Mohon tunggu...
Shinta Tiara Kartika
Shinta Tiara Kartika Mohon Tunggu... Universitas Mercu Buana

Shinta Tiara Kartika | NIM 43223010131 | Mahasiswa | S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Universitas Mercu Buana | Dosen Pengampu: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

15 Oktober 2025   06:23 Diperbarui: 15 Oktober 2025   06:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuis, Modul Kuliah Prof Apollo, FEB UMB 2025

Pendahuluan:
Pandangan positivistik yang menekankan pada angka, pengukuran, dan kejujuran merupakan pendekatan yang paling umum digunakan dalam perkembangan ilmu akuntansi modern. Seringkali, akuntansi hanya dianggap sebagai alat untuk mencatat dan menampilkan informasi keuangan perusahaan dengan benar. Pandangan ini berpendapat bahwa angka-angka dalam laporan keuangan dapat secara objektif dan tanpa pengaruh nilai menunjukkan keadaan sebenarnya suatu perusahaan. faktanya, akuntansi bukanlah sekadar angka, tetapi tentang manusia, nilai, dan lingkungan sosial. Setiap keputusan yang dibuat untuk membuat laporan keuangan memiliki arti dan interpretasi yang berbeda, tergantung dengan yang dipikirkan dan dialami oleh pelaku. Artinya akuntansi tidak sepenuhnya objektif, karena terdapat pertimbangan sosial dan budaya yang memengaruhinya. Oleh karena itu, terdapat pandangan baru yang mencoba untuk memahami akuntansi secara lebih mendalam. Salah satu pendekatan ini adalah pendekatan hermeneutik. Hermeneutik merupakan cabang filsafat yang menafsirkan dan memahami teks atau peristiwa sosial. Wilhelm Dilthey (1833-1911) merupakan tokoh penting dalam perkembangan hermeneutik. Wilhelm Dilthey berpendapat bahwa ilmu alam tidak dapat disamakan dengan ilmu sosial, karena ilmu alam berusaha untuk menjelaskan (erklren), yaitu fenomena melalui sebab dan akibat, sedangkan ilmu sosial berusaha memahami (verstehen), makna yang ada di balik tindakan manusia. Menurut Wilhelm Dilthey, manusia adalah makhluk yang memiliki pengalaman dan makna hidup yang harus dipahami melalui pemahaman konteks dan sejarah mereka. Dalam cabang akuntansi, pandangan Wilhelm Dilthey menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari interpretasi manusia terhadap realitas ekonomi, dan bukan hanya proses teknis. Oleh karena itu, pendekatan hermeneutik dapat membantu dalam memahami akuntansi sebagai kegiatan sosial yang penuh dengan makna dan nilai, daripada hanya sistem pencatatan. Wilhelm Dilthey menentang perspektif positivistik yang berpendapat bahwa ilmu alam dapat dipelajari dengan cara yang sama dengan ilmu sosial. Wilhelm Dilthey menekankan bahwa memahami manusia memerlukan pemahaman sejarah dan makna tindakan mereka. Menurut Wilhelm Dilthey, manusia memahami dunia melalui pengalaman hidup (Erlebnis), dan pemahaman pengalaman tersebut adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang manusia. Oleh karena itu, hermeneutik bagi Wilhelm Dilthey bukan hanya menafsirkan teks, tetapi juga cara untuk memahami makna tindakan manusia. Dalam hermeneutik, pemahaman tidak hanya sekadar mencari informasi, tetapi juga mencari makna yang lebih dalam dari peristiwa. Wilhelm Dilthey berpendapat bahwa penelitian sosial harus berkonsentrasi pada pemahaman makna hidup manusia, daripada hanya mengumpulkan data. Wilhelm Dilthey juga berpendapat bahwa tujuan ilmu sosial adalah untuk memahami (verstehen), bukan hanya sekadar menjelaskan (erklren), setiap tindakan manusia memiliki makna khusus yang dapat dipahami hanya dengan memahami konteks sosial, budaya, dan sejarah di mana tindakan tersebut terjadi. Dengan kata lain, ilmu sosial selalu bergantung pada interpretasi. Latar belakang nilai, dan pengalaman pribadi seseorang memengaruhi pemahaman tentang suatu peristiwa, karena dapat membawa perspektif dan pemahamannya sendiri dalam proses ini, dan tidak dapat benar-benar netral. Oleh karena itu, Wilhelm Dilthey, melihat bahwa manusia bukan hanya pengamat pasif, tetapi juga manusia membuat makna. Manusia secara aktif mempelajari dunia sosialnya melalui proses pemahaman. Pendekatan hermeneutik dapat membantu dalam memahami akuntansi yang mencangkup makna dan interpretasi selain pencatatan angka. Misalnya, laporan keuangan yang menunjukkan perspektif, nilai, dan motivasi para penyusunnya lebih dari sekadar kumpulan data kuantitatif. Seorang akuntan tidak hanya mencatat data ekonomi, tetapi juga menafsirkannya berdasarkan apa yang mereka ketahui dan alami. Oleh karena itu, akuntansi adalah proses interpretasi yang dipengaruhi oleh sosial dan budaya organisasi, serta aturan yang berlaku. Wilhelm Dilthey juga menekankan betapa pentingnya memahami fenomena sosial melalui sejarah. Hal ini berkaitan dengan akuntansi, karena pengembangan sistem dan standar akuntansi modern dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Jadi, memahami akuntansi secara hermeneutik berarti memahami bagaimana dan mengapa sistem terbentuk, serta nilai-nilainya. Teori hermeneutic Wilhelm Dilthey merevolusi pandangan terhadap akuntansi yang mengajak untuk melihat akuntansi sebagai hal yang lebih dari sekadar alat untuk mencatat transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai kegiatan manusia yang penting. Pendekatan hermeneutik menekankan pentingnya konteks, makna, dan pengalaman dalam sejarah yang memungkinkan pemahaman akuntansi secara lebih manusiawi dan mandalam. Akuntansi tidak hanya sekadar kumpulan angka, tetapi juga mewakili budaya, nilai, dan pemahaman manusia tentang kehidupan ekonomi.

Epistemologi Hermeneutik:

Naturwissenschaften dan Geisteswissenschaften

Wilhelm Dilthey menyatakan bahwa terdapat dua cara untuk memahami dunia, yaitu ilmu roh atau humaniora yang berfokus padakehidupan batin, makna, dan ekspresi spiritual menusia yang hanya dapat dipahami, bukan sepenuhnya dijelaskan melalui metode ilmiah kuantitatif. Sementara ilmu alam berfokus pada fenomena luar yang dapat diamati dan dijelaskan secara kausal. Perbedaan ini sangat penting dalam akuntansi. Akuntansi sekarang sering dianggap sebagai ilmu alam sosial yang mengikuti metode kuantitatif dan empiris yang objektif. Kerangka berpikir tersebut mengandalkan pengukuran, generalisasi, dan penelitian statistik. Hermeneutik Wilhelm Dilthey mengingatkan bahwa akuntansi adalah ilmu manusia, karena mencangkup makna, nilai, dan kehidupan sehari-hari para pelaku ekonomi.

Metafora Fisiologi dan Psikologi

Wilhelm Dilthey menggunakan dua metafora, yaitu fisiologi dan psikologi sebagai cara epistemologis:

  • Fisiologi, untuk mempelajari dunia luar. Ini adalah kerangka berpikir positivistik dalam akuntansi yang melihat perusahaan dan laporan keuangan sebagai entitas eksternal yang dapat diukur. Salah satu contohnya adalah penelitian tentang hubungan antara leverage dan profatibilitas atau tentang bagaimana nilai pasar dipengaruhi oleh tanggungjawab sosial perusahaan (CSR). Semua fenomena direduksi menjadi angka, dan peneliti memposisikan dirinya seperti dokter yang melihat pasien dari luar.
  • Psikologi: yaitu mempelajari inti manusia. Tidak hanya melihat dari gejala, tetapi juga merasakan dan menghidupkan kembali pengalaman dalam subjek (nacherleben). Menafsirkan bagaimana pelaku ekonomi melihat angka, laba, utang, atau tanggung jawab dalam akuntansi hermeneutik. Contoh penerapannya adalah ketika akuntan percaya bahwa pengakuan beban akan merusak kepercayaan stakeholder atau ketika manajemen merasa bersalah karena mengurangi manfaat karyawan, meskipun harus mempertahankan bisnis

Epistemologi Ganda dalam Teori Akuntansi

Wilhelm Dilthey menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam pendekatan dan rasionalitas, pengetahuan tentang manusia tetap rasional. Wilhelm Dilthey menentang teori positivistik bahwa hanya analisis eksakta yang benar. Ini berarti mengakui dia epistemologi dalam akuntansi, yaitu:

  • Epistemologi luar (fisiologis), yaitu akuntansi sebagai sistem pengukuran kontrol, menggunakan metrik, data empiris, dan analisis statistik.
  • Epistemologi (psikologi hermeneutik), yaitu akuntansi sebagai sistem komunikasi simbolik, dimana angka merupakan bagian dari cerita hidup pelaku ekonomi

Kedua epistemologi tersebut saling melengkapi, bukan sebagai lawan. Jika dikombinasikan dengan pemahaman yang lebih baik tentang makna dan tekanan yang menyertai angka, pengukuran eksternal akan menjadi signifikan.

Dalam konsep hermeneutik Wilhelm Dilthey menggambarkan peneliti akuntansi sebagai penafsir makna dan tidak hanya sebagai pengamat. Sebaliknya, mereka terlibat secara langsung dalam proses memahami fenomena ekonomi. Peneliti hermeneutic mencoba mengungkap makna sosial, moral, dan spiritual yang tersembunyi dalam laporan keuangan, tidak hanya secara teknis. Wilhelm Dilthey membawa kembali akuntansi ke akar kemanusiaan melalui epistemologi hermeneutik. Wilhelm Dilthey menolak gagasan bahwa angka hanyalah representasi kehidupan yang perlu dipahami, bukan realitas. Dengan memahaminya, peneliti akuntansi diajak untuk memahami dunia ekonomi sebagai kehidupan yang perlu dipahami, bukan sebagai objek yang perlu dijelaskan. Dunia ini berbicara melalui angka, laporan, dan keputusan moral manusia.

Ontologi Hermeneutik: Ketika Kehidupan Menjadi Realitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun