Mohon tunggu...
Shahnaz Roellyana
Shahnaz Roellyana Mohon Tunggu...

Psikologi, Universitas Yarsi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keluarga Dunia & Akhirat

30 Desember 2012   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:49 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga dunia dan akhirat? Siapa sih yang tidak menginginkannya? Pasti setiap keluarga sangat mendambakannya. Ya, keluarga dunia dan akhirat adalah harapan setiap orang untuk dapat merengkuh kebahagiaan bersama keluarganya sepanjang zaman, menjadi keluarga abadi di dunia dan akhirat. Bisakah harapan itu menjadi kenyataan? Ayat ini adalah jawabannya “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS Ath-Thuur [52]:21).

Dapat berkumpul dengan keluarga adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa, baik di dunia atau pun di akhirat. Kenikmatan di surga pun belum sempurna rasanya bila tidak mendapati ibu, ayah, kakak, adik, dan keluarga didalamnya. Maka, Allah swt sempurnakan nikmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan menghimpun merka dengan keluarganya di surga.

Kenikmatan memiliki keluarga abadi di dunia dan akhirat tidak mustahil untuk kita wujudkan, tapi juga tidak diberikan secara cuma-cuma. Ada syarat utama yang harus dimiliki, yaitu iman. Dalam kajian Imam Ibnu Katsir rahimahullah, melalui ayat ini, Allah Ta’ala memberitahukan bahwa orang-orang mukmin akan dihimpun dengan bapak-bapak mereka dan disetarakan derajatnya jika mereka tetap dalam keimanan, meskipun amal keluarga atau anak cucu merka tidak setara dengan amal bapak-bapaknya. Hal ini untuk menambah kesejukan mata dan kebahagiaan para bapak dengan melihat anak cucu mereka dalam kedudukan yang sama. Maka, berkumpullah kembali mereka menjadi keluarga abadi di surga. Yang kurang amalnya terangkat oleh yang sempurna amalnya.

Selain itu, syarat utama agar bisa terus berkumpul dengan keluarga di surga, yaitu kesamaan ideologi atau kesamaan iman. Jika tidak sama-sama beriman, salah satu mukmin sementara yang lainnya kafir, maka tidak akan ada keluarga abadi. Jangankan di akhirat di dunia saja ketika tidak ada kesamaan iman antara suami dan istri atau bapak dan anak, maka di mata Allah swt itu bukanlah keluarga, meski secara biologis dan hubungan darah adalah keluarga.

Syarat lainnya adalah keshalihan. Keshalihan adalah produk dari iman yang hakiki. Ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa syarat menjadi keluarga abadi adalah iman dan amal shalih. Atau dengan bahasa lain ada kesamaan visi dan misi. Untuk itu, mari kita semua kondisikan seluruh anggota keluarga senantiasa hidup dalam nuansa imani dan menjadi manusia-manusia yang shalih, berguna bagi diri sendiri dan orang lain agar kita sekeluarga bisa menjadi keluarga abadi di dunia dan akhirat. Amin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun