Setelah sekian lama tidak walking tour, akhirnya aku berkesempatan untuk ikutan lagi. Nah berhubung Kompasiana sedang ada program "Ketemu Walking Tour: The Hidden Story of Pasar Lama Tangerang", maka aku tak ragu buat daftar karena memang aku belum pernah menelusuri kawasan Pasar Lama Tangerang.Â
Hari Minggu (25/5), aku bersama 24 Kompasianer bertemu di Stasiun Tangerang. Karena peserta banyak dan kita harus menunggu beberapa Kompasianer yang datang terlambat, maka walking tour terbagi menjadi dua kelompok.
Aku kebagian walking tour dengan dipandu bersama Koko Ronald dari Benteng Walking Tour. Sebelum mengunjungi tempat bersejarah di Pasar Lama Tangerang, Koko Ronald menjelaskan sejarah berdirinya Stasiun Tangerang terlebih dahulu.
Sebenarnya kalau dilihat dari luar penampakan Stasiun Tangerang terlihat biasa saja, namun ternyata stasiun tersebut telah menjadi pusat transportasi penumpang pada era kolonial, dan juga sebagai transportasi pengangkut hasil pertanian, seperti buah dan sayur. Maka tak heran sekarang Stasiun Tangerang termasuk ke dalam cagar budaya Tangerang.Â
Menelusuri Tempat Bersejarah di Pasar Lama Tangerang
Destinasi pertama yang kita kunjungi ialah Pabrik Kecap SH (Siong Hin) yang sudah berdiri sejak 1920. Karena hari Minggu pabriknya tutup, jadi kita hanya melihat dari depan saja. Sembari membuka map merahnya yang berisi informasi, Koko Ronald menjelaskan jikalau Kecap SH didirikan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Lo Tjit Siong, dan sekarang dikelola oleh generasi keempat.
Menariknya, pemasaran kecap ini tidak dijual luas dikarenakan Kecap SH masih berfokus pada eksklusivitas dan kualitas. Karena aku belum pernah mencobanya, katanya sih kecap ini rasanya gurih dan manis serta memiliki tekstur yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer. Kalau kamu ke Pasar Lama Tangerang, biasanya pedagang kaki lima atau rumah makan selalu menyajikan Kecap SH ini.Â
Dari Pabrik Kecap SH, kita berjalan melewati pedagang kaki lima untuk menuju destinasi kedua, yaitu Kelenteng Boen Tek Bio. Berlokasi di dalam sebuah gang, Kelenteng Boen Tek Bio merupakan salah satu kelenteng tertua di Kota Tangerang yang berdiri sejak 1684.
Boen Tek Bio sendiri berasal dari bahasa Hokkian yang memiliki arti khusus. "Boen" berarti intelektual, "Tek" berarti kebajikan, dan "Bio" berarti tempat ibadah. Secara etimologi, "Boen Tek Bio" berarti tempat bagi umat manusia untuk menjadi insan yang penuh kebajikan dan intelektual.