Mohon tunggu...
najwa sheila
najwa sheila Mohon Tunggu... universitas nahdlatul ulama blitar

Education is the key to a better future for the nation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca Al-Qur'an Melalui Kacamata Barat: Tafsir Orientalis di Era Digital dan Tantangannya Bagi Pendidikan Islam

29 Juni 2025   18:41 Diperbarui: 29 Juni 2025   18:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritisisme Metodologis
Pendidikan tafsir harus mencakup pelatihan untuk mengkritisi metode orientalis: apakah sebuah pendekatan memandang al-Qur'an sebagai teks manusia atau wahyu? Apakah ia mempertimbangkan tafsir sahabat dan tabi'in? Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal tafsir, tetapi juga memahami mengapa metode tertentu ditolak atau diterima.

  • Integrasi Kurikulum Islam-Barat Secara Adil
    Pendidikan Islam dapat mengadopsi pendekatan modern Barat, seperti linguistik struktural, semiotika, atau analisis wacana, tetapi harus diselaraskan dengan nilai-nilai Islam. Guru tafsir masa kini harus menguasai dua dunia: teks klasik dan metode akademik kontemporer.

  • Pendidikan Spiritualitas dan Etika Ilmu
    Tafsir bukan hanya proses rasional, tetapi juga spiritual. Pendidikan tafsir seharusnya menanamkan adab dalam membaca al-Qur'an, sehingga setiap penafsiran tidak semata hasil kajian teknis, melainkan buah dari penghayatan iman.

  • Penutup

    Tafsir orientalis bukan hal baru, namun di era digital, ia mengalami reinkarnasi dalam bentuk yang lebih canggih dan mudah diakses. Dunia pendidikan Islam tidak bisa menghindarinya, tetapi harus menyiapkan generasi yang siap menghadapinya. Dengan memperkuat literasi tafsir, memperdalam ilmu alat, dan mengembangkan pemahaman kritis terhadap pendekatan Barat, pendidikan Islam dapat menjaga kemurnian wahyu sekaligus aktif berdialog dengan zaman.

    Bukan saatnya lagi menolak mentah-mentah atau menerima buta karya orientalis. Justru inilah momentum untuk melahirkan mufassir muda yang memahami al-Qur'an dari akar tradisinya, namun tidak buta terhadap peta pemikiran global. Tafsir bukan milik satu peradaban saja, tetapi ruang kolaborasi ilmiah dan spiritual yang harus dikuasai umat Islam hari ini dan masa depan.

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun