Mohon tunggu...
Shofi Hidayatullah
Shofi Hidayatullah Mohon Tunggu... Insinyur - Learner

Calon Penulis Buku Bestseller

Selanjutnya

Tutup

Nature

Optimalisasi Energi Baru Terbarukan di Daerah 3T

30 Maret 2019   02:25 Diperbarui: 30 Maret 2019   02:29 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Peningkatan produksi energi baru terbarukan sangat diperlukan untuk perkembangan pembangkit listrik terutama di daerah terdepan dan terluar. Kegunaan listrik tersebut mampu membangun ekonomi masyarakat misalnya Badan Usaha Milik Daerah, atau lumbung desa. Karena dengan hadirnya listrik diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat dengan pengembangan nilai jual suatu produk.   

Pulau Sumba adalah salah satu contoh dari pembangunan ekosistem energi baru-terbarukan dalam ruang lingkup daerah terdepan dan terluar. Proyek Terang merupakan pembentukan ekosistem tersebut merupakan bagian dari yang dilakukan oleh organisasi pembangunan internasional humanis, Hivos dibantu oleh investor yang memberikan dana hibah dari program Millenium Challenge Account- Indonesia (MCA-I) dan berbagai mitra lainnya. Program Coordinator Hivos Robert de Groot mengungkapkan, pada akhir 2017, program Terang sudah berhasil menyediakan akses listrik bagi 26 kabupaten di NTT, NTB, dan Sulawesi Selatan.

Melalui energi terbarukan sebesar 60,68 KW, sebanyak 25 sekolah ditunjang oleh sumber listrik dari energi listrik yang dihasilkan dari PV Solar, dan rasio elektrifikasi di Pulau Ikonik Sumba di NTT dapat meningkat dari tahun 2010 sebesar 24,5% menjadi 42,67% di tahun 2017. Sejak masa perencanaan instalasi proyek, masyarakat berperan aktif dalam menjaga keberlangsungannya,. Dengan demikian masyarakat merasa memiliki pembangkit listrik EBT yang dapat dimanfaatkan di wilayahnya.

Dengan mengusung semangat gotong royong dan kekeluargaan masyarakat peningkatan kualitas sumber daya manusia akan lebih mudah untuk direalisasikan. Misalnya, dengan fasilitas listrik yang memadai produktifitas masyarakat di malam hari akan berjalan optimal. Seperti mengupas kacang kulit, menenun, menganyam, pengemasan hasil kebun, menjahit dan pembuatan kue. Pendapatan yang diperoleh bisa disisihkan untuk membayar operasional pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Seecara umum dari Outlook Energi Indonesia 2016, Dewan Energi Nasional, kebutuhan energi Indonesia pada 2025 diprediksikan akan mencapai 238,8 juta ton setara minyak (Tonne of Oil Equivalent/TOE). Jumlah tersebut akan meningkat menjadi 682,3 juta TOE pada 2050, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan kebutuhan energi selama periode 2015-2050 sekitar 4,9 persen per tahun. Kebutuhan pada 2050 tersebut berupa energi batubara mencapai 86 juta TOE, gas 96 juta TOE. Kemudian Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 48 juta TOE, dan energi listrik sebesar 196 juta TOE.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun