Mohon tunggu...
Shakilla Aurellia
Shakilla Aurellia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

mahasiswi yang memiliki hobi jalan-jalan dan menghabiskan uang :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keamanan Non-Tradisional dalam Krisis Pengungsi Timur Tengah

1 Desember 2023   15:19 Diperbarui: 2 Desember 2023   11:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Shutterstock

Keamanan tradisional, yang terkait dengan ancaman militer dan konflik antarnegara memainkan peran penting dalam konteks krisis pengungsi di Timur Tengah. Konflik bersenjata yang melibatkan negara-negara seperti, Suriah, Irak, dan Yaman menjadi pemicu utama pengungsian massal, menciptakan ketidakstabilan keamanan tradisional, dan mengancam kedaulatan nasional.

Pertempuran, serangan udara, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dalam konflik tersebut tidak hanya menyebabkan pengungsian massal, tetapi juga menciptakan hambatan bagi akses kemanusiaan dan penyediaan bantuan. Hal ini menghasilkan tantangan serius dalam hal keamanan fisik dan upaya kemanusiaan untuk memberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan.

Selain itu, krisis pengungsi di Timur Tengah menciptakan dampak keamanan regional dan internasional. Jumlah pengungsi yang meningkat dapat menimbulkan beban pada negara-negara tetangga, memunculkan potensi ketidakstabilan dan konflik lintas batas. Ancaman terorisme juga menjadi perhatian karena konflik melibatkan kelompok bersenjata dan entitas teroris, memperumit masalah keamanan tradisional dengan memunculkan ancaman terorisme yang dapat memengaruhi stabilitas regional dan internasional.

Krisis pengungsi di Timur Tengah telah menciptakan lembaran baru dalam paradigma keamanan global dengan menyoroti pentingnya memahami dan mengatasi aspek-aspek non-tradisional yang melibatkan kemanusiaan. Konflik bersenjata yang berkepanjangan di negara-negara seperti Suriah, Irak, dan Yaman telah menciptakan gelombang pengungsi dan migran, membawa dampak serius tidak hanya pada keamanan fisik, tetapi juga pada dimensi keamanan non-tradisional yang terkadang terabaikan.

Salah satu ancaman yang muncul adalah dalam bentuk kesehatan global. Pengungsian massal menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyebaran penyakit menular. Faktor-faktor seperti ketidakpastian sanitasi, kurangnya akses ke layanan kesehatan, dan kepadatan populasi yang tinggi di kamp-kamp pengungsian menjadi pemicu potensial untuk wabah penyakit. Kondisi ini mendorong perlunya respons kemanusiaan yang tidak hanya mengatasi kebutuhan fisik tetapi juga aspek kesehatan masyarakat.

Seiring dengan itu, keamanan pangan juga menjadi perhatian utama. Pengungsian seringkali menyebabkan ketidakpastian pangan di kalangan populasi yang terpengaruh. Konflik di wilayah tersebut telah menghancurkan infrastruktur pertanian dan menghambat distribusi pangan. Dalam konteks ini, ancaman kelaparan bukan hanya karena ketidaktersediaan pangan, tetapi juga karena akses yang terbatas. Keamanan pangan menjadi faktor kunci dalam merestorasi stabilitas dan kemandirian pengungsi.

Selain itu, pengungsi, terutama perempuan dan anak-anak, menghadapi risiko eksploitasi dan kekerasan yang signifikan. Keadaan ketidakpastian dan ketidakamanan menciptakan lingkungan di mana perdagangan manusia, pelecehan seksual, dan kekerasan gender dapat meningkat. Perlindungan terhadap kelompok rentan ini menjadi suatu keharusan, dengan perlunya kebijakan yang fokus pada upaya pencegahan, perlindungan, dan rehabilitasi.

Tantangan lainnya muncul dalam bentuk perubahan keamanan transnasional. Zona konflik dan ketidakstabilan menciptakan peluang bagi kelompok teroris untuk beroperasi. Keamanan perbatasan menjadi semakin kompleks dengan potensi penyusupan dan eksploitasi oleh kelompok bersenjata. Oleh karena itu, strategi keamanan non-tradisional harus mencakup kolaborasi internasional dan pemantauan yang ketat untuk mencegah potensi ancaman terorisme dan kejahatan transnasional.

Pendidikan juga menjadi korban dalam konteks ini. Pengungsi menghadapi tantangan akses ke pendidikan yang memadai. Terbatasnya fasilitas dan sumber daya pendidikan, bersama dengan perpindahan konstan, menciptakan ketidakpastian dalam perkembangan generasi muda. Ini dapat meningkatkan risiko radikalisasi dan memperburuk ketidaksetaraan social.

Di sisi lain, isu teknologi juga menjadi perhatian. Penggunaan teknologi oleh kelompok bersenjata dan potensi ancaman siber dapat menimbulkan risiko tambahan terhadap keamanan informasi dan komunikasi di antara kelompok kemanusiaan. Perlindungan data pribadi dan keamanan sistem informasi kemanusiaan menjadi krusial dalam menjaga integritas dan efektivitas respons kemanusiaan.

Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan keamanan non-tradisional harus bersifat terintegrasi. Penguatan sistem kesehatan di kamp-kamp pengungsian dan di wilayah konflik menjadi langkah penting. Ini melibatkan penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai, peningkatan akses ke layanan kesehatan, dan kampanye penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun