Cartil bukan kata dalam bahasa Inggris. Dalam penyebutannya pun tidak perlu membacanya dengan 'kartil'. Cartil adalah kepanjangan dari caringin tilu, tiga pohon beringin dalam bahasa Indonesia. Saat ini pohon beringin yang tersisa hanya tinggal satu. Lokasi indah ini terletak di kecamatan cimenyan di timur kota Bandung. Cartil mungkin tidak se popouler Lembang, tapi keindahan yang di tawarkan sama menawannya.
Untuk menuju lokasi ini cukup dekat, dari terminal cicaheum menuju jalan padasuka yang terkenal dengan Saung Angklung Udjo, sekitar 6 km, bisa dikendarai dengan kendaraan bermotor atau jalan kaki sambil olahraga. Jalannya tidak terlalu lebar tapi cukup baik dan beraspal. Tidak ada petunjuk khusus untuk lokasi wisata ini, kecual di pintu masuk jalan padasuka. Selebihnya cukup mengikuti jalan padasuka menuju arah utara.
Jalan menuju cartil penuh kelokan tajam ciri khas pegunungan. Dikelilingi gunung-gunung yang berjejer rapi dari utara ke timur. Belum lagi tanaman sayuran yang di tanam oleh petani di sepanjang sisi kanan dan kiri sepanjang perjalanan menuju cartil dan menyisakan harum daun bawang yang baru saja di panen.
Cartil ramai dikunjungi wisatawan lokal di akhir pekan. Komunitas sepeda gunung sering saya temui rapi berbaris menuju puncak cartil. Setelah lelah 'mendaki' disinilah biasanya para penikmat keindahan berlabuh, pondok-pondok yang menawarkan jajanan tertata lumayan rapi. Di hari biasa hanya beberapa saja pondok jajanan yang buka. Tentu saja pondok jajanan itu menawarkan hamparan hijau dan sejuknya hawa pegunungan.
Hiruk pikuk dan kepadatan Bandung dari Barat ke Selatan akan nampak dari sini. Jadi tampak nyata benar kalau Bandung ini hidup di cekungan.
Cartil kebetulan lokasinya berdekatan dengan rumah saya, dengan semangat pagi, saya berjalan kaki selepas shubuh sekaligus berolahraga, tapi baru setengah jalan, saya sudah ngos-ngosan kehabisan nafas. Jalan menanjak yang berkelok dan kabut yang turun, memang membutuhkan latihan yang cukup konsisten. Saya juga memilih ke sini di hari biasa, bukan karena tak suka keramaian di akhir pekan, tapi lebih kepada saya yang suka panik ketika jalan menanjak dan harus oper gigi,
hadeuhhhh..Menurut teman saya yang sering bolak-balik ke cartil, pemandangan di malam hari jauh lebih bagus, karena kerlap-kerlip bandung di waktu malam dapat terpantau di sini. Hmm,,lagi-lagi saya juga belum pede, karena tidak ada lampu penerangan, hanya mengandalkan cahaya dari motor atau mobil yang lewat. Tapi, suatu hari, saya pasti kesana lagi.
cartil, missing u already..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya