang lain. Poin positif dari hubungan egaliter ini adalah saling terbukanya ibu dan anak. 

Berbagi rahasia dari anak ke orangtua atau sebaliknya telah terbukti menghasilkan hubungan yang lebih berkualitas dan kemungkinan kenakalan anak yang lebih rendah dan tingkat stres ibu yang berkurang. Kedengarannya bagus, bukan? Namun, ada hal yang perlu diwaspadai.

Ibu yang membangun keintiman dengan anak tidak berarti sepenuhnya menyerahkan masalah pribadi dan emosionalnya kepada anak. Berbeda dengan anak yang nyaman---dan memang seharusnya--berbagi rahasia atau masalah pribadinya kepada ibu, maka seorang ibu meski masih dapat berbagi sedikit kehidupan mentalnya, tetapi tidak sampai membuat anak tertekan---seorang anak yang mengetahui permasalahan ibunya itu seharusnya hanya cukup untuk membantunya belajar dan memahami ibu sebagai manusia.

Hubungan egaliter ini juga berarti bahwa tidak ada pihak yang memiliki tanggung jawab sebab ibu menunjukkan gaya pengasuhan permisif yang tidak sehat. Biasanya, hubungan egaliter ini menunjukkan karakteristik pola pengasuhan ibu yang memanjakan anak atau dikenal dengan istilah "serba boleh". 

Hal ini kemudian menjadi kurang baik sebab tidak adanya batasan tanggung jawab yang diberikan ibu kepada anak meski anak bisa tumbuh kreatif bebas mengekspresikan diri. 

Akan tetapi, ibu yang membebaskan anak berbuat semaunya dalam jangka panjang justru akan menyebabkan kebingungan pada anak karena tidak terbiasa dengan batasan yang ada. 

Hal tersebut dapat membuat anak menjadi sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, egois, menuntut, serta cenderung memberontak.

Atasan dan Bawahan

Berbeda dengan hubungan egaliter, hubungan antara atasan dan bawahan ini mengayunkan pendulum ke sisi lain ketika seorang ibu terus-menerus menjadi diktator mikromanajemen bagi anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun