Lukman memukulnya. "Anak bodoh jangan sok kau ya. Kau itu orang paling bodoh disekolah, kau tidak bisa membaca."
      Agam hanya diam.
      "kelas 4 belum bisa baca? Kamu punya otak gak? Hah?"
      Agam masih bisa menahan rasa sakit ketika berantam tadi, ia juga masih bisa menahan rasa sakit menahan memar di badannya, tapi sulit baginya untuk menahan penghinaan. Ia tau dirinya memang bodoh, dan ia sadar dirinya memalukan. Belum bisa baca di kelas 4, sedangkan teman-temannya sudah mulai berlatih untuk membuat puisi.
      Agam kembali teringat ayahnya, kembali teringat sekolahnya dulu. Ia mencoba menahan tangis namun tidak bisa. Baru 3 minggu mereka pindah kesini dan masalah terus bermunculan. Ia benci keadaan ini, kenapa mereka harus pindah ke Indrapuri meninggalkan kehidupan indah di Empetrieng? Air mata membahasi matanya sedangkan pikirannya terus mengingat-ngigat, ia membayangkan menendang bola, ketika bermain di bekas sawah desa Empetrieng. Semuanya terlalu menyesakkan.
      Lalu abangnya Lukman masuk tanpa memakai baju. Di dadanya terdapat tato. "Kamu ya yang memukul adikku." Tangannya memegang kerah Agam.
      Agam terdiam ia bingung harus menjawab apa, sosok di depannya benar-benar menakutinya.
      "Enyah dari desa ini sekarang juga, kalau kulihat wajahmu lagi "tangannya mengambil pisau yang tersangkut di pinggangnya. Itu membuat Agam sangat syok, seseorang berencana untuk membunuhnya.
      Memang itu cuma ancaman, namun dipikiran anak-anak seperti Agam, itu merupakan ultimatum serius. Ia tidak akan pernah berani untuk muncul lagi di depan Lukman dan abangnya, terutama disekolah. Sejenak ia merasa ia harus pergi dari kampung dan desa ini untuk menyelamatkan diri.
*****
      Ketika di rumah ia menangis dan meminta pindah sekolah oleh Ibunya. Mutia tidak tau menjawab apa, ia heran mengapa anaknya berlumuran darah seperti ini. Namun melihat permintaan Agam ia tau bahwa anaknya bertengkar dengan temannya. "Ya Allah Agam kenapa kamu begini" katanya sambil mengompres memar di tubuh anaknya, air matanya terus jatuh.