Mohon tunggu...
Shalwa RizkyaSalsabila
Shalwa RizkyaSalsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hallo everyone!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membentuk Kedisiplinan Siswa di dalam Kelas

8 Desember 2021   14:25 Diperbarui: 8 Desember 2021   14:42 2631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang disiplin siswa tidak terlepas dari masalah perilaku negatif siswa. Di lingkungan sekolah, pelanggaran tata tertib sekolah dari yang kecil sampai yang besar masih sering terjadi. Pelanggaran disiplin kelas yang disebabkan oleh berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh siswa harus segera ditemukan dan dicari solusinya. Melalui para pengambil keputusan sekolah, dalam hal ini guru sangat relevan. Meski harus diakui bahwa keikutsertaan berbagai jurusan di sekolah tidak menjamin terwujudnya disiplin siswa di sekolah tersebut. Tanpa kerjasama yang baik antar sekolah, keluarga, masyarakat, dan tentunya peran pemerintah, segala upaya yang dilakukan sekolah akan sia-sia.

Ketika menghadapi berbagai masalah yang muncul di kelas, guru biasanya mencari tahu semua tindakan yang sering terjadi, dan kemudian memilih metode yang tepat untuk menghadapinya. Meskipun hal ini sering dilakukan oleh guru di dalam kelas, masalah yang sama sering muncul lagi dan lagi. Disiplin kelas sangat penting untuk pengajaran dan pembelajaran yang efektif, tetapi ini adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru saat ini. Sebelum mengajar kelas baru, guru harus mempelajari strategi pengelolaan kelas mereka secara menyeluruh untuk mencapai kedisiplinan.

Disiplin dalam kehidupan sekolah sangat penting karena menjadi dasar bagi siswa untuk berhasil dalam kehidupan di masa depan. Disiplin adalah keterampilan yang dapat ditransfer dalam hidup yang dapat membawa banyak kebajikan, seperti kesukseksan keprofesionalan. Disiplin adalah apa yang membantu siswa mencapai kinerja yang baik di sekolah dan bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban di kelas. Untuk mendefinisikan disiplin, seseorang harus mengacu pada strategi untuk mengelola perilaku siswa di kelas, serta kode etik yang harus dipatuhi siswa. Kode etik biasanya mencakup aturan kehadiran, aturana pakaian, perilaku sosial dan etika profesional.

Bahkan guru yang paling berpengalaman pun harus mampu berurusan dengan disiplin kelas. Perilaku siswa yang nakal akan mengakibatkan hilangnya waktu belajar, dan siswa akan menyimpang dari tugasnya. Tugas guru adalah menemukan penyebab masalah disiplin dan cara terbaik untuk menyelesaikan dalam lingkungan belajar yang terkelola dengan baik. Ada banyak alasan untuk masalah disiplin kelas. Menghadapi masalah kedisiplinan membutuhkan kepekaan dan wawasan guru untuk memahami sumber masalahnya. Beberapa penyebab umum dari masalah disiplin kelas, termasuk masalah keluarga, seperti ketidakstabilan emosional siswa di rumah, dan ketidakmampuan belajar yang dapat menyebabkan kurangnya perhatian. Jika tidak ada komunikasi yang jelas tentang aturan dan konsekuensi dari melanggar aturan, masalah disiplin di kelas lebih mungkin muncul.

Perilaku mengganggu oleh siswa, mengganggu kemampuan guru untuk menyampaikan pelajaran secara efektif, karena hal tersebut menjadi membutuhkan banyak waktu fan perhatian guru untuk ditangani. Siswa yang mengganggu juga dapat mempengaruhi rekan-rekan mereka dengan tindakan mereka dan mendorong mereka untuk berperilaku serupa. Beberapa perilaku mengganggu umum di kelas meliputi: berbicara di kels, kedatangan terlambat atau keberangkatan awal, penggunaan perangkat elektronik terus-menerus, makan, minum, atau tidur di kelas, dan lebih serius, ancaman kekererasan dan agresi fisik dan verbal. Ada dua kategori perilaku mengganggu di kelas: Minor dan Mayor. Gangguan Minor termasuk kata-kata menyakitkan yang tidak disengaja, tidak mengerjakan tugas, keterlambatan, dan penggunaan media elektronik. Meskipun mereka memerlukan peringatan dari guru, mereka dapat dengan mudah diabaikan dan tidak mengganggu proses belajar atau mengajar secara serius. Gangguan Mayor, di sisi lain, melampaui kekerasan dan termasuk bahasa profan yang dituntukan kepada orang lain, kata-kata sindirian seksual, ancaman fisik, vandalisme, dan pencurian.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Federasi Persatuan Guru, paparan gangguan kelas ringan sekalipun menurunkan prestasi akademik untuk semua siswa di kelas. Interupsi terus-menerus dapat mengganggu fokus dan mengurangi pembelajaran. Ada banyak jenis perilaku mengganggu yang dapat menghambat pengajaran dan pembelajaran yang efektif dan, oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk menyempurnakan praktik mereka untuk mengelolanya. Guru harus menciptakan ekspektasi dari perilaku kelas dari hari pertama kelas dengan menguraikan jenis perilaku produktif dan mengganggu, proses dimana perilaku mengganggu akan ditangani, dan konsekuensi untuk perilaku mengganggu yang sedang berlangsung.

Ada beberapa hal yang dapat menciptakan disiplin siswa agar membentuk manajemen kelas yang baik. Pada ruang kelas yang bising,  ruang kelas yang bising merupakan kejadian yang sangat umum yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, baik itu disebabkan oleh siswa yang ribut kembali ke kelas dari istirahatnya atau teman sekelasnya yang bergosip bersama selama pelajaran. Cara terbaik untuk memastikan kelas yang tenang adalah dengan menumbuhkan suasana damai dan membangun rasa hormat terhadap guru sejak awal. Untuk menenangkan obrolan di kelas, guru jangan meninggikan suara, yang hanya berfungsi untuk mendorong lebih banyak kebisingan. Bantu siswa membiasakan diri dengan isyarat non-veral untuk menenangkan kelas, yang mencakup isyarat tangan, menghitung mundur atau bertepuk tangan.

Selain ruang kelas yang harus tenang, guru harus berhati-hati untuk menilai setiap insiden secara individual dan merespons dengan tepat, karena penyebab perilaku mengganggu dapat bervariasi. Dalam semua kasus, guru harus tetap tenang dan tegas saat menangani siswa yang mengganggu, menjelaskan kepada mereka apa yang mereka lakukan salah, mengapa itu menjadi masalah, dan apa perilaku yang tepat. Penting untuk mendengarkan apa yang siswa katakan dan membuat mereka merasa dimengerti.

Selain itu pun, sangat penting bahwa guru berbicara dengan orang tua siswa yang mengganggu yang terus-menerus membuat masalah. Berempati dengan siswa dan mencoba memahami perilaku mereka, sambil tetap dekat dengan keluarga mereka untuk memantau kemajuan. Diskusikan perilaku tersebut dengan rekan kerja kita, untuk mengembangkan pendekatan yang sama dan konsisten untuk mennagani siswa. Di atas segalanya, saat berurusan dengan siswa yang mengganggu, kita harus ingat bahwa perlu waktu untuk mengubah perilaku bermasalah, jadi tetaplah sabar dan positif.

Ketika dihadapkan dengan rasa tidak hormat, kesalahan yang mudah dilakukan adalah menganggapnya pribadi. Rasa tidak hormat dapat menjadi indikasi masalah psikologis kompleks yang dihadapi siswa. Tahan dorongan untuk menegur, memarahi, atau menceramahi siswa yang tidak sopan dan sebaiknya menanggai dengan kebaikan, mencontohkan jenis perilaku yang idealnya harus ditunjukan oleh siswa. Ubah insiden itu menjadi pelajaran yang tak terlupakan bagi siswa dengan memberikan konsekuensi, tetapi pastikan untuk melakukannya secara pribadi, daripada mempermalukan di depan teman-temannya. Untuk rasa tidak hormat yang terang-terangan, orang siwa harus diberitahu melalui surat, atau suatu tindakan yang menambahkan lapisan keseriusan dan akunstabilitas.

Perlu kita ketahui pula bahwa manajemen kelas yang buruk mempengaruhi motivasi siswa, yang pasti berdampak negatif pada kinerja akademik mereka. Guru yang gagal mengelola kelas secara efektif dengan tidak menetapkan aturan dan rutinitas serta melakukan persiapan yang tidak memadai menciptkan lingkungan belajar yang kacau dan kontraproduktif untuk pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus belajar mengevaluasi situasi berdasarkan kemampuan masing-msing untuk mengetahui bagaimana merespons, membedakan anatar perilaku mengganggu kecil dan besar serta memberikan konsekuensi dan hukuman yang sesuai jika perlu, selalu sesuai dengan kebijakan sekolah. Dalam kasus masalah yang berat denfan manajemen kelas dan siswa yang tidak responsif terhadap suatu koreksi, guru harus menjangkau rekan kerjanya untuk mendapat dukungan dan melibatkan keluarga siswa bila diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun