Mohon tunggu...
shofia nur azizah
shofia nur azizah Mohon Tunggu... mahasiswa

aku adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AKTIF IKUT LOMBA: Punya Jiwa Kompetitif atau Hobi Iri-Irian ?

3 Oktober 2025   22:23 Diperbarui: 3 Oktober 2025   22:23 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: seseorang mendapat trophy. Sumber: mirautama.id)

Pernah nggak sih kamu ngerasa panas pas lihat teman kamu menang lomba, dapat nilai bagus, atau diakui sama banyak orang? Rasanya kayak, "Kok dia bisa, sih? Padahal aku juga udah usaha!" Tenang, perasaan itu wajar kok, karena kita semua punya jiwa kompetitif. Tapi, ada bedanya lho antara jiwa kompetitif yang sehat sama 'hobi iri-irian' yang justru bikin kita jadi toxic.

Punya Jiwa Kompetitif atau Hobi Iri-irian?

Jiwa kompetitif itu sebenarnya bagus. Itu yang bikin kita semangat buat terus belajar dan jadi versi terbaik dari diri sendiri. Orang yang punya jiwa kompetitif biasanya fokusnya ke proses. Kalau lihat orang lain sukses, mereka nggak langsung iri, tapi malah terinspirasi. Mereka mikir, "Wah, dia keren banget, ya. Kira-kira apa ya yang dia lakuin biar bisa kayak gitu?" Jadi, keberhasilan orang lain itu justru jadi bahan bakar buat mereka buat ikut maju, bukan malah marah atau benci. Mereka bisa tulus ngasih selamat dan mengakui kerja keras orang lain.

Nah, beda banget sama hobi iri-irian. Ini nih yang sering bikin kita nggak maju-maju. Orang yang hobinya iri biasanya cuma fokus sama hasil orang lain, bukan prosesnya. Mereka cuma peduli sama apa yang orang lain punya atau capai, dan seringnya ngerasa kurang. Keberhasilan orang lain justru dianggap sebagai ancaman atau kegagalan bagi diri sendiri.

Contohnya gini, pas seseorang menang lomba, orang yang kompetitif bakal langsung nanya tips dan triknya. Tapi orang yang hobi iri malah mikir, "Ah, paling dia cuma beruntung," atau bahkan nyari-nyari celah buat ngejatuhin teman itu.

Tapi Kalau Kompetitif Berujung ke Insecure ?

Masalahnya, garis perbedaan antara kompetitif sehat dan iri-irian itu tipis banget. Terkadang, saking kompetitifnya kita, tanpa sadar kita malah jadi terlalu fokus ke orang lain. Kita jadi sering banget membandingkan diri kita sama mereka yang lebih sukses, lebih pintar, atau lebih beruntung.

Akhirnya, bukannya termotivasi, kita malah jadi merasa insecure. Kita mulai ngerasa banyak kekurangan, merasa nggak cukup, dan benci sama diri sendiri. Setiap keberhasilan orang lain malah bikin kita makin merasa kecil. Padahal, harusnya kita bisa maju, tapi malah sibuk meratapi 'kekurangan' yang kita punya.

Jadi, Ubah Toxic Competition Jadi Healthy Competition

Kalau kamu ngerasa lagi di fase 'hobi iri-irian' atau mulai kena insecure, tenang, itu bisa diubah kok. Pertama, sadari dulu kalau perasaan itu muncul karena kamu ngerasa iri. Jangan denial! Terus, alihkan fokus kamu. Ganti pertanyaan dari "Kenapa dia bisa?" jadi "Apa yang bisa aku lakuin biar aku juga bisa kayak dia, atau bahkan lebih baik?"

Coba deh, mulai sekarang, lihat keberhasilan orang lain sebagai bukti kalau hal itu mungkin banget dicapai. Jadikan mereka role model atau inspirasi, bukan saingan. Dan yang paling penting, hargai setiap kemajuan kecil yang kamu buat. Ini ngebantu kamu buat fokus ke pertumbuhan diri, bukan cuma hasil akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun