Paguyuban Eko Budoyo lahir dari perpaduan rasa senang dan sedih keluarga Slamet, sang pendiri. Berangkat dari kecintaan terhadap kesenian tradisional, paguyuban ini kini didukung penuh oleh Pemerintah Desa Nganguk Kecamatan Kota, termasuk dalam hal pendanaan. Melalui SK resmi, kesenian barongan, reog, dan berbagai atraksi unik kini sah diakui.
Paguyuban ini membawakan berbagai pertunjukan khas seperti barongan, reog, dan atraksi mistis yang memikat. Atraksi tersebut mencakup tarian barong, kuda lumping, hingga manusia yang terikat tali lalu tiba-tiba terbebas tanpa bantuan apa pun.
Tarian pembuka biasanya diawali dengan tari Bondan Barongan, diiringi gending Bendrong yang khas dan menggugah suasana.
Wakil Ketua Paguyuban Eko Budoyo, Solikin menjelaskan bahwa dalam setiap pertunjukan barongan, selalu ada prosesi makan sesaji.
”Bagi mereka, itu merupakan simbol penghormatan terhadap budaya sekaligus bentuk rasa syukur agar acara berjalan lancar tanpa rintangan,” ujar Solikin.
Setiap peran dalam pertunjukan barongan memiliki arti tersendiri. Mulai dari anjing, babi, dan genderuwo.
Genderuwo ini memiliki empat dulur yang bernama sufiyah, amarah, aluwamah, dan mutmainah. Sedangkan leader atau orang yang dituakan dalam barongan disebut pentul.
Sementara dalam reog, terdapat ritual khusus agar “roh seni” bisa merasuk ke dalam tubuh penari dan menghidupkan pertunjukan secara spiritual.
Semua anggota dari paguyuban ini tidak hanya fokus pada satu bidang, tetapi dilatih secara menyeluruh dari berbagai bidang.
Solikin berharap agar selalu berjiwa seniman. ”semoga selalu kompak dan hidup rukun khususnya untuk anak muda,” harapnya.