Mengelola emosi kita untuk memanajemen waktu
Filosofi Stoic mengatakan “Beliefs underlie feeling”. Maksudnya, keyakinan kita terhadap sesuatu akan membentuk perasaan atau suasana hati.
Jika keyakinan terhadap suatu hal atau suatu pekerjaan itu selalu negatif, emosi yang tercipta akan negatif juga. Demikian pula dengan kepercayaan positif. Contohnya, kita mendapat tugas. Namun, kita mempresepsikan tugas itu sebagai beban. Apa yang terjadi? Kita menjadi malas karena adanya emosi negatif dari keyakinan kita. Sebaliknya, jika mempresepsikan tugas itu sebagai ilmu baru, kita bakal bisa lebih positif dan itu mengurangi kemalasan.
Seorang filsuf Yunani, Epitectus, menyatakan bahwa kita terdistraksi (atau dalam hal ini prokrastinasi) bukan karena benda-bendanya (objek), melainkan karena prinsip dan gagasan yang kita bentuk sendiri.
Jadi, prokrastinasi bukan disebabkan oleh objek di sekitar kita, misalnya ponsel, televisi, bacaan, atau apapun itu, melainkan oleh mindset kita.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa susasana hati secara drastis bisa memengaruhi pencapaian kita secara drastis pula. Karena itulah, cobalah untuk membuat suasana hati positif dengan mempresepsikan sebuah pekerjaan sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Mengevaluasi apakah yang kita lakukan itu produktif atau tidak
Coba kita bertanya ke diri sendiri apakah kita betul-betul melakukan hal yang penting? Atau mungkin selama ini kita melakukan tugas yang sebenarnya tidak penting-penting sekali.
Salah satu filsuf Stoic, Marcus Aurelius, mengatakan bahwa melakukan sesuatu dengan baik tidak menjadikan sesuatu itu lebih penting.
Ini adalah salah satu masalah paling umum dari banyaknya tips manajemen waktu atau tips produktivitas. Banyak dari kita yang fokus pada bagaimana caranya melakukan sesuatu dengan cepat.
Padahal, kendati cepat atau baik dalam mengerjakan sesuatu, kita belum tentu mengerjakan hal yang betul-betul penting.