Mohon tunggu...
Muhammad Shoma
Muhammad Shoma Mohon Tunggu... Jurnalis - Wasis Solopos Angkatan XX

cogito ergo sum.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kami Penentu Nasib Media Cetak

12 April 2018   21:10 Diperbarui: 13 April 2018   04:23 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari Selasa (27/02) kemarin, saya diundang SOLOPOS untuk datang ke focus group discussion yang bertemakan 'Inovasi Koran SOLOPOS di Tengah Perkembangan Media Digital'. Diskusi itu juga dihadiri Mas Sapto, Mas Geri, Mas Anto, dan sederet lainnya. Poin terpentingnya, bagaimana mengajak generasi zaman now untuk 'kembali' kepada media cetak.

Untuk mengerti secuil gambaran atas situasi kontemporer yang tengah dihadapi media cetak, adalah tindakan bijaksana jika kita memulai dengan membahas siapa Generasi Z itu, generasi yang nantinya akan menentukan hidup atau matinya media cetak.

Siapa Generasi Z?

Di bawah pohon mangga, matahari menyinarkan sinarnya melalui bilik-bilik dedaunan. Saya duduk di bawah pohon itu sembari mambaca koran SOLOPOS dan seorang kawan datang ke arah saya. "Lagi baca apa? Tulisanmu di mana, nih?" tanyanya pada saat itu. Saya sodorkan koran itu ke arahnya dan ia segera membaca rubrik Gaul, tempat di mana saya menjadi penulis aktif di dalamnya selama enam bulan.

"Aku jarang baca koran. Sekalinya baca koran, jadwal tayangan televisi yang aku baca," ujar kawan saya itu sembari tertawa renyah. Kami adalah generasi Z atawa yang bisa dipanggil dengan iGeneration. Beberapa platform meramalkan media cetak akan runtuh di generasi kami atau generasi sesudah kami.

Pada awalnya ialah Karl Mannheim---sosiolog asal Hongaria yang berkarir akademis di Jerman dan Inggris, yang memprakarsai Teori Generasi. Seorang yang juga filsuf ini pernah menulis esai yang berjudul The Problems of Generations pada 1923, yang secara general menjabarkan Generasi Z ialah mereka yang lahir pada kurun waktu 1995 hingga 2010.

Namun patokan tersebut tak menjadi hal yang mutlak. Seperti yang dikutip pada laman daring Tirto.id, Badan Statistik Kanada, misalnya,  mendefinisikan Generasi Z sebagai generasi yang lahir antara 1993 sampai 2011. Sementara McCrindle Research Centre di Australia mematok tahun kelahiran Generasi Z antara 1995 sampai 2009. Namun yang umumnya diketahui, Generasi Z ialah mereka yang lahir pada rentang  1996 hingga 2010.

Menurut David Stillman dan Jonash Stillman dalam Generasi Z: Memahami Karakter Generasi Baru yang Akan Mengubah Dunia Kerja, sebetulnya banyak opsi untuk penamaan generasi ini. Misalnya, Generasi 9/11, Digital Native, Selfies, Cetennial dan iGeneration.

Tapi untuk masalah penamaan, hal ini paling utama digunakan oleh para pemasar untuk memudahkan penyebutan target pasar. Begitu pula oleh perusahaan media cetak, agar memudahkan dinamisasi pola hidup tiap generasi. Namun bisakah media cetak mengikuti ritme jalannya Generasi Z? Jelas, pertanyaan tersebut ialah tantangan dunia media cetak kontemporer.

Mengapa media cetak harus dinamis? Mengingat hadirnya internet di Indonesia yang mulai dikomersialkan pada 1994, kita bisa mengambil kesimpulan bahwasannya Generasi Z ini lahir beriringan dengan munculnya internet yang mulai meluas di Indonesia.

Hal ini membawa suatu hal, bahwa nantinya, kehidupan Generasi Z tak akan pernah jauh dari dunia digital. Dan kita semua tahu, betapa dunia digital bisa dijadikan sebagai momok paling mengerikan atau bisa menjadi kebalikannya jika kita tepat mengambil langkah tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun