Mohon tunggu...
shandra madina sari
shandra madina sari Mohon Tunggu... Shandra Madina Sari adalah seorang mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Jember yang memiliki minat besar pada dunia entrepreneurship, startup, dan industri kreatif. Ketertarikannya terhadap ekonomi pembangunan mendorongnya untuk memahami bagaimana kebijakan dan perencanaan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di tingkat daerah maupun nasional. Selain fokus pada studi akademik, Shandra juga aktif mengembangkan wawasan di bidang wirausaha dengan tujuan membangun ide-ide inovatif yang relevan dengan perkembangan zaman. Perpaduan antara latar belakang akademik di bidang ekonomi pembangunan dan ketertarikannya pada dunia startup menjadikan Shandra pribadi yang visioner, kreatif, dan memiliki semangat kontribusi untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Shandra Madina Sari adalah seorang mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Jember yang memiliki minat besar pada dunia entrepreneurship, startup, dan industri kreatif. Ketertarikannya terhadap ekonomi pembangunan mendorongnya untuk memahami bagaimana kebijakan dan perencanaan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di tingkat daerah maupun nasional. Selain fokus pada studi akademik, Shandra juga aktif mengembangkan wawasan di bidang wirausaha dengan tujuan membangun ide-ide inovatif yang relevan dengan perkembangan zaman. Perpaduan antara latar belakang akademik di bidang ekonomi pembangunan dan ketertarikannya pada dunia startup menjadikan Shandra pribadi yang visioner, kreatif, dan memiliki semangat kontribusi untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengeluaran Pemerintah untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

23 September 2025   11:04 Diperbarui: 23 September 2025   11:04 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Ilustrasi Pribadi

Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu bentuk nyata pengeluaran pemerintah yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Program ini hadir dengan menyediakan makanan sehat tanpa biaya bagi kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, dan keluarga kurang mampu. MBG memiliki peran penting karena tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan kesehatan publik. Dalam konteks ekonomi publik, pengeluaran pemerintah yang diarahkan ke sektor gizi berfungsi sebagai investasi sosial jangka panjang. Hal ini terbukti dari manfaat yang dirasakan langsung, baik dalam peningkatan kesehatan, daya tahan tubuh, hingga produktivitas kerja dan belajar. Artikel Pojok Jakarta (2025) menegaskan bahwa MBG adalah solusi tepat dalam pemenuhan gizi masyarakat, sekaligus menjadi langkah konkret negara dalam menjawab persoalan gizi buruk di berbagai daerah (pojokjakarta.com).

Salah satu tujuan utama MBG adalah menurunkan angka gizi buruk yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, menghadapi keterbatasan akses pangan bergizi sehingga anak-anak menjadi kelompok paling rentan. Dengan adanya program MBG, pemerintah berupaya menjamin bahwa setiap individu, khususnya dari keluarga kurang mampu, memperoleh asupan nutrisi yang cukup. Hal ini menunjukkan bagaimana pengeluaran pemerintah dialokasikan secara tepat sasaran untuk menyelesaikan permasalahan fundamental dalam pembangunan manusia. Seperti dijelaskan dalam laporan Pojok Jakarta (2025), MBG dirancang untuk memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dasar yang sebelumnya sulit dicapai masyarakat miskin. Pengeluaran ini tidak hanya berbentuk bantuan pangan, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab negara dalam memenuhi hak dasar warganya terhadap gizi yang layak (pojokjakarta.com).

Masalah stunting menjadi perhatian utama dalam program MBG. Stunting, atau gangguan pertumbuhan pada anak, sering disebabkan oleh kurangnya gizi dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Jika tidak diatasi, stunting dapat berdampak jangka panjang terhadap kecerdasan, produktivitas, dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pengeluaran pemerintah melalui MBG diarahkan untuk penyediaan makanan kaya protein, vitamin, dan mineral yang mendukung pertumbuhan optimal anak. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasional yang menekankan kualitas manusia sebagai modal utama pembangunan ekonomi. Artikel Pojok Jakarta (2025) menyoroti bahwa MBG tidak sekadar memberikan bantuan makanan, tetapi juga strategi pencegahan stunting secara sistematis melalui penyediaan gizi yang terukur dan berkelanjutan (pojokjakarta.com).

Selain mencegah stunting, program MBG juga meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan sehat. Faktor ekonomi sering menjadi penghalang bagi keluarga miskin untuk memperoleh gizi seimbang. Di sinilah peran pengeluaran pemerintah menjadi penting, karena dengan adanya MBG, hambatan biaya dapat diatasi. Pemerintah membiayai pengadaan, distribusi, dan pengelolaan makanan bergizi agar bisa sampai langsung ke tangan masyarakat yang membutuhkan. Program ini sejalan dengan fungsi distribusi dalam teori keuangan publik, di mana pemerintah hadir untuk mengurangi kesenjangan akses terhadap kebutuhan dasar. Seperti dijelaskan Pojok Jakarta (2025), MBG hadir memberikan akses gratis yang sebelumnya sulit dijangkau masyarakat miskin, sehingga mereka tidak lagi terbatas pada makanan seadanya yang kurang bernutrisi (pojokjakarta.com).

MBG tidak hanya berfungsi sebagai bantuan pangan, tetapi juga sebagai sarana edukasi. Program ini kerap disertai dengan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya gizi seimbang, pola makan sehat, dan pemanfaatan bahan pangan lokal. Edukasi ini penting agar masyarakat tidak sekadar menerima bantuan, tetapi juga memahami dan mampu mengelola pola hidup sehat secara mandiri. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah dalam MBG dapat dikategorikan sebagai belanja yang produktif karena mendorong perubahan perilaku positif. Artikel Pojok Jakarta (2025) menekankan bahwa program ini turut membangun kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kualitas makanan sehari-hari, bukan hanya kuantitasnya. Hal ini memperlihatkan bahwa MBG tidak berhenti pada distribusi makanan, tetapi juga menanamkan pengetahuan jangka panjang tentang gizi dan kesehatan (pojokjakarta.com).

Manfaat MBG sangat luas, mulai dari peningkatan kesehatan masyarakat, penguatan ekonomi keluarga, hingga pengurangan angka putus sekolah. Dengan tercukupinya kebutuhan gizi, anak-anak dapat belajar lebih fokus dan berprestasi di sekolah. Di sisi lain, keluarga miskin juga terbantu karena beban pengeluaran untuk pangan berkurang, sehingga mereka dapat mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan lain seperti pendidikan atau kesehatan. Dari perspektif ekonomi publik, hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah melalui MBG memiliki multiplier effect yang signifikan. Laporan Pojok Jakarta (2025) menjelaskan bahwa MBG turut membantu menekan angka anemia, defisiensi vitamin, hingga obesitas, sekaligus mencegah masalah sosial seperti putus sekolah akibat kurangnya energi untuk belajar (pojokjakarta.com).

Selain meningkatkan kualitas hidup masyarakat, MBG juga berkontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi lokal. Program ini sering melibatkan kelompok masyarakat seperti ibu-ibu PKK, UMKM, dan usaha kecil dalam penyediaan serta distribusi makanan. Dengan begitu, MBG tidak hanya membantu penerima manfaat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong roda ekonomi daerah. Dari sisi fiskal, pengeluaran pemerintah dalam MBG menjadi stimulus ekonomi yang memperkuat sektor informal. Artikel Pojok Jakarta (2025) mencatat bahwa kehadiran MBG membuka peluang bagi masyarakat untuk terlibat langsung, sehingga program ini bersifat partisipatif dan memperkuat semangat gotong royong di tengah masyarakat (pojokjakarta.com).

Implementasi MBG di berbagai daerah menunjukkan variasi model yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Misalnya, Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) yang memberikan makanan tambahan untuk siswa SD, atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan balita. Selain itu, dapur umum juga dibentuk saat pandemi COVID-19 untuk membantu warga terdampak. Program-program tersebut mencerminkan fleksibilitas dalam penggunaan pengeluaran pemerintah yang diarahkan sesuai kondisi daerah. Hal ini sejalan dengan fungsi stabilisasi dalam teori keuangan publik, di mana belanja pemerintah dapat disesuaikan untuk mengatasi krisis tertentu. Artikel Pojok Jakarta (2025) menegaskan bahwa MBG adalah contoh nyata adaptasi program sosial sesuai kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman (pojokjakarta.com).

Meski manfaatnya besar, pelaksanaan MBG tidak lepas dari tantangan. Kendala utama adalah keterbatasan anggaran, distribusi yang belum merata, serta rendahnya kesadaran sebagian masyarakat tentang pentingnya gizi. Oleh karena itu, pemerintah perlu melibatkan sektor swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) serta memanfaatkan teknologi digital untuk pemetaan daerah prioritas. Edukasi juga harus digencarkan agar bantuan benar-benar dimanfaatkan secara optimal. Artikel Pojok Jakarta (2025) menggarisbawahi bahwa keberhasilan MBG membutuhkan kolaborasi multipihak dan strategi berkelanjutan, sehingga tidak berhenti pada kegiatan jangka pendek (pojokjakarta.com).

Pada akhirnya, MBG menjadi bukti nyata bagaimana pengeluaran pemerintah dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Program ini tidak hanya menekan angka gizi buruk dan stunting, tetapi juga mendorong kesadaran gizi, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan ekonomi lokal. Dengan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, MBG berpotensi diperluas jangkauannya di seluruh Indonesia. Artikel Pojok Jakarta (2025) menegaskan bahwa MBG adalah wujud kepedulian sosial dan gotong royong yang masih kuat di negeri ini. Dengan mengoptimalkan pengeluaran pemerintah untuk sektor ini, kita dapat mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan (pojokjakarta.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun