Mohon tunggu...
Sharfina
Sharfina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Suka jalan-jalan ke tempat baru sambil motret tidak asal jepret 📸

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menelusuri Sisi Anti-Kolonialisme di Museum Multatuli

30 September 2018   21:26 Diperbarui: 3 Oktober 2018   13:33 3153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, di ruagan tersebut juga terdapat replika perahu kolonial Belanda yang digunakan ketika datang ke Indonesia dan juga terdapat replika rempah-rempah yang diperdagangkan oleh Belanda, mulai dari pala, lada, cengkeh dan kayu manis.

Penampakan di ruangan kedua yang mana di sini terdapat mini teater dan replika kapal Kolonial Belanda beserta rempah-rempah yang diperdagangkan ketika Belanda masuk ke Indonesia.
Penampakan di ruangan kedua yang mana di sini terdapat mini teater dan replika kapal Kolonial Belanda beserta rempah-rempah yang diperdagangkan ketika Belanda masuk ke Indonesia.
Replika kapal kolonial Belanda
Replika kapal kolonial Belanda
Rempah-rempah yang diperdagangkan oleh Belanda ketika datang ke Indonesia
Rempah-rempah yang diperdagangkan oleh Belanda ketika datang ke Indonesia
Memasuki ruangan ketiga, saya masuk ke sebuah ruangan yang sedikit lebih kecil, yang mana ruangan ini berisikan barang-barang yang pernah dikenakan pemerintah Belanda dan warga lokal ketika masa penjajahan. 

Agak sedikit ke tengah, saya melihat ruangan berisi biji kopi dan alat-alat yang digunakan untuk membuat kopi kala itu. Menariknya lagi, di sini, kamu juga dapat melihat peta persebaran kopi di Indonesia, bahkan kamu juga dapat melihat uang logam koin 1 Sen yang dikeluarkan tahun 1857.

Topi Sinder digunakan pengawas perkebunan di masa kolonial, topi Udeng biasa digunakan masyarakat Lebak.
Topi Sinder digunakan pengawas perkebunan di masa kolonial, topi Udeng biasa digunakan masyarakat Lebak.
Alat penggiling biji kopi di masa itu
Alat penggiling biji kopi di masa itu
Ruangan berikutnya yang agak lebih besar adalah ruangan para tokoh terkenal, seperti Soekarno, Pramoedya Ananta Toer, R.A. Kartini yang terinspirasi oleh aksi anti kolonialisme yang pernah dilakukan Multatuli. 

Di dalam ruangan ini kamu bisa melihat buku-buku karya Multatuli, salah satunya yang terkenal adalah Max Havelaar. Tak hanya itu, di ruangan ini juga terdapat surat Multatuli yang dia tulis sebagai bentuk protesnya kepada Raja Belanda, William III terhadap penjajahan yang dia lakukan di tanah Indonesia.

Para tokoh yang menginspirasi
Para tokoh yang menginspirasi
Max Havelaar karya Multatuli
Max Havelaar karya Multatuli
Surat Multatuli kepada Raja Belanda, william III yang berisi protes terhadap penjajahan
Surat Multatuli kepada Raja Belanda, william III yang berisi protes terhadap penjajahan
Nah, selanjutnya saya pun melanjutkan ke ruangan berdinding merah. Pada ruangan ini, kamu akan melihat cerita penjajahan yang terjadi tanah Banten serta pemberontakan yang dilakukan oleh penduduk Banten terhadap Belanda di kala itu. Bahkan, di sini kamu juga dapat melihat tombak yang digunakan penduduk Banten saat melawan Belanda. Eits....tapi tak boleh disentuh, cukup dilihat.


Ruangan yang menceritakan bagaimana perjuangan masyarakat Banten dalam menolak dan melawan penjajahan. Di ruangan ini juga terdapat tombak yang digunakan masyarakat Banten untuk melawan penjajahan di kala itu
Ruangan yang menceritakan bagaimana perjuangan masyarakat Banten dalam menolak dan melawan penjajahan. Di ruangan ini juga terdapat tombak yang digunakan masyarakat Banten untuk melawan penjajahan di kala itu
Setelah meneusuri ruangan bercat merah, saya pun menelusuri ruangan bercat cokelat. Di dinding ruangan tersebut ditampilkan sejarah terbentuknya Kabupaten Lebak pada tahun 1828. Di tengah ruangan itu, kamu akan menemukan replika prasasti Cidanghiyang dan baju bupati yang biasa digunakan dalam acara resmi. Di samping baju bupati, kamu juga akan melihat alat tenun motif Baduy yang sudah terkenal di seantero dunia.

Di ruangan ini pengunjung dapat melihat sejarah terbentuknya kabupaten Lebak. Selain itu, tepat di tengah ruangan ini, pengunjung dapat melihat prasasti Cidanghiyang yang berasal dari Kerajaan Tarumanegara
Di ruangan ini pengunjung dapat melihat sejarah terbentuknya kabupaten Lebak. Selain itu, tepat di tengah ruangan ini, pengunjung dapat melihat prasasti Cidanghiyang yang berasal dari Kerajaan Tarumanegara
Baju Bupati yang biasa digunakan ketika acara resmi
Baju Bupati yang biasa digunakan ketika acara resmi
Kain Batik Baduy yang kini sudah terkenal hingga ke seantero dunia, dulu dijahit menggunakan alat tenun ini. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan menenun untuk waktu-waktu tertentu
Kain Batik Baduy yang kini sudah terkenal hingga ke seantero dunia, dulu dijahit menggunakan alat tenun ini. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan menenun untuk waktu-waktu tertentu
Masuk ke ruangan terakhir yang berdekatan dengan pintu keluar, kamu akan menemukan 15 buku Max Havelaar yang dicetak dalam berbagai bahasa dan dipajang dalam sebuah rak bewarna putih. Selain itu, di dinding yang bersebelahan dengan buku Max Havelaar, kamu akan melihat 12 motif batik khas Lebak beserta maknanya.

Di ruangan terakhir ini juga yang bikin saya kagum adalah saya dapat melihat tokoh-tokoh asli keturunan Rangkasbitung, seperti W.S. Rendra, Tan Malaka, Mariah Ullfah, Misbach Yusa Biran dan Eugenia Van Beers.

Para tokoh yang lahir di Rangkasbitung
Para tokoh yang lahir di Rangkasbitung
Max Havelaar yang diterjemahkan ke berbagai bahasa
Max Havelaar yang diterjemahkan ke berbagai bahasa
12 Motif batik khas Lebak
12 Motif batik khas Lebak
Jadi, bagi kamu yang ingin berwisata edukatif, Museum Multatuli bisa dijadikan referensi untuk menghabiskan akhir pekan bersama teman maupun keluarga. Cukup naik kereta dan turun di Rangkasbitung, kamu bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai penjajahan Belanda di masa lalu.

Multatuli dan kata-kata mutiaranya dapat kamu lihat di slide yang terpampang di ruang utama
Multatuli dan kata-kata mutiaranya dapat kamu lihat di slide yang terpampang di ruang utama
Info:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun