Mohon tunggu...
Shila Alfina
Shila Alfina Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah Filsafat Dakwah

28 September 2025   15:50 Diperbarui: 28 September 2025   15:50 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dakwah adalah salah satu ajaran utama dalam Islam. Fungsinya untuk menyampaikan, menjelaskan, dan mengajak manusia menuju kebenaran. Awalnya, dakwah hanya dipahami sebagai kegiatan praktis, yaitu menyampaikan pesan agama. Namun, seiring perkembangan zaman, dakwah mulai dipelajari secara ilmiah. Dari sinilah lahir yang disebut filsafat dakwah, yaitu kajian yang membahas dasar, tujuan, dan metode dakwah secara lebih mendalam. Dengan mempelajari sejarah filsafat dakwah, kita bisa melihat bagaimana perannya dalam membentuk ilmu dakwah di masa kini.

Sejarah Filsafat Dakwah

1. Masa Klasik (Zaman Rasulullah SAW dan Sahabat)

Pada masa Nabi Muhammad SAW, dakwah dilakukan secara langsung melalui teladan, nasihat, dan dialog yang penuh hikmah. Nabi selalu menyesuaikan cara berdakwah dengan kondisi orang yang diajak. Saat itu belum ada teori dakwah tertulis, tetapi nilai-nilai filsafat dakwah sudah terlihat jelas dari praktik beliau dan para sahabat.

2. Masa Pertengahan (Abad Kejayaan Islam)
Di masa kejayaan Islam, muncul tokoh-tokoh besar seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali. Mereka memang tidak menulis khusus tentang filsafat dakwah, tetapi pemikiran mereka tentang etika, logika, dan akhlak menjadi dasar penting dalam pengembangan dakwah. Misalnya, Al-Ghazali banyak menekankan pentingnya akhlak dan kebijaksanaan dalam menyampaikan ajaran Islam.

3. Masa Modern (Gerakan Pembaruan Islam)
Pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20, lahir tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Mereka menekankan bahwa dakwah harus rasional, ilmiah, dan berperan dalam membangkitkan umat dari keterpurukan. Dakwah tidak hanya ritual, tetapi juga alat untuk memperbaiki masyarakat dan membangun peradaban Islam.

4. Masa Kontemporer (Dakwah sebagai Ilmu)
Di era sekarang, dakwah dipelajari lebih sistematis di perguruan tinggi Islam. Filsafat dakwah dijadikan mata kuliah dasar yang menegaskan dakwah sebagai ilmu tersendiri. Pendekatannya juga lebih luas, tidak hanya dari sisi agama, tetapi juga melibatkan ilmu komunikasi, sosiologi, psikologi, bahkan manajemen. Dengan begitu, dakwah lebih relevan dengan kondisi masyarakat modern.

Kontribusi Filsafat Dakwah terhadap Ilmu Dakwah

1. Ontologis (hakikat dakwah)
Filsafat dakwah membantu menjelaskan apa itu dakwah, siapa yang menjadi pelaku dan objeknya, serta ruang lingkupnya.

2. Epistemologis (cara mengetahui dakwah)
Filsafat dakwah menjelaskan bagaimana ilmu dakwah diperoleh, baik melalui wahyu, akal pikiran, maupun pengalaman nyata, sehingga cara mempelajari dakwah lebih kaya.

3. Aksiologis (tujuan dakwah)
Filsafat dakwah menegaskan bahwa dakwah tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk akhlak dan memperbaiki kehidupan masyarakat.

4. Mengembangkan Metode Dakwah
Dengan dasar filosofis, ilmu dakwah punya metode yang lebih kuat. Misalnya, penggunaan media digital, pendekatan psikologi, atau strategi komunikasi yang tepat.

5. Menghubungkan dengan Ilmu Lain
Filsafat dakwah membuat dakwah bisa terhubung dengan bidang lain seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini menjadikan dakwah lebih sesuai dengan kebutuhan zaman.

Kesimpulan

Filsafat dakwah itu ibarat fondasi yang bikin dakwah jadi lebih kokoh. Kalau dulu dakwah hanya dipahami sebagai ajakan atau nasihat, sekarang sudah berkembang jadi ilmu yang punya arah, metode, dan tujuan jelas. Dari masa Nabi sampai era modern, dakwah selalu menyesuaikan diri dengan zaman, tapi esensinya tetap sama: mengajak manusia ke jalan kebaikan.

Jadi, bisa dibilang filsafat dakwah bukan cuma teori yang rumit, tapi justru memberi warna dan arah supaya dakwah tetap relevan dan bisa menjawab tantangan zaman. Dengan adanya filsafat dakwah, ilmu dakwah jadi lebih hidup, nggak kaku, dan bisa bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun