Mohon tunggu...
shelvi permata
shelvi permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Nusa Putra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Inflasi pada Masa Pandemi Covid-19

24 Juni 2021   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   20:08 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya virus covid-19 membuat perkembangan inflasi di Indonesia menurun. Corona virus atau biasa di sebut Covid-19 ialah virus yang yang berasal dari Subfamily Orthochoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan Ordo Nidovirales. di Indonesia virus Covid-19 ini terus meningkat seiring berjalannya waktu dan perlu kesadaran penuh dari masyarakat agar angka penyebarannya tidak meningkat. Pemerintah pun perlu melakukan penanganan berupa system karantina agar dapat mencegah penyebaran lebih luas lagi, akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengikuti peraturan yang telah diterapkan oleh pemerintah.

Pandemic Covid-19 memberi dampak negative bagi perekonomian di Indonesia, Tahun 2020 Pertumbuhan ekonomi di Indonesia  terkontraksi 2,07%  dengan sektor pergudangan dan transportasi merupakan kontraksi terdalam yaitu 15,04%. Meski perekonomian secara keseluruhan mengalami kontraksi akibat pertumbuhan negatif, beberapa sektor tetap tumbuh positif. Kedua kategori melebihi 10%. Artinya, kesehatan dan kegiatan sosial meningkat 11,60%, dan telekomunikasi meningkat 10,58%. Permintaan untuk kedua area ini tinggi dalam penerapan dirumah.

Apakah keterkaitan inflasi dengan pandemi ini? Pada januari 2021 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen atau IHK mengalami inflasi 0,26%, inflasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 0,45% saat bulan desember. Secara tahunan, laju inflasi Januari 2021 lebih rendah 1,55% dibandingkan Januari 2020. Inflasi terlihat dari kenaikan harga bahan makanan tertentu. Inflasi menurun disebabkan oleh adanya pandemic covid-19 yang membuat mobilitas masyarakat berkurang dan roda ekonomi bergerak lambat, berpengaruh kepada penurunan pendapatan yang mengakibatkan lemahnya permintaan. Walaupun harga naik pada bulan oktober ditengah maraknya pandemic covid-19 ada kabar baiknya yaitu, inflasi bisa berarti konsumsi masyarakat yang meningkat seiring permintaan naik. Pada bulan juli 2020 inflasi hanya 0,16% dalam andil 0,1%. Salah satu factor yang menarik perhatian BPS ialah kenaikan biaya Sekolah Dasar (SD) sebesar 0,01%. Berbeda pada juli 2018-juli 2019, inflasi pada subsector Pendidikan saat itu mencapai 1,29% dan 1,16%. Di sisi lain, tingkat inflasi perlengkapan sekolah dari 2018 hingga juli 2019 adalah 0,56% hingga 0,66%. Selain Pendidikan inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau juga mengalami perubahan pada juli 2018 dan 2019 mengalami tingkat inflasi sebesar 0,45% dan 0,24%. Tahun 2020 tercatat inflasi minus 0,73% dan deflasi minus 0,19%. Begitu pula dengan kelompok makanan pada juli 2019, terjadi inflasi 0,8% dan andil 0,17%. Inflasi tercatat negative 1,06% dan andil negative 0,19% periode yang sama tahun 2020. Beberapa alas an terkait dengan harga yang lebih rendah untuk makanan tertentu. Secara khusus, bawang merah menyumbang 0,11% terhadap deflasi, ayam 0,04% dan bawang putih 0,03%. Sejak itu, harga beras, cabe rawit, kelapa dan gula turun 0,01%. Disisi lain, pengeluaran untuk layanan seperti perawatan pribadi memberikan kontribusi tebesar terhadap tingkat inflasi pada juli 2020. Inflasinta mencapai 0,93% dengan andil 0,06%. Kedua angka ini merupakan yang tertinggi dari 11 indikator yang dipantau oleh BPS. Salah satu produk yang memberikan sumbangan inflasi pada kategori ini adalah kenaikan harga emas di 80 dari 90 kota dalam IHK yang menjadi database BPS. Inflasi emas mencapai 0,05%. Pada catatan terkait harga emas antam juga naik ke puncak yaitu Rp.1,028 juta/gram. Pada tahun 2019 hingga diawal maret 2020 sebelum pandemic Covid-19 harganya berfluktuasi antara Rp.600-700 ribu/gram.

Dampak pasar modal Indonesia terhadap perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tanggal 7 April 2020 dengan angka 0,69%% hingga 4.778,64. Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki nilai perdagangan mencapai Rp 9,6 triliun, dan penjualan bersih asing sebesar Rp 527,65 miliar baik di pasar reguler maupun non-reguler. Kondisi tersebut menunjukkan, IHSG turun hamper 28% selama Q1 2020. Aksi penjualan terburuk turun 16,76% dibulan Maret. pada 24 Maret, IHSG juga mencapai 3.911,716, terendah sejak Agustus 2013.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang memberikan dampak kepada perekonomian di Indonesia pada tahun 2021 salah satunya UU Omnibus Law cipta kerja yaitu bentuk dari deregulasi, sudah mengamandemen 79 UU dan 1244 pasal-pasal. Yang memberikan efisiensi birokrasi dan pemotongan aturan yang tidak penting, terkait dengan perizinan usaha dan investasi. Selain kebijakan tersebut ada kebijakan yang utama yang akan mempengaruhi pemulihan ekonomi di Indonesia tahun 2021 ini yaitu vaksin dan kebijakan ekonomi pemerintah. Karena pemulihan ekonomi bergantung kepada keberhasilan vaksin covid-19. Agar perekonomian dapat bertahan saat pandemic Covid-19 diperlukan kebijakan ekonomi yang efektif untuk meningkatkan factor permintaan dari rumah tangga dan pemerintah, permintaan investasi dari berbagai sektor ekonomi, dan juga menjaga elastisitas perekonomian. Selain itu, program stimulus ekonomi nasional juga harus menargetkan jaminan social, keuangan perusahan, mendukung UMKM dan mendorong komunitas bisnis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun