Berbagai penelitian dan studi menunjukkan bahwa era digital telah berdampak pada dinamika interaksi keluarga (Fatkhurahman, 2016), terutama dalam hal hubungan orang tua dan anak. Salah satu dampak utama dari era digital adalah penggunaan gadget sebagai sarana interaksi, yang menyebabkan terbatasnya waktu keluarga yang berkualitas dan interaksi non verbal, seperti tatapan mata dan kontak fisik (Adawiah, 2017).Â
M. Yusuf memberikan penjelasan bahwa pendidikan keluarga adalah bimbingan atau pembelajaran yang diberikan kepada setiap anggota dari kumpulan suatu keturunan atau satu tempat tinggal, yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan lain sebagainya. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan dasar, agama, kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan anak untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat (Ihsan, 2005).
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat, saling mendukung, dan saling menghormati antar anggota nya. Keluarga yang seperti ini akan membuat lingkungan yang aman, penuh cinta, dan mendukung perkembangan setiap anggota keluarga. Pentingnya memiliki keluarga berkualitas bukan hanya memiliki dampak positif bagi tiap anggota keluarga saja, namun berdampak juga pada masyarakat secara luas. Keluarga yang berkualitas dapat menciptakan kepribadian individu yang lebih baik, mampu berkontribusi positif dalam masyarakat, dan membantu memecahkan berbagai masalah sosial baik di lingkungan rumah atau masyarakat (Herawati et al., 2020).
Setiap anggota keluarga sudah tidak asing dan bahkan cenderung sangat intens dalam melibatkan teknologi,  khususnya  smartphone  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Namun  penggunaan  smartphone ini  kurang  intens  digunakan  untuk  melakukan  kontak  dalam  relasi  anak  dengan  orangtua (Qonitatin,  2019).  Dalam  sebuah  keluarga  digital,  komunikasi  yang  sebelumnya  terjadi  secara langsung  melalui  tatap  muka,  kini  mengalami  perubahan  media  komunikasi  melalui  online (Prasanti, 2016). Anak-anak  memiliki  intensitas pemakaian teknologi yang  lebih kuat dibanding dengan orangtuanya, khususnya remaja putri (Qonitatin, 2019). Orang tua tidak dapat mengontrol secara penuh alur informasi yang diterima oleh anak, bahkan ketika anak berada di dalam rumah sekalipun.  Selanjutnya,  komunikasi  antara orang  tua  dan  anak  menjadi  tidak  lancar  dan  tidak seimbang (Prasanti, 2016).
Orang tua harus dapat mendorong  penggunaan  teknologi  yang  tepat  dan  aman  serta  menjadi  model  peran  dalam penggunaan  teknologi.  Orangtua  mampu  memanfaatkan  penggunaan  perangkat teknologi secara optimal dalam  berkomunikasi dengan anak-anak, tanpa  mengorbankan aktivitas  fisik, eksplorasi kehidupan nyata, dan interaksi pribadi (Andriyani, 2018). Kedekatan  orangtua  dan  anak  menjadi  penentu  keberhasilan orangtua  dalam  menghadapi tantangan proses pengasuhan di era digital (Mareta, 2018). Kedekatan sebagai salah satu prediktor kepuasan  anak  terhadap  kualitas  hubungan  dengan  orang tua  (Adams Dkk.,  2001).Â
Interaksi langsung antara anak-anak dan orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan hubungan keluarga yang sehat dan berkualitas. Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan dalam berkomunikasi, interaksi langsung tetaplah penting dan tidak bisa digantikan oleh komunikasi melalui layar.
Tetapi apabila orang tua tidak mengontrol penuh penggunaan gadget pada anak salah satu dampak utama yang akan terjadi adalah kurangnya interaksi langsung dengan anggota keluarga mereka. Anak-anak lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan gadget mereka, mereka cenderung mengabaikan interaksi langsung dengan orang tua, saudara, atau anggota keluarga lainnya. Mereka mungkin terlalu terpaku pada layar gadget mereka sehingga melupakan keberadaan keluarga di sekitar mereka. Padahal Interaksi langsung dengan keluarga sangat penting untuk membangun hubungan keluarga yang harmonis.
Padahal ketika teknologi dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi jembatan jarak antara orang tua dan anak ketika orang tua sedang bekerja. Teknologi memungkinkan komunikasi yang mudah dan cepat. Dengan adanya smartphone, aplikasi pesan instan, dan video call, ibu bekerja bisa tetap terhubung dengan keluarga mereka dimanapun mereka berada. Mereka dapat dengan mudah mengirim pesan teks, foto, atau melakukan panggilan video untuk berbicara dengan anak-anak mereka bahkan saat sedang sibuk bekerja. Aplikasi seperti WhatsApp, Skype, atau FaceTime memungkinkan ibu untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga mereka tanpa harus meninggalkan tempat kerja. Mereka bisa membagikan momen penting dalam hidup anak-anak mereka, seperti foto-foto kegiatan sekolah atau cerita sehari-hari, yang akan membuat mereka merasa tetap dekat dengan ibu meskipun sedang tidak bersama.Â
Dengan demikian, teknologi telah membantu ibu-ibu bekerja untuk tetap dekat dengan keluarga mereka meskipun terpisah oleh jarak yang jauh. Dengan adanya komunikasi yang mudah dan cepat, kemampuan untuk memantau kesejahteraan keluarga, dan dukungan dari komunitas online, ibu-ibu bekerja bisa tetap merasa terhubung dengan keluarga mereka dan memastikan bahwa hubungan mereka tetap erat meskipun mereka terpisah oleh tuntutan pekerjaan. Peran teknologi dalam meningkatkan kualitas interaksi dan kedekatan keluarga ibu bekerja pada era digital semakin tidak bisa diabaikan, karena memberikan solusi bagi banyak ibu yang ingin tetap terlibat secara aktif dalam kehidupan keluarga mereka.
Teknologi memang memberikan banyak kemudahan dan efisiensi dalam kehidupan modern, terutama bagi ibu-ibu yang bekerja. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat memberikan dampak negatif pada kualitas interaksi dan kedekatan keluarga, khususnya bagi ibu-ibu bekerja di era digital ini, seperti kurangnya komunikasi tatap muka komunikasi melalui pesan elektronik atau media sosial tidak dapat sepenuhnya menggantikan komunikasi tatap muka yang hangat dan bermakna dengan anggota keluarga(Kinanti, dkk., 2019).Â
Untuk meminimalkan dampak negatif ini, ibu bekerja perlu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Membuat batasan waktu penggunaan teknologi, menetapkan waktu khusus untuk berinteraksi dengan keluarga, dan mengutamakan komunikasi tatap muka dapat membantu meningkatkan kualitas interaksi dan kedekatan keluarga di era digital saat ini.Â