Mohon tunggu...
Shofa Fadhilah Hidayat
Shofa Fadhilah Hidayat Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

Perkenalkan saya Shofa Fadhilah Hidayat. Saya biasa dipanggil Shofa. Saya memiliki hobi menulis sebuah cerita atau pun artikel. Saya sangat tertarik pada bidang kepenulisan sejak kecil. Karya saya juga sudah ada yang dikontrak oleh platfoam online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memorable

14 Agustus 2023   13:48 Diperbarui: 14 Agustus 2023   13:49 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari semakin sulit, tetapi dia tidak pantang menyerah. Pagi hari dia bersekolah lalu siang hingga sore hari dia membantu tantenya berjualan di lapak jualannya dan juga kantin sekolah. Lalu di malam harinya dia megerjakan tugas dari sekolah, sembari sedikit bercerita pada buku hariannya. Meskipun begitu tidak ada butiran air mata yang menetes, bibirnya malah dipenuhi oleh lengkungan senyuman sembari mengingat rangkaian kegiatan yang telah dia lalui. Saat itu, dia hanya percaya jika suatu saat nanti hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Dia percaya bahawa dirinya masih memiliki Allah yang selalu menolong kapan pun dirinya butuh. Semua yang dia rasakan dan permasalahan yang dihadapinya, dia serahkan semuanya pada Allah. Setelah itu, biarkan jalur langit yang mengubahnya.

Satu tahun sudah dia lalui dengan sangat baik. Kini dia pun bertekad untuk masuk ke perguruan tinggi. Entah bagaimana caranya, tetapi apa yang dia inginkannya justru terwujud dengan sendirinya. Dia menerima beasiswa dari pemerintah untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Senang yang tidak terkira, dia pun memberitahukan hal ini pada sang ibu yang sedang bekerja di luar kota. Dia menelponnya seraya meneskan air mata kebahagiaan.

"Selamat, ya, Nak. Kejar cita-citamu sampai setinggi langit. Ibu yakin kamu pasti jadi orang yang sukses," ucapan sang ibu yang selalu terngiang dalam ingatannya.

"Iya, Bu. Aku pasti akan menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan ibu. Jadi, aku dan ibu tidak perlu berjauhan lagi," sambutnya dengan penuh semangat dan harapan.

Setelah menelpon sang ibu, Puspa pun pergi ke kamarnya dan duduk di meja belajarnya. Dia menulis hal yang dirinya lalui hari ini di buku hariannya. Namun, saat di lihat-lihat ternyata buku hariannya sudah hampir penuh. Dirinya pun berniat untuk membeli buku lagi untuk menyambung jalan ceritanya. Keesokan harinya, saat dia membeli buku di toko buku dekat rumahnya. Dia melihat pengumuman yang tertempel di toko itu mengenai agensi kepenulisan. Dia pun lalu mencatat nomor yang tertera di pengumuman tersebut dan berniat untuk menghubunginya nanti.

Sepulang kuliah, saat Puspa sedang mencatat hal yang dia lalui sekarang pikirannya tiba-tiba teringat akan pengumuman yang dia lihat kemarin. Dia pun lalu membuka ponselnya dan mengetik nomor tersebut serta langsung menghubunginya. Puspa berbicara pada pihak agensi tersebut dan segera mencatat hal yang diperlukan untuk bergabung ke agensi penulis itu. Puspa langsung menyiapkan semuanya dan mengirimnya melalui email. Beberapa hari kemudian dia mendapatkan balasan email yang menyatakan bahwa dia diterima dalam agensi tersebut dan di situ tertera letak agensi tersebut berada. Ternyata, selama ini kantor agensi kepenulisannya berada di dekat kampus di mana dia kuliah. Hal itu pun yang membuatnya semakin mudah dalam mengatur waktu antara perkuliahan dan juga belajar menulis. Tiga tahun kemudian, saat dirinya sedang bersiap-siap untuk skripsi, buku pertamanya terbit. Bukunya yang berjudul cinta sama dengan usaha itu cukup laris dan digandrungi oleh beberapa kaum muda pada jamannya. Mulai dari situ lah, karirnya semakin meroket hingga sekarang.

"Berapa umurmu?" tanya Puspa pada wanita yang mengenakan kaos biru dan celana jeans tersebut.

"Tujuh belas tahun," sahut wanita tersebut sembari memberikan senyuman manisnya.

"Apa cita-citamu?" seloros Puspa lagi sembari menandatangani buku yang sudah dia pegang.

"Menjadi seorang penulis," jawaban tersebut membuat Puspa tersenyum dan menatap lekat wanita tersebut lagi.

"Percayalah, kamu pasti akan menjadi orang sukses dan kejarlah cita-citamu setinggi langit," ucapan Puspa sama persis seperti yang pernah dia dengar 17 tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun