Mohon tunggu...
Shindy Nilasari
Shindy Nilasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih terus belajar untuk membanggakan ortu :)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Wilayah Pegunungan Tengah, Papua

16 April 2015   09:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy


Papua sebagai pulau paling timur di Indonesia menyimpan berbagai potensi. Tak hanya dari segi pariwisata saja melainkan juga dari sisi pertanian. Tanah subur dan memiliki potensi untuk pengembangan komoditas pertanian hanyalah sebesar 31,8 persen. Jenis tanah tersebut banyak ditemukan pada vegetasi hutan, padang rumput, dataran rendah, dan beberapa wilayah pegunungan. Meskipun kecil, tetapi jika dikembangkan dengan serius tentunya potensi pertanian di wilayah ini dapat digunakan sebagai tumpuan perekonomian masyarakat Pegunungan Tengah yang selama ini dikenal terisolir dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi.


Wilayah Pegunungan Tengah yang berada tepat di jantung pulau Papua memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan sektor pertanian ini. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua, terjadi peningkatan PDRB menurut lapangan usaha di wilayah Pegunungan Tengah Papua, dan peningkatan paling besar ada pada sektor pertanian. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura memberikan sumbangan paling besar dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu sebesar 2.245 trilyun. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, terdapat 281.398 rumah tangga yang mengusahakan pertanian tanaman pangan dan 175.338 rumah tangga yang mengusahakan tanaman hortikultura.


Ubi jalar merupakan salah satu tanaman palawija yang menjadi tumpuan pertanian di wilayah Pegunungan Tengah, karena menjadi makanan pokok bagi masyarakat di daerah ini. Hipere atau ubi jalar biasa dijual oleh mama-mama Papua dengan harga 20.000 rupiah per tumpuk. Selain ubi jalar, sayur-sayuran yang ditanam di wilayah ini kualitasnya juga sangat baik. Hanya saja, harga jual disini memang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Misalnya, untuk harga seikat sawi putih adalah 10.000 rupiah untuk ukuran kecil, bahkan mencapai 25.000 sampai 30.000 rupiah untuk ukuran besar (di wilayah Kab. Tolikara).


Tidak ada yang murah di Papua. Nampaknya, ungkapan tersebut benar adanya. Mahalnya transportasi dalam pulau menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, mencapai dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan pulau Jawa, bahkan lebih. Itu adalah harga-harga di Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induk di wilayah Pegunungan Tengah. Bagaimana dengan harga kebutuhan pokok di kabupaten lain yang notabenenya sebagai wilayah pemekaran? Jangan ditanya. Tentunya lebih mahal lagi, bahkan sudah di luar perkiraan dan tidak terbayangkan.


Hampir semua bahan kebutuhan di wilayah pemekaran ini berasal dari Wamena, ibukota kabupaten Jayawijaya. Barang yang dijual di Wamena pun juga berasal dari Jayapura. Sementara itu akses transportasi ke Wamena hanya bisa ditempuh menggunakan pesawat udara, lalu akses dari Wamena menuju wilayah pemekaran kebanyakan juga menggunakan pesawat. Hanya beberapa kabupaten yang bisa ditempuh menggunakan jalur darat, misalnya kabupaten Tolikara. Itupun dengan medan yang sangat berbahaya dan biaya yang mahal. Misalnya, ongkos untuk menyewa mobil dari Wamena menuju Tolikara mencapai 2.500.000 rupiah untuk sekali jalan dengan waktu tempuh sekitar lima jam perjalanan.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun