Mohon tunggu...
Shifa NurulAzhar
Shifa NurulAzhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM: 21107030058

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ayo! Kenali apa saja Keuntungan dari Bilingualisme

22 Februari 2022   21:51 Diperbarui: 22 Februari 2022   21:56 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sih yang kita ketahui tentang bilingualisme?  Bilingualisme merupakan kemampuan berbicara dan berfikir menggunakan dua bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hurlock (1993) bilingual atau dwibahasa adalah menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang di komunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa akan memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya.

Dalam kehidupan sosial masyarakat pada saat ini, menjadi bilingual bukanlah hal istimewa. Diperkirakan separuh dari populasi dunia merupakan penutur dua bahasa atau lebih. "Bilingualism is pretty not unusual and occur in lots of parts of the sector, with in all likelihood one in three people being bilingual or multilingual" (Wei, 2000). Menurut temuan Wei, satu dari tiga masyarakat dunia ,dua diantaranya merupakan bilingual bahkan multilingual. Bahkan bilingual juga dimulai di usia dini di seperti di Negara Amerika, "Many children in North the united states and round the world develop up uncovered to two languages from an early age " (Heinlein & William, 2013) Fenomena bilingual bahkan multilingual di Indonesia juga dipastikan terjadi.

Dari apa yang pernah kita pikirkan dan kita ketahui, bahwa berbicara dua bahasa terasa membingungkan baik bagi anak-anak maupun orang dewasa, sehingga hal itu menimbulkan tantangan kognitif yang sebaiknya dihindari. Namun sekarang hal tersebut diketahui tidak akurat 100% kebenarannya. Karena saat ini, kemampuan bilingualisme sering dilihat sebagai manfaat dalam mengasah otak, dan juga suatu kondisi yang dapat melindungi dan mempertahankan fungsi kognitif hingga usia tua nanti.

Di lansir dari situs harvard.edu semakin banyak bukti menunjukkan bahwa bilingualisme seumur hidup dikaitkan dengan analisis demensia yang tertunda. Tetapi dampak pengalaman bahasa pada aktivitas otak belum dipahami dengan baik.Bilingualisme umumnya dianggap meningkatkan kreativitas, tetapi sebenarnya merupakan mekanisme yang mendasari tindakan kreatif, dan bagaimana mekanisme ini dipengaruhi oleh bilingualisme namun tidak dipahami dengan baik.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak bilingual mengungguli anak-anak monolingual pada tugas-tugas yang memanfaatkan fungsi eksekutif yaitu, keterampilan yang berkaitan dengan kontrol perhatian, penalaran, dan pemecahan masalah yang fleksibel.

Ketika anak-anak bilingual beralih di antara dua bahasa, mereka menggunakan sumber daya kognitif di luar yang diperlukan untuk penguasaan bahasa sederhana, tulis Luk dalam edisi mendatang Cambridge Encyclopedia of Child Development.  Artinya mereka diminta untuk terus memanfaatkan dan menggunakan fungsi otak ini sehingga kemampuan ini tetap diasah seumur hidupnya.

Ada beberapa jalur menuju bilingualisme. Seorang anak dapat menjadi bilingual ketika orang tua dan pengasuhnya sering berbicara kedua bahasa, baik beralih di antara keduanya. Seorang anak dapat menjadi bilingual ketika bahasa yang digunakan di rumah berbeda dari bahasa dominan masyarakat seperti yang digunakan anak di sekolah. Atau seorang anak bisa menjadi bilingual ketika dia berbicara bahasa dominan masyarakat di rumah tetapi mengikuti program imersi di sekolah. Bilingualisme adalah pengalaman yang terakumulasi dan berubah seiring waktu, sebagai respons terhadap lingkungan belajar anak, kata Luk.

Maka dari itu, kemampuan bilingualisme ini dapat menjadi sebuah isyarat sosial seperti menjadi lebih siap mengenai siapa yang akan mereka ajak bicara. Terkadang orang bilingual atau multi bahasa akan mulai mencari tahu tentang siapa yang mereka ajak bicara, dengan bahasa apa orang itu berbicara, sehingga mereka akan memberi kode pada otaknya untuk beralih bahasa dan menyesuaikan diri dengan orang-orang tersebut. Contohnya seperti saat berbicara dengan ibu kita dirumah maka akan menggunakan Bahasa Indonesia, tapi ketika berbicara dengan guru Bahasa Inggris di sekolah maka kita akan menyesuaikan diri untuk berbicara menggunakan Bahasa Inggris.

Namun pro dan kontra mengiringi konsep bilingualisme ini. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa bilingual memberi pengaruh negatif seperti keterlambatan berbicara (Sulivan, Ausubel, Ives, dalam Takakuwa, 2000) akan tetapi hal ini juga dibantahkan oleh pendapat yang berbeda. Ketimbang memberikan dampak buruk, pendapat yang menyatakan bahwa bilingual memberikan manfaat baik bagi anak terutama perkembangan kognitifnya.

Kekhawatiran orang-orang  mengenai anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa di otaknya. Mereka khawatir anak-anak akan mengalami bingung bahasa atau gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi performa sosial dan kognitif mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun