Mohon tunggu...
Syafril Hernendi
Syafril Hernendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Living Life to Your Fullest

Personal Development Speaker | Email: syafril@syafrilhernendi.com | FB: /syafrilhernendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengejar Kebahagiaan Justru Membuatmu Tidak Bahagia

21 Desember 2020   08:51 Diperbarui: 21 Desember 2020   09:07 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saat mengejar sesuatu biasanya kita akan terbebani target yang justru menimbulkan stres dan kecemasan. Jadi alih-alih bahagia, mengejar kebahagiaan malah membuat kita tidak bahagia."

Memiliki hidup yang bahagia menjadi impian hampir semua orang.
 
Tidak ada yang menginginkan hidup yang dipenuhi kesengsaraan dan kesedihan.
 
Namun karena obsesi ingin bahagia, banyak orang justru merasa tidak bahagia semakin keras mereka berusaha mendapatkannya.
 
Terdengar aneh, namun demikian adanya. Ngotot mengejar kebahagiaan malah membuat kita merasa tidak bahagia.
 
Saat mengejar sesuatu biasanya kita akan terbebani semacam target. Harus ada kemajuan dalam upaya pengejaran kita.
 
Target inilah yang justru menimbulkan stres dan kecemasan. Jadi alih-alih bahagia, upaya mengejar kebahagiaan malah membuat kita tidak bahagia.
 
Kondisi ini diperparah dengan kenyataan bahwa kita tidak benar-benar memahami apa sebenarnya kebahagiaan itu.
 
Terdapat banyak kesalahpahaman soal kebahagiaan sehingga kita mengejar 'makhluk' yang salah.
 
Sebagian beranggapan kebahagiaan berarti tidak adanya emosi negatif. Jelas ini merupakan harapan yang tidak realistis.
 
Kita tidak mungkin merasa senang setiap saat. Menjadi manusia yang lengkap melibatkan setiap emosi yang menjadikan kita manusia, termasuk emosi yang negatif.
 
Mustahil untuk menghilangkan emosi negatif seperti kesedihan atau kemarahan. Karena emosi negatif tidak untuk dilenyapkan, melainkan untuk dikelola.  
 
Sebagian yang lain menganggap sukses merupakan kunci kebahagiaan.
 
Banyak orang bekerja keras untuk menghasilkan banyak uang, namun justru malah stres dan tidak kunjung bahagia.  
 
Ini terjadi karena kita memiliki anggapan yang terbalik. Bukan sukses yang membawa pada rasa bahagia, tapi kebahagiaan lah yang menuntun pada kesuksesan.
 
Saat bahagia dalam melakukan pekerjaan, maka hasil kerja kita juga akan luar biasa yang akhirnya mengantarkan pada kesuksesan yang lebih besar.
 
Rasa bahagia juga bersifat unik. Jadi yang membuat seseorang bahagia belum tentu memiliki efek sama pada orang lain.
 
Jadi jangan mengejar sesuatu hanya karena orang lain mengejarnya. Tanyakan pada diri sendiri apakah hal itu benar-benar memiliki arti serta sepadan untuk diupayakan.
 
Lantas bagaimana agar bahagia? Terdapat beberapa jalan. Salah satunya adalah dengan menjalani hidup sepenuhnya dan fokus pada saat ini.
 
Terima dan serap sepenuhnya setiap momen dalam hidup tak peduli menyenangkan atau menyedihkan.

Secara tidak sadar, pikiran kita sering dipenuhi dengan angan-angan tentang masa depan dan penyesalan tentang masa lalu.

Jarang pikiran kita berada dalam kondisi 'mindful' atau berada pada momen saat ini.

Kondisi ini membuat kita melewatkan banyak hal, sepeti terlewat melihat bunga yang sedang mekar saat berangkat ke kantor karena sibuk memikirkan presentasi pagi ini.  

Kebahagiaan kecil yang sering terlewat pada akhirnya akan terkumpul menjadi besar.

Akhirnya kita melewatkan kesempatan untuk bahagia. Untuk menyerap secara penuh momen saat ini. Untuk merasakan bahagia yang sebenarnya telah tersedia di sekitar kita.

Namun perlu diingat, kehidupan yang dijalani dengan baik tidak melulu yang baik-baik saja, tetapi juga mengandung kesedihan dan kepedihan.
 
Alih-alih berusaha menghindari kepedihan, gunakan rasa pedih sebagai sarana untuk belajar dan bertumbuh.
 
Melalui rasa sakit, kita akan belajar menghargai ketika hal-hal yang baik terjadi.

Diri kita akan dipenuhi rasa syukur, sedangkan bersyukur akan membuat hidup lebih bahagia.
 
Cara lain untuk bahagia adalah dengan melakukan sesuatu yang kita sukai, seperti menulis, melukis, atau bersepeda.
 
Saat itulah biasanya kita akan terlarut sepenuhnya dengan apa yang kita lakukan. Akan muncul respons euforia saat melakukan sesuatu yang benar-benar kita sukai.
 
Kebahagiaan juga muncul saat kita melakukan perbuatan yang memiliki makna; saat yang kita lakukan bermanfaat dan membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain.
 
Hal itu bisa sesederhana mendampingi dan menghibur teman yang sakit atau melakukan amal skala besar yang menyentuh banyak orang.
 
Saat menebar manfaat, kita akan merasakan kepuasan. Jadi kebahagiaan seringnya didapat ketika memberi bukan ketika menerima.  
 
Pada akhirnya, hidup ibarat dua sisi mata uang: ada kegembiraan dan kemarahan, ada kebahagiaan dan kesedihan.
 
Alih-alih mengejar kebahagiaan, rasakan kebahagiaan dengan menghargai apa yang sudah kita miliki.
 
Seperti ungkapan bijak menyatakan "Semua orang mengejar kebahagiaan, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan ada di sekitar mereka."
 
Jadi, berhentilah mengejar kebahagiaan dan biarkan kebahagiaan mengalir ke arah kita dengan sendirinya.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun