Mohon tunggu...
Septi Diah Prameswari
Septi Diah Prameswari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah sesosok insan yang berjuang hidup mencari sepercik cahaya ilmu di tempat yng jauh dari kota kelahiran saya. Perjuangan tak kan berhenti sebelum kuhembus nafas terakhir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Aktivis atau Aktivisme?

18 November 2011   16:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mahasiswa adalah sekumpulan variabel yang unik :). Mereka dipandang mempunyai kompetensi teoritis dan praktis yang mempunyai hubungan yang kuat dengan perubahan sosial yang terjadi di negara ini. Ini yang saya dapat dari hasil baca-baca artikel orang. Dan, menurut saya memang tepat sekali. Mahasiswa menjadi harapan bagi masyarakat secara luas. Maka, kompetensi antara teoritis dan praktis pun harus balance. Ada yang berpendapat bahwa, kompetensi praktis lebih penting dari teoritis, karena setelah keluar dari dunia kampus kita akan langsung terjun ke masyarakat. Adapula yang berpendapat bahwa kompetensi teoritis lebih dibutuhkan dengan alasan kompetensi praktis itu bisa didapat dari "jalanan". Ok, no problem. Tapi menurut saya,  kompetensi teoritis dan praktis itu sama pentingnya. Ibarat sebuah bangunan tanpa fondasi yang kuat maka bangunan itu pun akan mudah roboh. Tapi fondasi yang kuat dengan kualitas bangunan yang "suka-suka" yaaa tak akan bertahan lama juga. Sebagai sebuah benda yang berstatus MAHASISWA, kompetensi teoritis bisa diasah lewat ruang kelas, buku, dan konco-konconya. Sedangkan praktis bisa diasah via UKM-UKM atau organisasi apa pun. So, kita harusnya menyeimbangkan antara kedua hal itu. Jangan sampai berat sebelah. Guys, tanggung jawab kita pada ummat sungguh amatlah besar. Jika kemampuan kita dalam hal praktis oke tapi tidak seimbang dengan teoritis, apakah kita bisa yakin itu akan bermanfaat bagi ummat? Terus bagaimana cara kita menghitung apakah yang kita lakukan selama ini sudah seimbang apa belum? Coba kembali fikirkan, saat waktu kita lebih dari 5 jam/hari memikirkan organisasi dan saat melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai mahasiswa fikiran masih ke organisasi atau sambil meRAPATkan diri, atau sebaliknya, yang akhirnya malah kedua hal tersebut cuma dilakukan setengah-tengah, mulai waspadai dirimu. Dampak dari hal itu bukan 50:50 antara teoritis dan praktis yang di dapat, tapi justru tak dapat apa-apa, dosen di kelas marah karena merasa disepelekan, teman merasa dikecewakan karena kerjaan "setengah matang", etc. Maka, buat skala prioritas. Lakukan satu-satu tapi dengan sepenuh  hati dan fikiran, so kita pun bisa di'nobat'kan sebagai AKTIVIS MAHASISWA BERTANGGUNG JAWAB. Tidak ada yang dirugikan dan justru kita diuntungkan. Menurut seorang sumber, AKTIVIS adalah mereka yang aktif secara akademis dan organisasi, dan orientasinya untuk berafiliasi kepada kalangan mana saja demi sebuah cita-cita perubahan bersama serta tujuan utamanya adalah kematangan diri melalui pencarian jati diri. Dalam dunia gerakan mereka tidak gampang dipatahkan karena gerakan mereka berangkat dari keyakinan ideologis. Sementara mahasiswa AKTIVISME adalah mereka yang juga aktif secara akademis dan organisasi, tapi kehadiran mereka dalam dunia akademik dan organisasi didominasi oleh kepentingan pragmatis semata sehingga posisi dan peran pentingnnya sebagai akademisi dan aktivis labil dan misorientasi. Dalam dunia gerakan, mereka biasanya tidak mempertimbangkan aspek pengkajian issue secara mendalam dan cenderung reaksioner sehingga gerakan menjadi miskontinuitas dan gampang dipatahkan. Termasuk yang mana diri kita? Masih mau jadi AKTIVISME dan masih mau berbanga hati dengannya? Bangga menelantarkan tugas dan kewajibannya di kelas tanpa tanggung jawab demi mengejar sesuatu atas landasan pragmatisme? Bangga meninggalkan tugas dan tanggung jawab kepada ummat dalam organisasi hanya untuk mengejar sebuah nominasi angka? Hanya hati dan Rabbul 'Izzati yang tahu dengan pasti semua itu. Life is Choise and that's choise in your hand.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun