Respon Guru dan Rencana ke Depan
Guru-guru pendamping memberi respon positif. Menurut mereka, buku cerita ini dapat menjadi media pembelajaran tambahan yang menyenangkan, sekaligus relevan dengan kondisi lokal. Anak-anak pun menyukai ilustrasi berwarna dan tokoh-tokoh dalam cerita yang lucu.
Ke depan, kegiatan ini akan diperluas melalui kampanye literasi konservasi ke sekolah dan komunitas lain. Tim juga berencana mengembangkan seri cerita baru dengan tema lingkungan khas NTB, seperti kerusakan terumbu karang di Lombok atau fenomena sea snot di Bima. Selain itu, versi audio book akan diproduksi agar dapat diakses oleh anak-anak tunanetra, dengan menggandeng mitra seperti Lombok Care.
Melalui buku cerita, dongeng, lagu, dan permainan, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya menjaga penyu dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Inovasi kecil ini menunjukkan bahwa edukasi konservasi bisa dilakukan dengan pendekatan kreatif berbasis kearifan lokal. Harapannya, generasi muda NTB tumbuh dengan kesadaran untuk menjaga laut, sehingga kebiasaan lama yang merugikan penyu dapat tergantikan oleh budaya baru yang lebih ramah lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI