Jika Anda pernah melewati sebuah gerai Mie Gacoan, pasti pemandangan antrean panjang dan parkiran penuh sudah menjadi hal yang biasa. Siapa sangka, di balik semangkuk mie pedas seharga belasan ribu rupiah, tersimpan strategi bisnis jitu yang menjadikan Mie Gacoan sebagai fenomena kuliner nasional. Bagaimana merek ini bisa merajai pasar mie pedas Indonesia, bahkan mengalahkan para pelopor yang lebih dulu hadir? Berikut ulasan lengkapnya, merujuk pada analisis Reymond Chin, seorang pengusaha dan konten kreator bisnis yang kerap membedah strategi brand-brand sukses di YouTube.
Mie Gacoan bukanlah pelopor mie pedas di Indonesia. Jauh sebelum mereka hadir, sudah ada Mie Kober yang lebih dulu memperkenalkan sensasi mie pedas kepada masyarakat. Namun, Mie Gacoan berhasil melakukan sesuatu yang lebih penting yaitu  membangun persepsi sebagai "mie pedas nomor satu". Strategi branding ini sangat konsisten, baik di media sosial, promosi, maupun di setiap outletnya. Nama "Gacoan" sendiri berarti "jagoan" atau "andalan", dan mereka benar-benar menjadikan dirinya sebagai andalan konsumen pecinta mie pedas.
Strategi ini mengingatkan kita pada persaingan antara Android dan Apple. Bukan siapa yang lebih dulu hadir, tapi siapa yang paling diingat dan dipilih konsumen. Dengan konsistensi klaim sebagai "mie pedas nomor satu", Mie Gacoan berhasil menanamkan persepsi kuat di benak masyarakat. Hasilnya, setiap kali orang berpikir tentang mie pedas, nama Mie Gacoan langsung muncul di urutan teratas. Salah satu daya tarik utama Mie Gacoan adalah harganya yang sangat terjangkau. Namun, siapa sangka, margin keuntungan terbesar mereka justru bukan dari mie utama, melainkan dari side dish dan minuman. Mie Gacoan menerapkan strategi cross subsidy dan cross-selling. Menu dibuat terpisah-pisah contohnya mie, aneka side dish seperti pangsit, dimsum, hingga minuman kekinian. Konsumen pun terdorong untuk membeli lebih dari satu item. Harga mie yang tergolong murah membuat pelanggan merasa "hemat", padahal mereka cenderung menambah pesanan lainnya. Secara tidak langsung yang terfikir adalah harga belasan ribu itu namun ketika melakukan payment pricenya bisa berkali lipat akibat pesanan tambahan yang tak terduga. Di sinilah keuntungan besar diraih. Strategi ini memungkinkan Mie Gacoan tetap mempertahankan image affordable, namun secara total, nilai transaksi per pelanggan tetap tinggi. Ini adalah seni menjual yang cerdas, di mana volume penjualan dan variasi produk menjadi kunci utama.
Kemudian management Mie Gacoan melakukan Operasional Efisien, Skala Ekonomi Maksimal. Bisnis dengan harga murah hanya bisa bertahan jika didukung oleh operasional yang sangat efisien dan volume penjualan yang besar. Mie Gacoan sangat paham akan hal ini. Mereka membangun sistem operasional yang rapi dan terstandarisasi di setiap cabang. Dengan semakin banyak cabang, pembelian bahan baku bisa dilakukan dalam jumlah besar sehingga harga pokok produksi bisa ditekan. Inilah yang disebut economies of scale. Semakin besar bisnis, semakin efisien pula biaya yang dikeluarkan. Tak heran, meski harga jual murah, keuntungan tetap mengalir deras. Tak berhenti disitu strategi selanjutnya yang dilakukan adalah Adaptasi Digital dan Momentum yang Tepat. Mie Gacoan mulai melakukan ekspansi besar-besaran pada tahun 2016, namun puncak popularitasnya terjadi saat pandemi 2019-2020. Mereka dengan sigap memanfaatkan layanan pesan antar online seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood. Adaptasi digital ini membuat Mie Gacoan tetap eksis bahkan saat restoran lain kesulitan bertahan. Momentum ini juga memperkuat word of mouth di media sosial. Foto-foto antrean panjang, review positif, hingga viralnya menu-menu unik membuat Mie Gacoan semakin dikenal luas. Mereka membuktikan bahwa adaptasi teknologi adalah kunci bertahan dan berkembang di era digital. Yang kita tahu setiap outlet Mie Gacoan selalu memperhatikan kenyamanan, kebersihan, dan pelayanan yang ramah. Konsistensi ini membuat pelanggan merasa puas dan rela kembali lagi, bahkan mengajak teman-teman mereka. Fenomena antrean panjang bukan hanya karena harga murah, tapi juga karena pengalaman makan yang menyenangkan dan kualitas produk yang terjaga.
Sebuah bisnis yang dibangun pasti memiliki lika liku yang tidak mudah Mie Gacoan pernah menghadapi kontroversi dengan fokus pada eksekusi. Tak dipungkiri, perjalanan Mie Gacoan juga diwarnai kontroversi, mulai dari isu persaingan bisnis hingga tantangan ekspansi. Namun, mereka tetap fokus pada eksekusi strategi dan menjaga persepsi konsumen. Inilah yang membedakan Mie Gacoan dari kompetitor lain. Strategi branding yang kuat, sistem penjualan yang cerdas, efisiensi operasional, adaptasi digital, dan konsistensi pelayanan adalah kunci keberhasilan Mie Gacoan. Â Mereka menunjukkan bahwa menjadi yang pertama dalam bisnis lebih penting daripada menjadi yang pertama yang diingat dan dipilih konsumen. Â Sekarang, semangkuk mie pedas yang disebut mie gacoan telah berkembang menjadi ikon kuliner nasional yang patut dijadikan inspirasi bagi para pengusaha Indonesia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI