Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Love

Benarkah Selingkuh adalah Bakat? Apa Kata Sains?

28 Juni 2023   18:10 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:17 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perselingkuhan. (Foto:shutterstock)

Dunia hiburan Tanah Air geger usai Lady Nayoan membongkar perselingkuhan suaminya Rendy Kjaernett, aktor kenamaan film televisi (FTV) dengan Syahnaz Sadiqah yang merupakan adik dari selebriti Raffi Ahmad. Tidak dapat lagi memikul beban perasaannya sendiri, Lady mengunggah bukti-bukti perselingkuhan suaminya tersebut di halaman instagram pribadinya pada Juni 2023. Perselingkuhan tersebut telah diketahui oleh Lady sejak Juli 2022 dan saat itu Lady dalam kondisi hamil anak ketiga. 

Menjadi viral karena salah satu bukti yang diunggah Lady adalah berupa tangkapan layar percakapan keduanya di aplikasi Gojek. Ternyata banyak warganet yang tidak tahu kalau fitur chat di aplikasi Gojek yang selama ini hanya dipakai untuk berkomunikasi antara pengguna dan mitra driver ternyata bisa untuk berkirim pesan ke sesama pengguna aplikasi Gojek lainnya. 

Selain kasus "dugaan" perselingkuhan Rendy dan Syahnaz, sebelumnya publik juga dikejutkan oleh Inara Rusli yang suaminya, Virgoun juga berselingkuh.  Perselingkuhan pencipta lagu "Surat Cinta Untuk Starla" itu juga diungkapkan oleh Inara di akun Instagramnya. Publik pun ramai menghujat prilaku Virgoun lantaran Inara adalah sosok wanita yang sangat cantik dan setia kepada suaminya. 

Perselingkuhan

Sejak dahulu perselingkuhan adalah hal yang tabu dalam konstruksi sosial manusia. Perselingkuhan jelas terbukti berdampak merusak kepada pihak yang diselingkuhi, khususnya bila itu dilakukan kepada pasangan yang sudah bersama dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Perlu diketahui tindakan berselingkuh juga menyebabkan pasangan yang dikhianati mempertanyakan diri mereka sendiri, merusak citra diri, hingga yang terburuk dapat mengakibatkan bunuh diri ataupun pembunuhan. Inara Rusli, ibu tiga anak yang diselingkuhi oleh suaminya Virgoun, mengaku trauma pada laki-laki. Inara bahkan terus terang mengatakan tidak heran lagi jika mendengar kabar laki-laki beristri cantik yang sampai hati main gila dengan wanita lain. 


"Jadi aku nggak heran melihat laki-laki kayak begitu. Sudah nggak heran lagi. Yang aku heran misalnya laki-laki itu benar-benar hidupnya lurus kayak Wow amazing! Itu yang bikin aku heran dan klepek-klepek," ujar Inara, dikutip dari wawancaranya di kanal YouTube Intens Investigasi, Minggu (25/6/2023). 

Walaupun kebanyakan selingkuh melibatkan hubungan badan, namun selingkuh tidak sesederhana hal tersebut. Lalu apa motivasi seseorang berselingkuh? Apakah setiap orang berpotensi untuk selingkuh atau ada jenis manusia "tertentu" yang melakukannya? Mengapa seseorang berselingkuh dari pasangan yang mereka cintai?

Motivasi selingkuh dari penelitian

Setiap pasangan yang dikhianati oleh perselingkuhan pasti akan bertanya "Kenapa?", yang dilanjutkan dengan "Siapa?", "Mengapa dia?". 

Dikutip dari InterestingEngineering.com, salah satu penelitian terkait hal ini pernah dipublikasikan di Journal of Sex Research. Penelitian melalui tanya jawab secara daring terhadap 500 orang dewasa muda mempertanyakan motivasi mereka selingkuh di masa lalu mereka. Hasilnya berikut beberapa alasan utama mereka berselingkuh:

- Tidak puas dengan hubungan yang sedang terjalin saat ini

- Merasa diabaikan oleh pasangan

- Dengan berbagai alasan, ada rasa marah kepada pasangan

- Sudah tidak cinta kepada pasangan atau sekedar naksir atau jatuh cinta dengan seseorang yang lain

- Yang berselingkuh tidak merasa ada komitmen terhadap pasangan

- Untuk meningkatkan popularitas

- Menginginkan variasi di tempat tidur

- Dalam keadaan mabuk dan tidak dapat berpikir jernih

Walaupun tidak disebutkan dalam studi tersebut, membalas dendam karena sudah diselingkuhi menjadi alasan lain seseorang berselingkuh.

Semua menunjukkan ada variasi alasan berselingkuh, mulai dari untuk "memisahkan diri secara emosional" dari pasangannya, hingga isu emosional di dalam diri peselingkuh seperti rasa cemas diri atau insecure, kurangnya kontrol dan disiplin diri. 

Jadi tidak bisa disimpulkan bahwa semua prilaku perselingkuhan terjadi karena adanya kekurangan dalam suatu hubungan. 

Penelitian lainnya menunjukkan orang-orang yang kurang bertanggung jawab cenderung untuk selingkuh. 

Faktor lain yang juga berkontribusi adalah yang disebut dengan istilah "insecure attachment" atau "ikatan yang tidak nyaman". Insecure attachment adalah suatu bentuk hubungan di mana ikatan yang terbentuk telah dicemari dengan rasa takut. Hubungan ini terutama diekpresikan berupa adanya 'keengganan' dalam hubungan dan emosi lain yang bercampur aduk, seperti ketergantungan dan penolakan. Para ahli menilai hubungan seperti ini sesungguhnya sudah gagal sejak awal. 

Menurut penelitian, pria lebih cenderung berselingkuh karena alasan fisik, sedangkan wanita berselingkuh karena menginginkan suatu hubungan emosional yang bermanfaat. 

Sebuah penelitian yang dipublikasi di British Journal of Psychology juga mengungkap orang-orang yang impulsif cenderung berselingkuh karena mereka tidak "berhenti" untuk mempertimbangkan suatu keadaan. Orang-orang yang impulsif bertindak berdasarkan pemikiran yang terburu-buru dan emosi.

Batasan defenisi selingkuh

Ternyata defenisi selingkuh pada setiap orang berbeda. Ada yang menganggap menonton pornografi sebagai aksi selingkuh, dan ada yang menganggap perilaku menggoda (flirting) juga sebagai berselingkuh. Mayoritas sepakat hubungan badan sebagai pengkhianatan. Lalu bagaimana bila memiliki perasaan terhadap seseorang? Dapatkah hal ini dianggap berselingkuh? 

Sebuah survey berkaitan dengan topik ini pernah dilakukan pada tahun 2016 oleh Elite Daily terhadap 100 orang, yang terdiri dari pria dan wanita dengan rentang usia 18 hingga 31 tahun. Beberapa hasil dari survei tersebut:

- 99 persen setuju bahwa tindakan 'menyukai' foto seseorang di sosial media bukan berselingkuh.

- 82 persen setuju bahwa makan siang bersama dengan teman kerja yang mereka pandang menarik yang mana ada kemungkinan ataupun ketidakmungkinan untuk tertarik kepadanya, bukan tindakan berselingkuh. 

- 56 persen setuju bahwa hang out dengan mantan dengan aktivitas sebagai teman, bukan tindakan berselingkuh. 

Sedangkan tindakan-tindakan yang dianggap menyerempet ke berselingkuh atau borderline cheating, antara lain: 

- 75 persen setuju merayu seseorang melalui tulisan dianggap tidak menyenangkan.

- 61 persen setuju mempunyai perasaan intim atau seksual atas seseorang kemungkinan dianggap berselingkuh.

Para responden menilai area abu-abu ini dapat menjadi akar untuk mengakhiri suatu hubungan pada 69 persen kasus. 

Lalu apa saja yang disepakati para responden sebagai tindakan selingkuh?

- Adanya interaksi secara fisik atau seksual disetujui sebagai perselingkuhan, walaupun hal tersebut dilakukan dalam keadaan mabuk ataupun tidak mabuk. 

- Mayoritas juga setuju berciuman, mabuk (77%) dan tidak mabuk (97%), adalah tindakan selingkuh. 

Maka tidaklah mengherankan bila suatu hubungan akan berakhir bila hal-hal tersebut terjadi. 

Fenomena selingkuh dan gender

Ada pepatah 'sekali selingkuh, akan selalu selingkuh'. Hal ini ternyata didukung oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seseorang yang pernah berselingkuh maka kemungkinan untuk kembali selingkuh di masa yang akan datang adalah 3,5 kalinya. 

Ada juga yang mengaitkan kecenderungan untuk kemungkinan kembali berselingkuh di masa depan terkait dengan "keahlian" pada hal tersebut di masa lalu. Bahkan tidak asing lagi kita mendengar ketika orang mengatakan 'selingkuh itu bakat'. Bagaimana sains menilai hal ini? 

Dikutip dari Insider, ada teori evolusi biologi standar yang menyatakan jenis kelamin perempuan menginginkan komitmen jangka panjang dan hubungan yang stabil karena mengasuh anak membuatnya menjadi 'rapuh' atau rentan. Kebalikannya, jenis kelamin laki-laki, berusaha menyebarkan benihnya jauh dan luas.

Namun pada beberapa spesies jenis kelamin ini telah berevolusi menjadi tetap monogami (hanya mempunyai satu pasangan). Hal ini kemungkinan bertujuan untuk mencegah laki-laki lain membunuh keturunannya. Sedangkan kelompok antropolog lainnya berpendapat kekuatiran akan pembunuhan anak ini bukanlah alasan utama. Bagi kelompok ini, yang menjadi faktor utama  adalah jarak geografis antar perempuan fertil memotivasi mamalia untuk tetap bertahan pada pasangannya. 

Namun prilaku manusia jelas didorong oleh lebih dari sekedar dorongan biologis dan teori-teori evolusi semacam ini menjadi tidak sepenuhnya tepat pada hubungan LGBTQ. Teori evolusi ini seharusnya hanya dipandang sebagai bagian kecil dari kepingan puzzle yang lebih besar, mengingat sudah sejak lama manusia tidak perlu mengkuatirkan akan keberlangsungan hidup dengan cara yang sama dengan nenek moyang kita sebelumnya. 

Namun, tetap saja para terapis masih merujuk pada konsep ini, terlepas dari jenis kelaminnya. Seorang terapis mengatakan klien-kliennya yang laki-laki, baik dalam pernikahan 'straight' (dengan perempuan) maupun pernikahan gay, lebih sering melakukan open relationship ataupun hubungan di luar nikah bila dibandingkan dengan wanita. 

Menurut terapis yang bernama Kort, hormon testosteron berperan dalam hal tersebut. 

Kort juga berpendapat kecenderungan pria selingkuh dikarenakan kaum laki-laki mendapat lebih banyak alasan yang mengizinkan atau membenarkannya dari masyarakat dibandingkan dengan wanita. 

Terapis lain, Gadoua, juga setuju karena melihat fakta lebih banyak laki-laki yang bekerja sama dengannya berakhir dengan selingkuh dibandingkan dengan wanita. Gadoua juga mengatakan suatu hal yang merupakan 'kebiasaan' yang mengejutkan -di mana hal ini entah adalah bagian dari dorongan evolusi ataupun tidak - adalah perselingkuhan yang terjadi pada orang tua baru. 

"Setelah bayi dilahirkan adalah waktu berisiko tinggi bagi seorang pria untuk berselingkuh," kata Gadoua. 

Kort pun mengamati hal yang sebaliknya pada beberapa kliennya. "Saya sering melihat dalam praktik saya - di mana pasangan yang terbuka, mempunyai kehidupan seks yang kacau, seks terbuka, poly sex, atau apa pun. Kemudian seorang anak lahir, dan sang perempuan cenderung tidak lagi menginginkan hal tersebut. Hal ini sangat membingungkan bagi prianya. Ini berbeda sama sekali pada pasangan gay."

Gadoua mengatakan melihat hal sebaliknya pada wanita yang pada usia 60-an menginginkan hubungan di luar pernikahan. "Ketika wanita memasuki masa menopause, estrogennya turun. Estrogen adalah hormon yang 'merawat'. Salah satu klien saya berkata,'Saya lelah menjaga setiap orang. Saya menginginkan waktu untuk saya sendiri."

Namun dengan semakin banyaknya wanita yang bekerja dan mencapai posisi kekuasaan dalam karir, ada bukti yang mengesankan demografi terkait perselingkuhan ini akan bergeser, dan kesenjangan perilaku selingkuh berdasarkan gender menjadi semakin kecil. Alexandra Stockwell,M.D. mengatakan penyebab hal ini karena teman sekerja saling mengenal baik satu sama lain dan sering menghabiskan waktu bersama dibandingkan dengan pasangannya. 

Foto: pinterest.com/maevaaam/
Foto: pinterest.com/maevaaam/
Adakah peran genetik?

Sementara evolusi disebut kemungkinan telah mewariskan gagasan monogami kepada sebagian manusia, namun tentu saja hal tersebut tidak universal. Terlepas dari fakta bahwa kebanyakan budaya mempraktikkan poligami, bukti ilmiah beberapa manusia cenderung memiliki banyak pasangan ada pada gen. 

Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang dengan gen reseptor dopamin (neurotransmitter yang memberikan rasa nikmat) tertentu dilaporkan lebih 'bebas' secara seksual dan 50 persen lebih mungkin berselingkuh dari pasangannya.  

Seorang peneliti di Finlandia juga mengamati sebuah gen yang bertanggung jawab pada reseptor vasopresin (hormon yang berkaitan dengan ikatan atau bonding dengan pasangan, perilaku sosial seperti rasa percaya, empati). Ia mengamati banyaknya reseptor vasopresin berkorelasi dengan perselingkuhan pada wanita, bukan pria. 

Kepada The New York Times, profesor bidang psikiatri klinis di Weill Cornell Medical College, Richard Friedman, mengatakan perselingkuhan lebih umum terjadi pada orang yang memiliki gen reseptor oksitosin dan vasopresin yang spesifik. Hasil penelitiannya, 40 persen perselingkuhan pada wanita dan 63 persen perselingkuhan pada pria berkaitan dengan gen. 

Kort meyakini bahwa manusia tidak didesain untuk monogami. "Kita membuat pilihan monogami untuk anak, keluarga, dan harta kepemilikan," ujar Kort. 

Gadoua menambahkan bahwa orang tua dari kliennya juga berdampak besar bagi kliennya dalam memandang suatu hubungan. 

"Orang tua secara tidak sadar mengatakan atau melakukan hal-hal yang memberikan ide kepada anak-anaknya bahwa mereka tidak perlu berkomitmen, ataupun sebaliknya," kata Gadoua. 

Kaitan uang atau kemapanan dengan perselingkuhan

Studi terakhir di Wales menguji bagaimana persepsi akan kesejahteraan berdampak pada pria dan wanita dalam menginginkan hubungan jangka panjang atau pendek. 

Setelah ditunjukkan foto-foto seperti hunian mewah, perhiasan, mobil mewah, dan emas, responden diminta untuk menilai foto-foto dari sejumlah model dan memutuskan apakah mereka hendak memilih model tersebut untuk hubungan jangka panjang, pendek, atau tidak berhubungan. 

Hasil penelitian ini menunjukkan jauh lebih banyak, baik pihak pria maupun wanita, memilih pasangan setelah melihat foto tersebut untuk hubungan jangka pendek, daripada kelompok kontrol yang hanya melihat foto pot tanaman dan bahan makanan.

Kesimpulan akan hal ini masih tidak pasti, namun ada indikasi gagasan kekayaan atau kemapanan membuat manusia cenderung untuk mempertimbangkan prilaku selingkuh. Penelitian ini memang tidak menunjukkan besarnya pendapatan berkorelasi dengan perselingkuhan, namun penelitian ini memberikan beberapa bukti yang mengesankan ada korelasi antara hal tersebut. 

"Bila seseorang khawatir ada tidaknya makanan di meja dan tempat tinggal, maka akan sedikit kemungkinan hubungannya tidak stabil. Namun bila seseorang telah tercukupi kebutuhan dasarnya dan mereka tidak khawatir akan tagihan, maka mereka akan cenderung memikirkan hal-hal mewah dan memiliki lebih banyak pilihan dalam hidupnya," jelas Gadoua. 

Namun terdapat juga beberapa data yang berbeda dalam sebuah penelitian, di mana laki-laki yang bukan pencari nafkah utama dalam pernikahan hetero lebih cenderung untuk berselingkuh.

Gadoua melihat kenyataan ini pada kliennya. 

"Tampaknya beberapa pria masih melekat pada defenisi lama dari identitas maskulin yang berarti menjadi penyedia utama dalam rumah tangga," ujarnya. 

"Memiliki selingkuhan mungkin menjadi cara untuk mendapat beberapa pengakuan yang tidak mereka peroleh dari tempat kerjanya," jelas Gadoua mengenai beberapa pria ini. 

Dikutip dari Business Insider, sebuah penelitian mengesankan seseorang dengan kondisi ekonomi yang bergantung pada pasangannya lebih cenderung untuk tidak setia, dan secara spesifik hal tersebut berlaku untuk pria yang secara finansial bergantung pada wanita. Sebaliknya, ketika wanita menjadi penyedia nafkah utama, lebih kecil kemungkinannya untuk selingkuh. 

Juga pria, ketika menghasilkan lebih dari 70 persen dari keseluruhan pendapatan keluarga, lebih mungkin selingkuh. 

Hormon testosteron dan perselingkuhan

Baik pria maupun wanita memiliki hormon testosteron. Secara biologi, mereka yang memiliki kadar testosteron lebih tinggi cenderung mempunyai keinginan untuk memiliki pasangan lebih dari satu (multiple partner). 

Dikutip dari Toronto Sun, Journal of Sex Research pernah menerbitkan penelitian terkait hal ini yang dilakukan pada 4.000 orang dewasa dengan rentang usia 18 hingga 74 tahun ( 1.599 pria dan 2.123 wanita). Kadar testosteron diukur melalui sampel air ludah dan mereka diberikan sejumlah pertanyaan. 

Hasilnya, pria dengan kadar testosteron yang lebih tinggi "lebih mungkin" untuk memiliki lebih dari satu pasangan pada waktu yang sama pada lima tahun terakhir. 

Dilaporkan juga dalam penelitian tersebut, wanita yang menjalani hubungan sejenis mempunyai kadar testosteron yang signifikan lebih tinggi. Masturbasi berulang juga dilaporkan.

"Menjadi pertanyaan mengenai sifat dari hasrat seksual wanita dan betapa sedikitnya kita memahami apa yang menjadi hasratnya," kata penulis utama Wendy Madcowal dari London School of Hygiene and Tropical Medicine. 

Kaitan testosteron dengan masturbasi pada wanita, dengan ketiadaan kaitan yang diamati dari aspek seks berpasangan heteroseksual, tampaknya sejalan dengan gagasan efek moderasi yang lebih kuat dari faktor sosial pada pengaruh hormonal pada perilaku wanita. 

Sederhananya, hubungan antara kadar testosteron yang lebih tinggi dan seks solo bila dibandingkan dengan kaitannya dengan seks dengan pasangan lebih kuat untuk wanita daripada pria. 

Peneliti menilai hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan makna dan motivasi wanita untuk terikat kepada seks soliter dan seks berpasangan. 

Wanita menghasilkan sejumlah sedikit testosteron dari ovarium dan kelenjar adrenal, di mana hormon ini penting dalam mempengaruhi kesuburan, pembentukan tulang, dan otot. Sedangkan pada pria, testosteron dibentuk terutama pada testis dan juga kelenjar adrenal. 

Pria dengan kadar testosteron yang rendah dapat mengalami masalah ereksi, hasrat seksual yang rendah, infertilitas, otot dan tulang yang lemah, naiknya berat badan, dan kerontokan rambut. Terlalu banyak testosteron berasosiasi dengan prilaku agresif dan juga masalah prostat, dan kini perselingkuhan. 

Namun perlu dicatat, kadar testosteron yang lebih tinggi ini hanyalah kemungkinan faktor yang mempengaruhi pada motivasi selingkuh dan bukan faktor yang mendorong pada prilaku. 

Manfaat mengetahui sains di balik perselingkuhan

Gadoua mengatakan pengetahuan akan hal ini hendaknya menolong seseorang untuk lebih jujur dan transparan dalam sebuah hubungan. 

"Bila kamu tahu sebelum memasuki suatu hubungan yang berkomitmen seperti monogami, di mana kamu buruk dalam hal tersebut, maka kamu katakan hal tersebut kepada orang tersebut. 'Ini adalah sesuatu mengenai diriku, jadi aku hendak monogami saat ini, namun aku tidak tahu apakah aku akan selalu mampu', jadi orang tersebut punya pilihan untuk hendak menikah atau tidak. Bila kamu tahu tentang hal ini dan tidak mengatakannya, maka aksimu lebih lanjut dengan berselingkuh dengan banyak orang, maka kamu akan membuat kehancuran yang besar," ujarnya. 

Dan bagi Anda yang menginginkan hubungan dengan komitmen atau monogami, maka ini menjadi perhatian bagi Anda untuk merealisasikan hal ini dengan hati-hati dan tentunya mencari seseorang yang juga menginginkan hal yang sama. 

Bagaimana menurut Anda? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun